Kecanduan game memang mempunyai dampak yang berbahaya bagi generasi muda Indonesia, karena terkadang, mereka tidak menyadari dampak dari kecanduan game itu sendiri. Seorang peneliti dari Tokyo’s Nihon University pada tahun 2007 melakukan studi tentang efek video game terhadap aktifitas otak. Hasilnya menunjukkan terjadi penurunan gelombang bheta pada kelompok yang bermain games selama 2-7 jam setiap hari. Penurunan gelombang bheta masih terus terjadi meski sudah berhenti bermain, selain itu juga responden bahwa gamer mudah marah, sulit berkonsentrasi dan mengalami gangguan sosialisasi. Pada saat seoarang bisa membaca dengan serius sambil mendengarkan musik atau membalas sms, saat itulah otak berada digelombang beta.
Gelombang beta (14-100 Hz) adalah kondisi terjaga atau sadar penuh dengan dominasi logika. Saat seseorang berada digelombang ini, otak kiri sedang aktif digunakan untuk berfikir, konsentrasi dan sebagainya. Sehingga gelombang meninggi.
Secara psikologis efek keseringan bermain game atau komputer bagi remaja hanya mendorong mereka enjoy bermain sendiri (soliter) tanpa adanya interaksi dengan teman sebaya (kelompok).
Tetapi bermain game tidak selamanya buruk, karena game juga dapat membantu melatih imajinasi kita. Pertanyaan mendasarnya adalah, kapan seseorang dikatakan sudah kecanduan game ?
Menurut Michael Brody, MD, seorang psikiater, seseorang dikatakan kecanduan game apabila telah masuk kedalam kriteria berikut ini :
-
Bermain game sudah menjadi kebutuhannya. Mereka membutuhkan lebih banyak waktu untuk bermain game agar hidupnya tetap berjalan normal (bagi dirinya).
-
Jika orang tersebut tidak mendapatkan lebih banyak waktu untuk bermain game, dia menjadi mudah marah dan merasa sengsara dalam hidupnya.
Menurut Young kecanduan game sama seperti kecanduan judi. Lebih banyak ke arah psikologi. Didalam psikologi disebut Gangguan pengendalian impulse atau impulse control disorder. Gejala kecanduan game yang parah terlihat jika [orang tua] mengambil komputer anaknya (memaksa berhenti bermain game), maka anak mereka akan duduk di sudut ruangan dan menangis, menolak makan, tidur, atau melakukan apa saja.
Menurut Center for On-Line Addiction, tanda-tanda peringatan untuk orang yang kecanduan video game meliputi:
- Waktu bermain game meningkat seiring waktu
- Selalu memikirkan game walaupun sedang melakukan aktivitas lain
- Bermain Game untuk melarikan diri dari masalah kehidupan nyata, kecemasan, atau depresi
- Berbohong kepada teman dan keluarga untuk menyembunyikan kegiatan bermain game
- Merasa jengkel dan marah ketika mengurangi waktu bermain game
Lalu bagaimana mengatasi orang-orang yang kecanduan game ?
Jawaban paling sederhana dan paling tepat adalah, mereka membutuhkan Psikolog atau psikiater. Psikolog yang mempunyai ilmu untuk melakukan analisis dan mencari solusi terkait dengan permasalahan psikologi seseorang. Yang perlu diingat, setiap orang mempunyai ke-unik-an sendiri-sendiri. Solusi untuk A belum tentu cocok untuk B.
Selain melakukan konseling dengan psikolog profesional, salah satu program yang bisa diikuti bagi pecandu game adalah Terapi Alam (Wilderness Therapy). Terapi alam disini maksudnya adalah, para pecandu game diajak untuk pergi ke alam bebas, selama hingga 1 bulan , meninggalkan seluruh peralatan elektronik yang dimilikinya, dan mencoba menikmati keindahan alam dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bersama dengan teman sebaya secara nyata. Dalam kegiatan ini, tim perawatan (psikolog) membantu para pecandu game untuk meningkatkan kepercayaan dirinya, mengembangkan hubungan interpersonal yang lebih sehat, dan menetapkan tujuan hidup jangka pendek dan jangka panjang.
Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan Terapi Keluarga (Familiy Therapy). Bagi remaja dan anak-anak, terapi keluarga dapat sangat membantu mereka dalam mengatasi kecanduan game. Bagi keluarga yang memilih opsi ini, Psikolog akan melihat bagaimana sistem keluarga dan dinamika keluarga yang saling berhubungan secara keseluruhan, dan membuat rencana perawatan yang menggabungkan semua anggota keluarga - bukan hanya orang yang diidentifikasi memiliki “masalah”. Permasalahan anak dan remaja bisa jadi dikarenakan adanya permasalahan keluarga.