Bagaimana cara mengatasi Social Anxiety Disorder?

social anxiety disorder

Social Anxiety Disorder atau yang juga dikenal dengan istilah Social Phobia adalah sebuah kondisi kelainan kesehatan mental yang tergolong kronis dan menyebabkan kecemasan yang tidak rasional.

Cara Mengatasi Social Anxiety Disorder antara lain dengan cara berikut :

  • Hadapi Gangguan Kecemasan Ini Secara Langsung
    Beberapa langkah untuk mewujudkan langkah pertama ini adalah dengan membuang pikiran negatif yang Anda buat sendiri; uji sendiri seberapa nyata ketakutan yang Anda rasakan; berhenti membuat dan memikirkan asumsi yang bahkan tidak realistis sama sekali; milikilah pikiran bahwa tidak semua orang ingin menilai dan menghakimi Anda; pahami betul bahwa kecemasan tidak hanya dirasakan oleh Anda semata; serta kesadaran bahwa mengatasi masalah ini membutuhkan latihan rutin dan tekad dari dalam diri.

  • Atasi Rasa Takut Anda Sendiri
    Mengatasi rasa takut itu bisa dengan cara membuat langkah penanganan secara bertahap; buat tujuan perubahan jangka pendek yang Anda nilai bisa Anda raih; bersikap santai dan rileks; dan jangan lupa minta dukungan dari teman-teman yang Anda percaya dan mendukung Anda.

  • Berinteraksilah
    Anda baru bisa merasakan perubahan tersebut ketika Anda mempraktikan perubahan yang Anda rencanakan. Cobalah untuk membangun hubungan sosial lebih sering dengan orang lain. Jangan lupa untuk berusaha menemukan orang-orang yang memiliki minat dan bakat sama atau serupa dengan Anda. Konsentrasilah pada topik yang Anda bicarakan dengan lawan bicara, bukan pada kondisi sekitar. Beranikan diri Anda, tanpa keberanian ini Anda tidak akan membuat perubahan yang berarti.

  • Cari Pertolongan
    Pertolongan ini bisa dengan mencoba menghubungi psikolog atau psikiater untuk mengkonsultasikan masalah Anda hingga bergabung dengan kelompok terapi sesuai dengan kondisi kecemasan yang Anda rasakan.

Social Anxiety Disorder disebut juga sebagai social phobia (fobia sosial). Gangguan ini adalah gangguan kecemasan di mana seseorang merasa takut berlebihan berada di lingkungan sosial tanpa alasan yang jelas.

Kecemasan tersebut ditimbulkan karena adanya prilaku individu yang menjadi masalah sehingga perlu penangan yang tepat melalui perubahan prilaku. Perubahan prilaku bertujuan untuk mengubah prilaku manusia yang bisa diamati dan dapat diukur. (Palmer, 2010). perubahan-perubahan itu dipilih sesuai kebutuhan masalah yang dihadapi siswa dengan tujuan untuk melihat perubahan prilaku. Salah satu teknik sebagai terapi prilaku adalah Behavioral Rehearsal.

Behavioral Rehearsal


Behavioral Rehearsal merupakan salah satu di antara banyak teknik yang berasal dari terapi pilaku menurut Thorpe & Olson (Elford:2016). Teknik sebagai terapi prilaku awalnya disebut behavioristic psychodrama (psikodrama behavioristik), adalah campuran terapi conditioned reflex (refleks terkondisi) dari salter, teknik psikodrama dari moreno dan fixed role therapy (terapi peran tetap) dari kelly (Elford:2016). Namun yang lebih sering digunakan adalah behavior rehearsal ( latihan/geladi prilaku) dengan klien yang perlu menjadi sadar sepenuhnya akan dirinya.

Memberikan behavior rehearsal dalam bentuk latihan. Teknik behavior rehearsal diterapkan dalam bentuk bermain peran dimana klien mempelajari suatu tipe perilaku baru di luar situasi konseling. behavior rehearsal memasukkan beberapa komponen kunci yaitu: menirukan prilaku, menerima umpan balik dari konselor, dan sering mempraktekkan/melatih perilaku yang diinginkan (Elford:2016). Upaya yang dilakukan bersama dalam satu kelompok, dengan tujuan untuk memberikan pengalaman belajar bersama dalam penangan masalah kecemasan tersebut.

Terapi Kognitif Perilaku


Selain itu, Suryaningrum (2005) pernah menguji Terapi Kognitif Perilaku untuk mengatasi kecemasan sosial dan hasilnya terbukti efektif.

Terapi Kognitif Perilaku juga memiliki efektivitas untuk mengatasi gangguan kecemasan sosial (Antony & Swinson, 2000; Butler, 1999; Feeney, 2004; Hofmann, 2004; Karp & Dugas, 2003; Rector et al., 2006; Suryaningrum, 2005).

Terapi Kognitif Perilaku digunakan karena dari berbagai temuan yang ada terbukti adanya komponen kognitif yang kuat dalam fobia sosial. Umumnya, individu yang menderita fobia sosial mempersepsikan ketidakmampuan diri mereka secara lebih negatif daripada orang lain (Beidel, Turner, & Dancu; Hartman; Rapee, dalam Feeney, 2004). Dari sisi behavioral, keberadaan situasi yang ditakuti menjadi suatu reinforcement negatif pada fobia sosial.

Secara umum, Antony dan Swinson (2000) menyimpulkan bahwa Terapi Kognitif Perilaku untuk mengatasi kecemasan sosial terdiri dari tiga strategi utama, yakni memasukkan di dalamnya terapi kognitif, exposure atau menghadapi langsung situasi yang menakutkannya, dan ditambahkan dengan pelatihan keterampilan sosial.

Butler (1999) menyatakan bahwa untuk mengatasi kecemasan sosial ini dilakukan dengan cara mematahkan “lingkaran setan” atau jika tidak, maka permasalahan tetap akan berkelanjutan. Ada empat metode utama yang diterapkan oleh Butler (1999), yakni:

  1. Mengubah Pola Pikir
  2. Melakukan Sesuatu yang Berbeda
  3. Mereduksi Self-Conciousness
  4. Membangun Kepercayaan Diri.

Dapat disimpulkan bahwa komponen Terapi Kognitif Perilaku yang digunakan untuk mengatasi kecemasan sosial adalah :

  1. Psikoedukasi (Halford, Doolan, & Eadie, 2002; Karp & Dugas, 2003; Westra & Phoenix, 2003).
  2. Restrukturisasi Kognitif (Book, & Randall, 2002; Feeney, 2004; Halford, Doolan, & Eadie, 2002; Rector, Kocovski, & Ryder, 2002; Suryaningrum, 2005).
  3. Relaksasi (Book, & Randall, 2002; Feeney, 2004; Halford, Doolan, & Eadie, 2002; Suryaningrum, 2005; Westra & Phoenix, 2003), Role Play (Karp & Dugas, 2003; Suryaningrum, 2005).
  4. Exposure (Book & Randall, 2002; Feeney, 2004; Halford, Doolan, & Eadie, 2002; National Institute of Mental Health, 2002; Rector, Kocovski, & Ryder, 2002; Suryaningrum, 2005; Westra & Phoenix, 2003).
  5. Tugas rumah dan self monitoring (Feeney, 2004).