Bagaimana cara mengatasi sembelit pada anak?

Sembelit atau Konstipasi adalah kelambatan atau kesulitan dalam buang air besar (defekasi) yang terjadi dalam 2 minggu atau lebih dan cukup membuat pasien menderita

Bagaimana cara mengatasi sembelit pada anak?

Prinsip penanganan sembelit atau konstipasi fungsional adalah menentukan adanya akumulasi feses (fecal impaction), evakuasi feses (disimpaction), pencegahan berulangnya akumulasi feses dan menjaga pola defekasi menjadi teratur dengan terapi rumatan oral, edukasi kepada orangtua dan evaluasi hasil terapi.

Penjelasan kepada orang tua tentang lamanya tatalaksana konstipasi fungsional dan meyakin-kan orangtua dan pasien bahwa tidak ada solusi cepat pada kondisi seperti ini. Evakuasi feses dapat dilakukan dengan menggunakan terapi rektal atau oral.

Program evakuasi feses biasanya dilakukan selama 2-5 hari sampai terjadi evakuasi tinja secara lengkap atau sempurna. Bila menggunakan obat peroral, dapat digunakan mineral oil (paraffi n liquid) dengan dosis 15-30 ml/tahun umur (maksimal 240 mL/hari) kecuali pada bayi.

Larutan Polietilen glikol (PEG) 20 mL/kgBB/ jam (maksimum 1000 ml/jam) diberikan dengan slang nasogastrik selama 4 jam/hari. Evakuasi tinja dengan obat perrektal dapat menggunakan enema fosfat hipertonik (3mL/ kgBB, 2 kali sehari, maksimum 6 kali enema), enema garam fi siologis (600-1000 mL), atau 120 mL mineral oil.

Pada bayi, digunakan supositoria atau enema gliserin 2-5 mL.

Terapi rumatan dilakukan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa bulan bahkan tahun, untuk mencegah berulangnya konstipasi. Aspek penting dari terapi rumatan jangka panjang adalah membentuk kebiasaan defekasi yang teratur. Beberapa cara untuk metoda ini antara lain modifi kasi perilaku, pemberian diet serat, laksatif dan pendekatan psikologis.

Anak dianjurkan untuk banyak minum dan mengonsumsi karbohidrat dan serat. Buah-buahan seperti pepaya, semangka, bengkuang dan melon banyak mengandung serat dan air sehingga dapat digunakan untuk melunakkan tinja. Serat dan sorbitol banyak terkandung di dalam buah prune, pear dan apel, sehingga dapat dikomsumsi dalam bentuk jus untuk meningkatkan frekuensi defekasi dan melunakkan tinja.

Jumlah serat yang dianjurkan dikonsumsi oleh anak adalah 19-25 gram/hari. Pada kasus konstipasi dianjurkan untuk mengonsumsi serat 25-38 gram sehari. Komponen penting dalam terapi rumatan adalah modifikasi perilaku dan toilet training. Segera setelah makan pagi dan malam, anak dianjurkan untuk buang air besar. Tidak perlu terlalu terburu-buru, yang akan membuat anak semakin tertekan, tetapi berilah waktu 10-15 menit bagi anak untuk buang air besar.

Toilet training akan mengembangkan refl ek gastrokolik bila melakukan secara teratur, dan se-lanjutnya akan membangkitkan refleks buang air besar (defekasi).

Sebagian besar anak telah memulai toilet training pada usia 18 bulan hingga 3 tahun. Kebiasaan ibu merupakan faktor yang berhubungan langsung dengan toilet training pada anak sehingga dapat menyebabkan konstipasi fungsional.

Selain toilet training, latihan dan aktivitas fisik secara teratur membantu melatih otot-otot yang mengatur defekasi. Aktivitas fisik juga berguna untuk memperbaiki gerakan usus yang teratur sehingga membantu feses melewati anus.

Monitor terhadap pola defekasi dan penggunaan obat serta efek samping dapat didapat dari catatan harian yang dibuat oleh orang tua. Salah satu cara untuk tetap menjaga kepatuhan terapi adalah menstimulasi anak yang telah berhasil dalam kegiatan ini dengan pemberian hadiah.

Penambahan asam palmitat, prebiotik oligosakarida dan whey protein yang terhidrolisa sebagian dapat menyebabkan feses menjadi lunak pada anak konstipasi, tetapi tidak terdapat perbedaan frekuensi defekasi23. Probiotik dapat meningkatkan pro-fermentasi karbohidrat, sehingga dapat dipakai untuk penanganan konstipasi.

Pemberian Bifi dobacterium lactis 6 x 109 CFU 2 x sehari efektif meningkatkan frekuensi defekasi pada anak dengan konstipasi setelah 3 minggu pemberian.

Suplementasi Lactobacillus reuteri 1 x 108 per hari selama 30 hari dalam meningkatkan toleransi makan dan fungsi usus pada bayi baru lahir. Mikroflora usus berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan fungsi sensorik dan motorik saluran cerna dengan pelepasan substansi bakteri, produk fermentasi dan faktor neuroendokrin usus, dan melalui pengaruh mediator yang dilepaskan oleh sistem kekebalan gastrointestinal, sehingga dapat mencegah terjadinya konstipasi.26Sedangkan pemberian

Sumber : Yusri Dianne Jurnalis, Sofni Sarmen, Yorva Sayoeti, Konstipasi pada Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas