Bagaimana cara mengembangkan kemampuan melihat masalah yang potensial 'Seeing potential problem'?

cress sp

Melihat Masalah yang mungkin terjadi (Seeing Potential Problem) merupakan kemampuan untuk menyusun situasi dalam skenario yang sedang terjadi dan mengidentifikasi perkembangan yang mungkin akan menimbulkan masalah nantinya.

3 Likes

Empat Area Fokus untuk Meningkatkan Kemampuan Manajemen Resiko

Menurut Steve Culp (2013)

Empat tahun terakhir, penelitian Accenture Global Risk Management telah mendapatkan bahwa meningkatnya pengakuan akan pentingnya peran manajemen resiko, disertai dengan usaha yang terfokus untuk meningkatkan kemampuan dan konektifitas dari fungsi seluruh organisasi.

Selama waktu itu, banyak perusahaan mengalami kemajuan besar karena manajemen resiko, namun kita bisa lihat studi di tahun 2013 bahwa masih banyak juga yang belum puas dengan berkembangnya akan kemampuan mereka. Masih ada kesenjangan antara hasil keluaran manajemen resiko dan harapan top-management yang terus berkelanjutan.

Dalam analisis kami, dengan mengkombinasikan seluruh penerapan manajemen resiko di berbagai macam industri dan geografi sesuai perkerjaan kami, telah membantu kami mengidentifikasi 4 hal yang bisa menjadi fokus usaha suatu perusahaan untuk mencapai kemampuan dalam manajemen resiko, meliputi:

  • Treat risk management as a people game.

Kita bisa ketahui bahwa ancaman utamanya ialah penerapan kemampuan analisis resiko dan pengelolaan yang lebih baik terhadap adanya perubahan peraturan. Oleh karena itu, bakat dalam mengelola dan menganalisa resiko harus menjadi sebuah tujuan pengembangan di tahun ke depan. Koordinasi perubahan peraturan dengan serempak dan sesuai juga dibutuhkan karena akan berdampak kepada perusahaan dan pembuat kebijakan yang sejalan.

  • Look ahead, as new risks are relentless.

Masih ada kecenderungan “fight the last war” dalam manajemen resiko, seperti hanya terfokus pada resiko likuiditas dan guncangan keuangan yang menjadi traumatis. Hal tersebut memanglah mengancam kelangsungan sistem keungan, namun resiko-resiko berikutnya akan bermunculan yang terkadang tidak berkaitan. Fokuslah juga dengan “next war”, analisa kebutuhan dan resiko 5 tahun ke depan yang menjadi sebuah tantangan dan konsekuensi yang tidak diinginkan serta memberatkan dalam kebijakan/peraturan. Buat sebuah rencana yang juga bisa memanfaatkan peraturan sebagai pendorong perubahan bisnis ke depan.

  • Manage regulation through a transformational lens.

Hal yang penting ialah memastikan dampak dari adanya peraturan dapat dipahami oleh kita ataupun bisnis kita (produk, modal, cakupan geografis, dsb). Sehingga program yang kita buat untuk mencapai hasil bisnis bisa sekaligus memenuhi pencapaian kepatuhan terhadap peraturan yang ada. Menempatkan peraturan dengan benar akan meningkatkan potensi kemampuan kita dalam mengelola resiko ke depan.

  • Focus on insight, not just data and analytics

Meningkatkan kemampuan kelola resiko data dan teknologi menjadi tujuan yang paling sering dilakukan dalam manajemen resiko. Karena kualitas data menjadi dasar penerapan analisis dan keberhasilan manajemen resiko yang efektif. Namun, itu bukan satu-satunya yang bisa menjadi fokus. Teknologi, data dan analisis tidak akan pernah bernilai jika tidak ditindak lanjuti dengan wawasan yang bisa memberikan hasil yang signifikan.


Perbaikan dan evolusi kemampuan dalam manajemen resiko harus terus dilakukan dan disesuaikan dengan kemampuan dalam mengikuti aturan/kebijakan yang ada sehingga dapat membantu mengelola rencana yang kompleks dan hasil yang luar biasa.

