Perencanaan Treatment
Perencanaan treatment merupakan kegiatan merencanakan program untuk memberikan perlakuan pada anak hiperaktif. Dalam perencanaan ini tercantum masalah anak, hasil assesmen dan diagnosis, riwayat keluarga, perkembangan anak, perilaku yang akan dirubah, kriteria pencapaian, pendekatan, dan metode yang digunakan. Dalam perencanaan program, harus terccantum tentang permasalahan yang dihaapi anak, hasil assesmen dan diagnosis, riwayat keluarga, perkembangan anak, jenis perilaku atau bidang yang akan dirubah, criteria pencapaian, pendekatan dan metode yang akan digunakan, perkiraan waktu dan prosedur pelaksanaannya. (Tin Suharmini, 2005).
Tin Suharmini (2005) mengungkapkan beberapa contoh program perencanaan treatment yang meliputi:
-
Menghilangkan atau menyingkirkan benda yang merangsang anak untuk beralih perhatian
-
Ruangan dicari yang tidak bising
-
Pintu dalam kondisi tertutup
-
Menentuan jenis treatment yang akan dilakukan (direncanakan) untuk mereduksi perilaku hiperaktif
-
Berdasarkan wawancara dengan orangtua dapat dietahui kesukaannya, kelebihan atau hal hal positif yang dimiliki
-
Diberikan reinforcement
-
Sikap tegas dan disiplin terapis
-
Setiap aktifitas yang mendukung tujuan yaitu mengurangi perilaku hiperaktif perlu dinampakkan
Pelaksanaan
Langkah-langkah dalam pelaksanaan treatment yaitu :
-
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
-
Melakukan monitoring atau melakukan evaluasi perilaku hiperaktif sudah berkurang atau belum dan mencari gangguan yang menghambat perkembangan.
-
Refleksi, yaitu pengungkapan hasil tindakan atau hasil treatment yang telah dilakukan sesuai dengan perencanaan.
-
Tindak lanjut, dari diskusi beberapa pelaksanaan tersebut maka ditentukan perlakuan tindakan untuk memperbaiki pelaksanaan tindakan pertama.
-
Dalam perencanaan treatment dan pelaksanaan treatment banyak melibatkan metode pendekatan yang dapat digunakan untuk mereduksi perilaku anak hiperaktif.
Rosenberg dkk (dalam Ibnu Syamsi,2005) mengungkapkan beberapa pendekatan dalam penanganan perilaku hiperaktif, yaitu:
-
Byophisic, merupakan pendekatan yang menekankan pada penggunaan obat, diet, atau nutrisi yang dilakukan dengan petunjuk ahli. Ibnu Syamsi (1997:30) juga mengungkapkan bahwa pendekatan ini bertitik tolak bahwa perilaku hiperaktif merupakan suatu penyakit yang memerlukan pengobatan. Biopsycal tersebut meliputi terapi obat dan terapi megavitamin.
-
Behavioral, yaitu penekatan yang digunakan dengan memberikan ganjaran atau hukuman terhadap perilaku hiperaktif tersebut dengan tepat dan dalam kondisi yang sesuai. Mark dan David (2007) mengungkapkan pendekatan behavioral merupakan pendekatan terdokumentasi dengan jelas sebagai metode yang menguntungkan dalam bidang ini.Keberhasilan yang lebih besar dicapai melalui pendekatan behavioral yang difokuskan pada usaha membangun
ketrampilan dan penanganan behavioral terhadap perilaku yang bermasalah.
-
Kognitif – Behavior, pendekatan yang menekankan pada kognitif dan behavior, dimana kognitif mempengaruhi tingkah laku dengan memuatkan meditasi dengan jalan pembelajaran, atau bagaimana proses simbolik internal mempengaruhi tingkah laku.
Tin Suharmini (2005) mengungkapkan bahwa banyak guru yang menghadapi problem perilaku hiperaktif ini dengan cara memarahi, mencaci, memberi hukuman, mengeluh, dan kadang guru cenderung member hukuman badan. Tak jarang juga guru memberi rewardterhadap perilaku yang baik.
Selanjutnya Tin Suharmini juga mengemukakan mengenai contoh penanganan yang dilakukan guru terhadap anak hiperaktif. Guru mempunyai tugas mengajar, karena itu usaha penanganan guru terhadap perilaku hiperaktif selama kegiatan belajar mengajar antara lain :
-
Anak dipilihkan tempat duduk yang sulit keluar masuk. Ruangan pembelajaran harus tenang dan tidak bising. Ruang kedap suara kalau ada lebih bagus.
-
Rangsangan yang berpengaruh meningkatkan perilaku hiperaktif dikurangi atau dihilangkan, sebaliknya rangsangan yang dapat mengurangi perilaku hiperaktif ditingkatkan.
-
Ruangan jangan menggunakan warna yang mencolok, seperti merah, kuning, pink. Warna-warna yang tidak mencolok seperti biru, putih, hijau muda, warna ini akan meningkatkan kesejukan, sehingga dapat membantu usaha mengurangi perilaku hiperaktif.
-
Guru (sekolah) menciptakan suasana yang terstruktur, yaitu tersedianya aturan beserta konsekuensinya. Maksudnya adalah jika anak melakukan pelanggaran maka diberi hukuman dan sebaliknya jika anak melakukan perilaku sesuai aturan maka guru memberi hadiah.
-
Dalam usaha melakukan perbaikan perilaku ini, guru bekerja sama dengan orangtua.
-
Guru memberitahu masalah anak disekolah kepada orangtua dan meminta orangtua tegas dan disiplin kepada anaknya yang hiperaktif.
-
Diajak belajar disiplin. Berdoa sebelum dan sesudah belajar.
-
Guru harus disiplin, bersikap tegas dan mengawasi ketat pada waktu melakukan perbaikan perilaku.
Setiap langkah usaha dalam perbaikan diberikan reinforcement baik positif maupun negatifatau diberikan hadiah dan hukuman.
Tin Suharmini (2005) mengungkapkan tentang metode untuk menangani perilaku hiperaktif pada anak anatara lain :
1. Sensory Integrative Therapy
Merupakan salah satu pendekatan untuk merubah atau mengurangi penyebab disfungsi integrasi sensorik yang merupakan focus hiperaktif.
2. Terapi Musik
Musik dapat digunakan untuk mengurangi perilaku hiperaktif.Musik yang digunakan untuk terapi anak harus disesuaikan dengan kondisi anak. Menurut American Music Therapy Assosiation ( dalam Galih A Veskarisyanti, 2008: 51) mengungkapkan bahwa terapi musik itu semacam terapi yang bersifat terapiutik guna meningkatkan fungsi perilaku, sosial, psikologis, komunikasi, fisik, sensorik motorik, dan kognitif.
3. Terapi Vokasional Sederhana
Terapi ini berisi latihan ketrampilan.Disini yang difokuskan bukan hasil ketrampilan, tapi lebih pada perubahan perilaku dan peningkatan kemampuan seperti pemusatan perhatian, konsentrasi pada tugas, memahami dan menghargai guru yang sedang bicara, dan tidak mengganggu teman.
4. Modifikasi Perilaku
Modifikasi perilaku merupakan fokus dari terapi tingkah laku yang berusaha untuk mengubah perilaku yang tidak dikehendaki dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar sistematis kearah cara-cara yang lebih adaptif.
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku hiperaktif adalah terapi medikamentosa. Terapi medikamentosa yaitu terapi yang dilakukan dengan cara pemberian obat dari dokter. Gejala yang sebaiknya dihilangkan dengan obat adalah hiperaktifitas yang hebat, menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain (agresif), merusak (destrictive), dan gangguan tidur. (Galih A Veskarisyanti,2008).
Selain itu, Galih A Veskarisynti juga menyebutkan metode lain dalam penanganan perilaku anak autis yaitu dengan terapi melalui makanan. Terapi melalui makanan (Diet Therapy) diberikan pada anak autis dengan alergi tertentu. Diet yang sering dilakukan pada anak autis adalah diet gluten dan kasein.
Selain itu, anak autis juga disarankan tidak mengasup makanan yang mengandung gula tinggi. Hal ini berpengaruh pada sifat hiperaktifitas mereka.
Handoyo (dalam Pamuji,2007) terapi perilaku telah dikembangkan untuk mendidik anak dengan kebutuhan khusus, termasuk autisme untuk mengurangi perilaku yang tidak lazim dan menggantikannya dengan perilaku yang diterima dimasyarakat.
Pendapat tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Prasetyo (2008 ) yang mengungkapkan bahwa salah satu terapi yang penting bagi anak autis adalah terapi perilaku (behavior therapy). Terapi perilaku berupaya untuk melakukan perubahan pada anak autis, dalam arti perilaku yang berkelebihan dikurangi dan perilaku yang berkekurangan ditambahkan.
Siti Arifah (2005) penanganan yang bisa diberikan pada anak untuk mengurangi keagresifan dan hiperaktif anak adalah :
-
Kegiatan yang sesuai dengan bakat dan kesenangan, misal menari, menggambar, berolah raga, menyanyi
-
Memberikan ketrampilan yang disenangi anak misal menggunting, menempel atau potongan gambar.
-
Permainan yang disenangi anak