Bagaimana cara mendidik anak usia 2 tahun yang benar?

Mendidik anak

Mendidik anak berusia 2 tahun memang tidak mudah, terutama jika anak terlalu kritis atau justru terlalu diam dan pasif. Mendidik anak usia 2 tahun juga cukup sulit dimana anak tersebut memang belum bisa disebut mengerti, namun penalaran visual mereka sudah berjalan dengan baik.

Bagaimana cara mendidik anak usia 2 tahun yang benar ?

1 Like

Berikut ini ada tips untuk mendidik anak usia 2 tahun, yaitu :

  1. Tunjukan Kasih Sayang
    Kasih sayang merupakan hal yang paling mahal dan tidak bisa ditukarkan. Seperti yang anda ketahui bahwa anak berusia 2 tahun masih membutuhkan hal yang namanya kasih sayang dengan tingkat atau presentase yang sangat tinggi bukan yang hanya sekedar saja. Dengan kenyataan seperti ini kasih sayang bisa menjadi salah satu cara mendidik terbaik untuk anak-anak.

  2. Ajak Bermain
    Mengajak bermain tentu cara mendidik yang paling tepat untuk mengajarkan anak usia 2 tahun. Bermain memanglah dunia mereka dan bukan belajar, namun anda bisa menyematkan pelajaran kedalam semua permainan mereka agar lebih mudah diingat. Mengajak anak berusia 2 tahun juga menambah kedekatan ibu dan anak atau anak dengan anggota keluarga lainnya. Bermain dan beraktivitas di luar sangat membantu meningkatkan syaraf sensorik dan motorik sang anak.

  3. Ajak Berbicara
    Mengajak berbicara mungkin hal yang terdengar sepele, namun tahukah anda bahwa mengajak anak berusia 2 tahun berbicara maka bisa melatih mereka untuk berkomunikasi, seperti apa mereka dan seperti apa cara mereka melakukan komunikasi. Apakah baik atau tidak, sopan atau tidak dan hal lainnya. Mengajak berbicara juga bisa membantu mereka untuk bisa berbicara dengan lancar dan tidak cadel atau terbata.

  4. Perlihatkan Hal Baik
    Memperlihatkan hal baik tentu tidak hanya pada anak usia 2 tahun yang baru bisa belajar, namun kepada seluruh anak-anak bahkan orang dewasa. Terutama jika anda bisa menunjukan efek langsung ataupun “hadiah” yang akan diterima mereka dengan melakukan hal baik. Mengajarkan anak hal-hal baik sejak usia dini dinilai sangat baik karena kemampuan menyerap anak saat masih usia 2 tahun sangat baik dan mudah dipraktekkan oleh anak tersebut.

  5. Kenalkan Kebiasaan Baik
    Mengenalkan kebiasaan baik tak melulu soal membantu menyebrangkan orang tua dan sebagainya. Anak berusia 2 tahun belum tahu dan belum mengerti. Untuk mengenalkan kebiasaan baik mulai dari yang paling kecil seperti mengambil minum sendiri, memakan makanan sendiri, makan menggunakan tangan kanan, menjawab ptertanyaan anak-anak dengan baik-baik atau menjawab pertanyaan dengan bahasa yang baik.

  6. Berikan Aturan
    Memberikan aturan membantu mereka dengan hidup lebih baik. Anak usia 2 tahun masihlah butuh kebebasan untuk berekspresi, mereka sedang dalam tumbuh kembang. Tetapi, bukan berarti aturan hilang dan dispesialkan. Misalnya anak tersebut ingin kue 2 kemudian kuenya sudah habis, maka ia tidak boleh mengambil kue adiknya atau kakaknya. Karena ia sudah memakan kue miliknya. Hal seperti ini disebut sebagai aturan yang bisa diberlakukan pada anak berusia 2 tahun.