Pada tulisan yang berjudul 5 Ways to Improve Your Risk Management Strategy di portal neu.edu, Craig Gruber, menjelaskan lima cara strategis untuk meningkatkan manajemen risiko. Berikut ulasannya:

1. Gunakan Sumber Daya Anda
Di era digital ini, informasi yang terdapat di internet mencapai jumlah yang luar biasa. Di lain sisi, organisasi mempunyai banyak data, tetapi belom bisa dimanfaatkan secara optimal pada perencanaan strategi dan manajemen risiko. Untuk mengoptimalkan data organisasi anda. Anda harus mengkaji seluruh data dari dua perspektif yakni ancaman eksternal dan internal. Pesaing bisnis mencuri ide dan kecerobohan karyawan pada data perusahaan merupakan contoh ancaman eksternal dan internal. Lantas pertanyaannya adalah bagaimana anda dapat menggunakan informasi dengan bijak?

2. Bagi Rencana menjadi Dua Bagian.
Terbagi menjadi dua yaitu peristiwa yang pasti terjadi dan peristiwa yang tidak direncanakan. Manajer harus memperhitungkan frekuensi dan dampak yang ditimbulkan dari tiap peristiwa. Sebagai contoh, kerugian dari gudang yang terbakar.

3. Simulasikan
Menilai bagaimana skenario apabila peristiwa terjadi dengan strategi yang telah ditetapkan sebelumnya. Apakahnya organisasi harus tanggap? Tepat? Sehingga organisasi dapat melihat apa yang efektif.

4. Adaptasi
Menjadi adaptif berarti secara terus-menerus menyempurnakan strategi yang sebelumnya dirancang sehingga bisa mengukur ketercapaian dari waktu ke waktu. Selain itu organisasi perlu untuk mengulas dan mempertimbangan rencana agar semakin berkembang.

5. Komunikasikan
Pastikan kepemimpinan dari organisasi mengetahui bahwa manajemen risiko ini perlu mendapat dukungan dari pimpinan organisasi. Anda perlu merancang rencana dan diberitahukan kepada semua orang yang berada pada organisasi. Setiap orang mempunyai akses terhadap komputer dan data organisasi untuk pertukaran informasi dan bisa memitigasi risiko yang terjadi.

Kita mungkin telah mengidentifikasi risiko terbesar dan telah menemukan solusi atas masalah tersebut dalam hidup kita. Namun, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan kemampun manajamen risiko, terutama dalam mengelola risiko terbesar yang pernah kita hadapi. Meningkatkan kemampuan ini dapat membantu kita dalam mengelola risiko yang akan terjadi dalam bentuk apapun dan dalam kejadian apapun baik pada perusahaan kita bekerja atau kehidupan kita sendiri. Berikut 5 strategi untuk membuat rencana manajemen risiko lebih efektif menurut portal compli.com :

  1. Create true accountability
    Akuntabilitas penting untuk mendorong karyawan bersikap jujur dalam hal pengiriman, mengatasi hambatan, dan pengambilan tindakan untuk mendapatkan hasil. Untuk mencapainya, anda perlu mendorong karyawan untuk menciptakan rasa memiliki terhadap pekerjaan mereka, transparansi dan komunikasi dengan perusahaan. Tanpa akuntabilitas, orang lebih cenderung untuk tetap di jalan aman dan melindungi diri, yang berarti ketika sesuatu salah mereka lebih cenderung untuk menyalahkan orang lain dan membuat alasan. In merupakan sesuatu yang buruk bagi strategi manajemen risiko anda maupun perusahaan anda secara keseluruhan.

  2. Implement effective training
    Apakah anda tahu bahwa survei terbaru menmukan 62% dari manajer merasa belum siap dalam mengatasi masalah kepatuhan. Ditambah dengan fakta bahwa 85% dari karyawan melihat manajer mereka sebagai panduan ketika mengahadapi masalah kepatuhan. Dari fakta yang ada, kepatuhan adalah salah satu risiko terbesar yang perusahaan hadapi dan rencana manajemen risiko yang tepat adala pelatihan yang tepat dan jelas.

  3. Make the most of your data
    Dengan meningkatnya tuntutan regulasi, kebutuhan untuk manajemen risiko dan transparansi juga meningkat. Dengan menggunakan analisis untuk menggali data, organisasi dapat melacak bagaimana cara mengatasi risiko. Namun, data tidak digunakan secara maksimal. Sebagai contoh, kepatuhan sumber daya manusia dan fakta bahwa kurang dari 16% pemimpin HR menggunakan analisis untuk memprediksi risiko dalam keputusan manajemen tenaga kerja.

