Bagaimana cara mengatasi trauma bencana alam?

Trauma berkaitan erat dengan pengalaman yang dilalui seseorang yang bersifat psikis hingga memberikan dampak yang negatif pada dirinya untuk sekarang dan masa depan. Pengalaman kadang tidak selamanya membawa dampak positif, adakalanya pengalaman pahit dan buruk juga dapat menimpa seseorang baik itu yang disengaja ataupun tidak disengaja.

Bagaimana cara mengatasi trauma bencana alam ?

Beberapa cara yang dilakukan dalam upaya penanganan dampak sosial psikologis korban
bencana alam antara lain:

  • Advokasi, yaitu melindungi dan mengupayakan kepastian mengenai pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi secara layak dan memadai.

  • Intervensi keluarga. Keluarga-keluarga pengungsi yang kehilangan kepala keluarganya perlu mendapatkan pelayanan khusus karena (barangkali) seorang istri atau ibu harus mengambil alih tanggung jawab sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah. Pengertian, dukungan dan partisipasi semua anggota keluarga sangat dibutuhkan. Agar masa transisi peran tersebut dapat dilaksanakan dengan baik diperlukan dukungan dari berbagai pihak sehingga fungsi keluarga dapat pulih kembali dan stabilisasi peran keluarga dapat dicapai.

  • Terapi kritis. Tidak sedikit masyarakat yang menolak untuk direlokasi, tidak puas dan merasa tidak berdaya dengan situasi dan kondisi baru yang berbeda dengan keseharian mereka sebelumnya. Perasaan-perasaan tersebut seringkali menimbulkan gangguan psikis, seperti kecemasan dan insomnia, stres, frustrasi dan selalu ada kemungkinan timbul aksi sosial atau konflik. Layanan ini diberikan kepada individu-individu yang mengalami stress atau trauma karena kejadian bencana itu sendiri, karena kehilangan harta benda atau karena kehilangan anggota keluarganya.

    Terapi yang dilakukan antara lain pengungkapan perasaan-perasaan negatif yang dilanjutkan dengan pembelajaran sederhana mengenai cara membangun perasaan perasaan yang positif dan bekerja bersama-sama dengan kelompok untuk menginventarisasi hal-hal positif yang dapat dilakukan di daerah yang baru dan menyusun rencana kegiatannya.

  • Membangun partisipasi. Pengungsi perlu dilibatkan dalam berbagai kegiatan di barak-barak pengungsian (dapur umum, latihan keterampilan dan kegiatan lain) untuk mengalihkan perasaan-perasaan kontra produktif, dan dalam menyusun rencana recovery.

  • Mediasi dan fasilitasi relokasi dengan penyuluhan terhadap masyarakat di daerah tujuan yang baru agar dapat menerima kehadiran para pengungsi yang direlokasi ke daerah mereka.

Selain langkah-langkah tersebut dukungan sosial dari keluarga atau sesama pengungsi sangat membantu korban untuk bisa menyesuaikan diri terhadap kondisi yang dialami saat ini. Pengungsi yang mengalami gangguan penyesuaian diri biasanya mengalami insomnia, hipertensi dan psikosomatis. Hal ini ditunjukkan dengan keinginan untuk segera pulang ke rumah, tidak betah tinggal di pos pengungsian, tidak mau makan dan tidak mau bicara. Untuk kasus yang berat, biasanya mereka mengalami ketakutan secara terus menerus, sering menangis, dan mengalami halusinasi. Mereka kebanyakan juga mengalami insomnia, tidak tenang dan cemas secara berlebihan.

Penanganan masalah sosial psikologis pengungsi pada dasarnya untuk membantu manusia yang sedang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya, karena adanya faktor penghambat seperti terjadinya bencana sehingga harus mengungsi di tempat yang dianggap aman. Oleh karena itu dalam memberikan pelayanan sosial atau intervensi harus menggunakan pendekatan kemanusiaan agar tidak menyinggung perasaan orang-orang yang diberi pelayanan.

Trauma Healing sebagai Penanganan Bencana


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa penelitian ini akan konsen membahas trauma pada anak korban bencana. Oleh karena itu trauma menjadi bagian masalah penting yang harus ditemukan solusinya, lewat trauma healing masalah trauma akibat bencana dapat menjadi solusi yang tepat. Trauma healing merupakan bagian dari manajemen bencana yang dapat mengatasi dampak bencana secara psikologis.
Shaluf mendefinisikan manajemen bencana sebagai istilah kolektif yang mencakup semua aspek perencanaan untuk merespon bencana, termasuk kegiatan-kegiatan sebelum bencana dan setelah bencana yang mungkin juga merujuk pada manajemen risiko dan konsekuensi bencana. Kegiatan manajemen bencana meliputi rencana, struktur, serta pengaturan yang dibuat dengan melibatkan usaha dari berbagai pihak dengan cara terkoordinasi dan komprehensif. Beberapa ahli mengatakan manajemen bencana meliputi lima tahapan, yaitu :

  1. Prediksi
    Tahapan prediksi meliputi kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan. Langkah yang pertama yaitu langkah-langkah nonstruktural, maksudnya memastikan respon yang efektif terhadap dampak bahaya bencana. Kegiatan ini seperti melakukan evakuasi sementara masyarakat dan properti dari lokasi yang terancam bencana. Selanjutnya langkah struktural yaitu membatasi dampak buruk bencana alam, degradasi lingkungan, dan bahaya bencana.