  7. Biarkan Mereka Berpendapat
    Anak usia 2 tahun masih nurut orang tua 100%? tidak tentu juga. Anak berusia 2 tahun sudah bisa mengajukan keinginan dan hal yang paling dibutuhkan untuk dirinya sendiri. Maka biarkan mereka berpendapat dan mengutarakan keinginan serta maksud mereka. Dengan begitu anda bisa menelaah sejauh mana anak anda sudah berkembang atau belum. Biarkan mereka berani mengutarakan keinginan dan pendapat dengan benar sejak usia 2 tahun. Karena dengan berpendapat, anak akan mampu memahami apa yang dimaksud dengan sebab dan akibat.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam mempersiakan generasi yang berkualitas dalam masa golden age antara lain:

1. Memberikan ASI

Memberikan ASI pada bayi 0-2 tahun memberikan manfaat yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Diantaranya adalah, Perkembangan psikomotorik lebih cepat, menunjang perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak, kandungan taurin, DHA, AA, Omega 6 dan kandungan lainnya yang terdapat dalam ASI dangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, selain itu juga, pemberian ASI dapat menguatkan ikatan kaih sayang antara ibu dan anak.

2. Mengembangkan Kepribadian anak

Aspek penting yang mulai berkembang sehubungan dengan perkembangan intelegensia dan kesadaran anak pada masa kanak-kanak ialah perkembangan ketika anak menyadari tentang dirinya dan kebutuhan- kebutuhannya. Dalam hal ini ia sadar tentang keadaannya atau kehadirannya di tengah-tengah keluarga dengan segala kepentingannya, tetapi belum meyadari tentang adanya bersama orang lain, yang juga dengan kepentingan dan hak kepunyaannya. Ia tidak atau belum sadari bahwa ada kepentingan bersama, ada milik orang lain selain dia. Ia belum mau mengerti bahwa ibunya itu adalah juga ibu dari kakak dan adik serta istri ayah. Ia tidak mau mengerti bahwa permainan itu adalah permainan kakaknya ataukah adiknya, apalagi anak-anak lain. Pokoknya dia punya semua.

Masa ini berlangsung sekitar umur antara 2 sampai 4 tahun. Dalam masa ini sang anak mengidentikkan dirinya dengan lingkungannya. Ia bersama dengan dunia sekelilingnya. Ia hidup dalam alam kebersamaan.

Setelah anak berumur antara 2–5 tahun, aktivitas utama anak adalah bermain. Bermain difantasikannya sebagai bekerja, sehingga apa yang dilakukan orang dewasa ditirunya, seperti main masak-masak bagi anak perempuan, mobil-mobilan bagi anak laki-laki dan sebagainya. Oleh karena itu, maka pada masa ini orang tua mulai mensosialisasikan jenis kelamin dan peran-peran yang diharapkan berkembang dalam diri anak melalui jenis permainan yang dibelikan atau dibuatkan.

Kondisi dan pengasuhan anak di rumah sangat berpengaruh pada pribadi anak. Pengasuhan anak di keluarga umumnya berlangsung dalam lingkungan yang over protective dari ibunya. Akibatnya akan menjadikan anak menjadi kurang kreatif dan bersifat menunggu. Menurut Parsons, dalam differensiasi peranan antara ibu dan anak kadang kala orang tua memakai sumbu vertikal ibu/bapak adalah leader dan anak adalah follower (Parsons, 1992). Disini, posisi anak dipandang semata-mata sebagai obyek yang tidak berdaya, harus menurut dan sederet sebutan yang memandang anak pada posisi lemah pendidikan yang berorientasi pada orangtua (parents perspective) ini, sangat tidak menguntungkan bagi tumbuh kembang anak.

Pendidikan dan pengasuhan anak yang harus dikembangkan dalam upaya mengembangkan kreativitas dan tumbuh kembang anak usia dini adalah children perspective yang lebih mirip dengan model pendidikan andragogi. Pendidikan yang berpusat pada anak akan menbuat anak sejak usia dini sudah mengenal rasa tanggung jawab. Watak tepo seliro (yang oleh orang barat digembor-gemborkan sebagai Emotion Quotien-EQ) dan tidak pemalu (karena pendapatnya diterima/didengar). Model pendidikan seperti itu seyogyanya dapat diaplikasikan pada pengasuhan di penitipan anak.

Menurut John Bolby, pada dasarnya praktek pengasuhan anak selalu ditandai dengan adanya attachment yaitu interaksi yang terjadi antara ibu dan anak dalam rangka pemenuhan kebutuhan anak. Pada usia dini, anak memang sepenuhnya akan menyandarkan diri dalam memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan anak yang terpenuhi akan menjadikan rasa aman sehingga membentuk percaya diri.