  4. Focus on retaining your employees
    Setiap bisnis ingin mempertahankan pelanggan, namun belum memahami hubungan antara mengurangi perputaran dan mempertahankan karyawan. Perputaran karyawan merupakan risiko bisnis dan mengeluarkan biaya yang tinggi. Selain itu, kesuksesan perusahaan dibangun bersama dengan karyawan. Jika anda ingin mempertahankan pelanggan sekaligus mengurangi risiko bisnis, mulai dengan mengambil langkah untuk meningkatkan tingkat retensi karyawan di perusahaan.

  5. Know the rules—and follow them
    Setelah meneliti praktik manajemen karyawan anda, lihatlah proses perekrutan yang telah anda lakukan, apakah proses tersebut secara tidak sengaja menempatkan perusahaan pada risiko yang serius. Misalnya, googling calon karyawan atau memeriksa profil media sosial mereka dapat membantu anda menghindari mempekerjakan orang yang salah, tetapi dapat menempatkan anda pada gugatan diskriminasi.

Berhenti Menyelesaikan Masalah dan Mulai dengan Memprediksinya

Ahli kepemimpinan dan strategi pertumbuhan Kirk Dando membagikan tiga langkah untuk transisi dari pemecahan masalah proaktif menjadi memprediksi masalah reaktif.

Ketika pemimpin dan manajer akan mempekerjakan pemecah masalah yang baik, mereka tidak sadar menghancurkan pertumbuhan masa depan dan keberhasilan perusahaan mereka.

Berikut ini alasannya: Pemecah membuat perusahaan bekerja, prediktor masalah membuat perusahaan tumbuh.

Dando beberapa kali melihat perusahaan mulai kehilangan proyeksi, melambat, atau bahkan gagal karena kurangnya kesempatan, banyak orang pintar, atau cukup uang. Hal ini paling sering terjadi karena kepemimpinan tidak tahu cara untuk mempekerjakan prediktor masalah - orang yang tahu cara untuk menumbuhkan sebuah konsep di sebuah perusahaanlah yang mengubah dunia.

Pentingnya Mempekerjakan Orang Proaktif daripada Reaktif

Perusahaan berkembang harus menempatkan orang yang tepat dalam peran yang tepat, dan menghilangkan kebiasaan tersebut adalah hal yang sulit, bahkan untuk perusahaan besar yang memiliki banyak sumber daya. Peter Drucker mengatakan, dan Dandopun setuju, bahwa ketika datang untuk mempekerjakan atau mempromosikan mereka bisa melakukannya dengan benar sekitar 1/3 kesempatan, hanya 1/3 kesempatan, dan itu adalah bencana yang lengkap 1/3 kesempatan. Tidak ada daerah lain dalam bisnis di mana kita akan mentolerir kinerja yang buruk tersebut, dan mengacaukan hal tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan eksponensial lebih sulit.

Dandon tidak mengatakan pemecahan masalah selalu buruk. Tetapi jika Anda akan memecahkan masalah, Anda akan jauh lebih baik bekerja untuk berinovasi produk yang memecahkan masalah pelanggan Anda - bukan masalah perusahaan - dan ada perbedaan besar dalam hal tersebut!

Ketika Anda menyewa seorang customer problem solver, Anda mendapatkan ide-ide berani dan gerak maju yang kuat. Ketika Anda menyewa pemecah masalah perusahaan, Anda sering mendapatkan seseorang yang akan bekerja dalam bisnis tapi tidak membuat langkah besar untuk menumbuhkannya. Jika Anda menyadari ini hal yang salah dalam perekrutan atau proses mempromosikan, Anda tidak sadar akan menghabiskan banyak sumber daya (waktu, bakat, dan uang) bereaksi terhadap isu-isu daripada berurusan dengan mereka di muka - sebelum mereka muncul dalam hasil.

Ingat, Anda mendapatkan apa yang Anda Berikan

Tentu saja, bahkan jika Anda mempekerjakan anggota tim yang hebat, itu semua bisa memburuk jika hadiah mereka tidak terikat dengan apa yang benar-benar penting dalam bisnis. Ketika Anda menghargai karyawan untuk memecahkan masalah internal, Anda benar-benar mendorong mereka untuk pergi dan mencari lebih banyak masalah - atau lebih buruk - pasif menunggu masalah terjadi. Anda menjauhkan orang pintar dari hal yang Anda ingin mereka lakukan yaitu menggunakan poin IQ mereka untuk berinovasi produk baru dan jasa yang menghasilkan lebih banyak pendapatan dan pertumbuhan baru.