  2. Peringatan
    Suatu tahap memberikan informasi yang efektif dan tepat waktu melalui lembaga yang teridentifikasi kepada masyarakat sekitar.

  3. Bantuan Darurat
    Memberikan bantuan atau intervensi setelah dan selama bencana terjadi. Bantuan tersebut bisa berupa bantuan keselamatan dan pemenuhan kebutuhan dasar seperti obat-obatan, makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Hal ini dapat dilakukan dengan durasi yang singkat atau lama.

  4. Rehabilitasi
    Tahap keputusan dan tindakan yang diambil setelah terjadinya bencana dengan tujuan untuk memulihkan kembali kondisi semula.

  5. Rekonstruksi
    Tahap pembangunan kembali kondisi kehidupan masyarakat yang telah hancur karena bencana, memiliki tujuan jangka panjang dan berkelanjutan.40
    Trauma healing diberikan pada tingkatan bantuan darurat yaitu pemenuhan keselamatan diri dari stres yang dialami akibat bencana dahsyat yang menghampiri individu. Pemulihan dari suatu trauma membutuhkan waktu lama atau tidaknya proses trauma healing tergantung dari individu itu sendiri.

Dalam buku Panduan Program Psikososial Paska Bencana ada empat teknik yang bisa dilakukan untuk mengatasi trauma yang dialami anak-anak diantaranya adalah:

  1. Teknik Relaksasi Untuk Anak

Teknik ini dapat membantu anak-anak menjadi rileks dan nyaman dengan tubuh dan jiwa mereka. Teknik ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

  • Sensor tubuh
    Suatu upaya untuk mendorong mereka menyadari bagian dari tubuhnya dan memberikan sugesti yang baik bahwa tubuh mereka itu sehat dan kuat. Hal ini membiasakan anak-anak untuk dapat mengendalikan tubuhnya, sehingga mental mereka menjadi kuat.

  • Menghirup bunga
    Teknik ini bertujuan menstimulasi anak untuk menghirup oksigen dan nitrogen monoksida yang dibutuhan oleh tubuh, dapat menenangkan pikiran dan jiwa. Kegiatannya berupa mengajak anak-anak untuk menyebutkan nama bunga yang harum kemudian mengimajinasikan bentuk, warna, dan harumnya.

  • Penghakau singa
    Teknik ini memiliki tujuan untuk mengeluarkan emosi dan berteriak sekencang-kencangnya atas perasaan mereka yang terpendam, melalui cerita singa yang mengganggu desa mereka. Cerita singa ini bisa dibuat sendiri oleh relawan.

  • Mengeluarkan racun
    Teknik mengeluarkan racun bisa dilakukan dengan cara menghirup nafas dan mengeluarkan nafas sambil membayangkan sebuah udara hitam yang harus mereka keluarkan dari dalam tubuh mereka.

  • Doa dan sholawat
    Mengajak anaka-anak untuk berdoa dan bershalawat bersama sambil memegang dada-dada.

  • Menyanyikan lagu
    Ajak anak-anak untuk berbaring dan memejamkan mata lalu nyanyikan mereka lagu lembut sebagai penghantar tidur.

  • Membentuk benda
    Teknik ini merupakan modifikasi dari progressive muscle untuk menstimulasi batang otak, agar kembali memiliki kontrol terhadap otot-otot tubuh. Dilakukan dengan cara mengajak anak-anak bergerak kemudian berjalan pelan dan membayangkan menjadi benda sesuai dengan sifat benda tersebut.

  • Tempat rahasia
    Tempat rahasia adalah teknik meminta anak-anak untuk menggambarkan sebuah tempat lewat selembar kertas dan pensil, kemudian cobalah mengajak mereka untuk menceritakan tempat tersebut. Setelah itu beri tahu mereka bahwa kita akan mengajak mereka melalui sebuah imajinasi.

  • Gua bertingkat
    Sama seperti yang sebelumnya, coba ajak anak-anak untuk melakukan perjalanan ke sebuah gua bertingkat tiga sambil meminta mereka untuk melakukan beberapa gerakan sebelum sampai ke tempat tujuan. Gerakan tersebut bisa berupa melompat, menghirup nafas, melirik, mengangkat batu, menginjak, dan lain sebagainya sampai akhirnya mereka sampai di gua tingkat tiga.

  • Imajinasi dengan awan
    Ajak anak-anak untuk pergi ke ruangan terbuka sambil tiduran serta melihat awan di langit. Setelah itu suruhlah mereka untuk menebak bentuk awan mana yang mirip dengn kuda, boneka salju atau benda-benda lainnya.

  1. Teknik Mengekspresikan Emosi untuk Anak
  • Melepas balon imajiner
    Tanyakan pada anak-anak mengenai emosi negatif yang mereka miliki, lalu mintalah anak-anak untuk membayangkan sebuah balon kemudian meniupnya dan memasukan emosi negatif tersebut ke dalam balon. Balonpun dengan ikhlas diterbangkan ke langit bersama dengan emosi negatif yang selama ini terpendam.