Menurut Selo Soemardjan, keluarga jaman sekarang seharusnya menganut model symmetrical family atau keluarga yang seimbang, yang demokratis dimana tanggung jawab pengasuhan anak jangan melulu dibebankan pada ibunya. Hal ini berarti bahwa ayah juga dapat menggantikan fungsi ibu dalam pengasuhan anak usia dini. Disamping itu seyogyanya, tugas pengasuhan juga tidak mesti menjadi tanggung jawab ibunya. Sehingga masalah keterpisahan antara anak dan orangtua seyogyanya tidak mengganggu tumbuh kembangnya.

Fungsi pendidikan bagi anak dini usia (golden age) tidak hanya sekedar memberikan berbagai pengalaman belajar seperti pendidikan pada orang dewasa, tetapi juga berfungsi mengoptimalkan perkembangan kapabilitas kecerdasannya. Pendidikan disini hendaknya diartikan secara luas, mencakup seluruh proses stimulasi psikososial yang tidak terbatas pada proses pembelajaran yang dilakukan secara klasikal. Artinya pendidikan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, baik yang dilakukan sendiri di lingkungan keluarga maupun oleh lembaga pendidikan di luar lingkungan keluarga.

Pembelajaran harus dilakukan secara menyenangkan yaitu melalui bermain kesenangan yang diperoleh melalui bermain memungkinkan anak belajar tanpa tekanan, sehingga disamping motoriknya, kecerdasan anak (kecerdasan kognitif, sosial-emosional, spiritual dan kecerdasan lainnya) akan berkembang optimal. Lebih penting lagi, dampak dari jenuh belajar berupa semakin menurunnya prestasi anak di kelas. Kelas yang lebih tinggi dapat dihindari.

Pembelajaran yang menyenangkan merupakan pembelajaran yang berpusat pada anak, dimana anak mendapatkan pengalaman nyata yang bermakna bagi kehidupan selanjutnya. Pada gilirannya, melalui pendidikan anak dini usia yang pembelajarannya dilakukan secara menyenangkan akan membentuk manusia-manusia Indonesia yang siap menghadapi berbagai tantangan.

Berdasarkan kajian neurologi dan psikologi perkembangan, kualitas anak dini usia disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) juga sangat dipengaruhi oleh faktor kesehatan, gizi, dan psikososial yang diperoleh dari lingkungannya. Oleh karena faktor bawaan harus kita terima apa adanya, maka faktor lingkunganlah yang harus direkayasa. Kita harus mengupayakannya semaksimal mungkin agar kekurangan yang dipengaruhi oleh faktor bawaan tersebut dapat kita perbaiki. Adapun pemanfaatan kesempatan ini tidak lepas dari aspek-aspek pembinaan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan berbahasa, kecerdasan kreatifitas dan yang terpenting adalah kecerdasan spiritual.

Berikut beberapa tips untuk mengembangkan otak anak pada usia dini, antara lain:

  1. Selalu memberikan umpan balik, sehingga proses belajar anak tidak terputus.

  2. Lakukan pembiasaan terhadap pola hidup yang baik dengan cara pengulangan secara terus menerus agar anak menjadi lebih terampil melakukan sesuatu.

  3. Memberikan perhatian ekstra pada saat window of opportunity agar tidak kehilangan waktu prima untuk menstimulasi otak anak.

  4. Mengembangkan pengalaman yang kaya bahasa. Penguasaan bahasa yang baik akan menunjukkan tingkat kecerdasan seseoran.

  5. Minimalisir kegiatan menonton televisi, kegiatan ini sangat tidak menunjang perkembangan otak anak terutama sekali pada usia yang sangat dini.

  6. Berikan kesempatan berinteraksi sehingga anak mempunyai pengalaman yang luas dan memiliki fleksibilitas yang tinggi.

  7. Mengkonsumsi makanan yang bergizi tinggi.

  8. Cukup tidur

  9. Terhindar dari suasana tegang

  10. Menyediakan waktu untuk berefleksi

  11. Melatih anak untuk menarik nafas dalam – dalam

  12. Banyak minum air putih

  13. Memnggunakan warna–warna terang seperti kuning, merah, orange

  14. Mengajak anak bernyanyi

  15. Sering mengajak anak tertawa

  16. Melatih keteraturan dalam melakukan kegiatan

  17. Memberikan aroma suasana yang menstimulasi kewaspadaan seperti peppermint dan kayu manis

  18. Pandai mengaitkan perasaan dan pikiran anak