Tidak ada dalam pikiran bahwa mereka akan mengakui mereka duduk-duduk dan menunggu masalah timbul, tapi justru “menggulung pita” dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Dandon telah melihat dinamika ini sebagai menghancurkan budaya dan kinerja banyak perusahaan yang sukses. Pada akhirnya ketika masalah muncul di akhir, pemimpin bertanya pertanyaan yang salah, menyebabkan mereka untuk salah mendiagnosa masalah inti. Alih-alih bertanya jika masalah bisa dihindari, mereka akhirnya menghadiahi orang yang datang dengan solusi, tetap tinggal, atau dipekerjakan untuk memperbaiki kekacauan orang lain. Sementara itu, mereka tidak sadar memperkuat otot pemecahan masalah mereka dan denganhalus memperburuk kemampuan mereka untuk berinovasi dan tumbuh.

Memprediksi masalah bukanlah beberapa hal baru atau konsep mistis, itu didasarkan pada logika dan data. Perusahaan terbaik telah membuat kesalahan tetapi belajar untuk menghindari masalah umum yang setiap perusahaan hadapi ketika tumbuh. Mengapa perusahaan Anda harus menemukan kembali rodanya? Ya, masing-masing bergerak cepat, perusahaan berkembang sangat unik dalam banyak hal, namun pertumbuhan masalah dan keberhasilan penyebabnya semua sama. Ribuan perusahaan telah berkembang, tumbuh dan meledak selama bertahun-tahun.

Tiga cara untuk berhenti menyelesaikan masalah dan mulai untu memprediksinya

Jadi, bagaimana cara berhenti menyelesaikan masalah dan mulai memprediksinya?

  1. Beradaptasi
    Pemimpin perlu mengubah pemikiran mereka tentang pemecahan masalah, dan dibutuhkan pergeseran paradigma nyata bagi pemimpin untuk melihat apa yang akan dihargai dan dengan meyakinkannya. Ketika masalah besar muncul dan prioritas serta sumberdaya dari karyawan terbaik kita harus bergantian, ajukan pertanyaan ini: “Mungkinkah ini dihindari dengan kepemimpinan yang tepat, perencanaan dan prioritas? Atau ini memecahkan masalah pelanggan / pasar yang akan menyebabkan pertumbuhan dan perbaikan?”
    Kepemimpinan dan pertumbuhan yang benar hanya dapat efisien terjadi ketika Anda berhenti memberi penghargaan si pemecahan masalah dan mulai memprediksi masalah.

Pemimpin hebat tidak memecahkan masalah; mereka memprediksi dan menghindarinya.

  1. Sesuaikan
    Pemimpin perlu menyesuaikan fokus mereka dan mengubah bahasa bisnis dari pemecah masalah menjadi prediktor masalah. Hal ini membantu mengubah pembicaraan dan mendapat tim yang berpikir dengan cara baru. Kepemimpinan prediktif dengan positif mengubah cara pemimpin memimpin dan bagaimana perusahaan tumbuh, sehingga Anda harus mengambil tindakan untuk mengubah cara orang dipekerjakan dan insentif.

    Ketika Anda sadar meningkatkan organisasi Anda keluar dari modus pemecahan masalah, Anda harus membangun satu set baru dari kekuatan. Perbedaan yang halus ini membuat dampak yang signifikan pada bagaimana Anda mempekerjakan anggota tim dan seberapa efisien organisasi Anda bekerja.

  2. Menilai
    Tanyakan pada diri Anda: Berapa banyak kemampuan otak Anda dan tim yang dihabiskan untuk pemecahan masalah internal yang ada saat ini? Apakah Anda memecahkan masalah di masa depan, atau apakah Anda hanya percaya masalah bawaan yang tak terelakkan dan tak terduga? Dengan menyadari Anda bukan organisasi pertama yang menangani suatu masalah tertentu, Anda akan terbuka untuk bagaimana orang lain berhasil menghindari masalah ini dan mempercepat pertumbuhan.