  • Menyimpan emosi
    Teknik menyimpan emosi ini memerlukan sebuah kardus atau kaleng bekas, pensil, dan kertas. Mintalah pada anak-anak untuk menuliskan emosi negatif yang mereka rasakan kemudian buang bersama emosi negatif itu ke dalam kardus atau kaleng yang sudah disediakan.

  • Mengatasi flashback
    Jika anak-anak mengalami flashback (misalnya tangan berkeringat, tiba-tiba sakit kepala, mulut terasa kering, tempo nafas lebih cepat, panik) saat mendengar sesuatu yang mengingatkan mereka akan kejadian yang traumatik, itu tandanya sedang mengalami gejala stres selepas trauma (GSST). Anak kehilangan orientasi waktu, yang perlu dilakukan adalah : gunakan kesadaran akan perbedaan waktu. Lakukan dan katakan: Nama saya (sebutkan nama), saat ini saya sedang mengalami gejala trauma. Injakkan kaki anda secara bergantian ke tanah (ini akan memberikan perasaan anak masih memiliki kekuatan mengontrol badan). Sekarang tanggal (sebutkan tanggal) saya ada di (sebutkan nama tempat), saya sedang melakukan (sebutkan nama kegiatan). Tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan-lahan beberapa kali hingga pola nafas normal kembali.

  1. Teknik Rekreasional

Pada dasarnya kegiatan rekreasional adalah segala aktivitas yang menyenangkan, dan mampu mengembangkan aspek fisik, pikiran, sosial dan emosional anak sehingga meningkatkan resiliensi mereka. Tidak semua kegiatan rekreasional dapat disebut sebagai kegiatan dukungan

psikososial. Hanya kegiatan yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan psikososial anak yang dapat disebut sebagai kegiatan dukungan psikososial.

  • Kegiatan seni
    Kegiatan seni dapat menjadi alat komunikasi untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Kegiatan ini bisa berupa menggambar, bermain musik, melukis, dan bernyanyi.

  • Pertunjukan drama dan boneka
    Drama sangat baik untuk melatih kerjasama, mengekspresikan perasaan, dan belajar dari sebuah pengalaman. Drama cocok dilakukan untuk anak usia 5-18 tahun. Sedangkan pertunjukan boneka cocok untuk anak usia di bawah 9 tahun.

  • Bermain dan permainan
    Kegiatan bermain bebas dapat meningkatkan kemampuan ekspresi diri anak. Permainan berstruktur yaitu permainan yang memiliki tujuan, metode dan aturan yang dapat mengajarkan nilai-nilai tertentu seperti berbagi dan kerja sama. Karena bentuknya yang terstruktur, maka bisa dilakukan persiapan sehingga dalam pelaksanaannya dapat lebih tertib dan teratur.

  • Menyampaikan, membaca, mendengarkan, dan menuliskan cerita
    Baik mendengar atau menyampaikan cerita dapat melatih anak untuk belajar berempati, mendengarkan dan menghargai orang lain. Isi cerita mengajarkan nilai-nilai moral dan bagaimana menghadapi masalah.

  • Olahraga
    Olahraga memberikan kesegaran dan menyalurkan energi anak dengan cara yang positif. Olahraga melatih kemampuan bergerak dan meningkatkan kekuatan otot.

  1. Teknik Ekspresif
  • Teknik Menulis
    Menulis memiliki kekuatan katartif (pelepasan emosi). Dengan tulisan, seseorang akan dapat menenangkan pikirannya, melepaskan ketegangan, menguraikan kebingungan dan membuka alur baru dalam hidupnya. Teknik menulis tepat untuk anak usia 10 tahun hingga remaja akhir (19 tahun) bahkan bisa juga untuk orang dewasa.

  • Teknik Menggambar

  1. Menggambar bebas

Mintalah mereka untuk menggambar sesuatu hal yang ada di pikiran mereka, dengan begitu konselor, relawan, atau psikolog dapat mengetahui apa yang anak tersebut sedang pikirkan.

  1. Menggambar kejadian traumatis

Hal ini untuk mengidentifikasi hal-hal yang membuat mereka trauma, seperti misalnya mobil ambulans.

  1. Menggambar hari depan

Menggambar masa depan akan menunjukan harapan dan cita- cita di kemudian hari, sehingga orang terdekat yang berada dengan anak dapat mengetahui dan mengarahkan harapan anak.

  1. Menggambar kata

Menggambar kata adalah meminta anak untuk menggambarkan kata yang paling mereka sukai ke dalam wujud gambar.

  1. Memberi judul

Setelah semua gambar terbentuk mintalah anak untuk memberikan judul pada setiap gambar tersebut.

  1. Menggambar perasaan

Kegiatan menggambarkan perasaan bertujuan untuk mengidentifikasikan, memberi nama dan menyatakan emosi anak- anak, karena anak-anak terkadang sulit untuk menyebutkan sebuah ekspresi perasaan yang dia rasakan.