Bagaimana cara mendidik anak sesuai tuntunan Islam?

mendidik anak

Mendidik anak bukanlah perkara mudah. Sebagai orang tua pasti sudah merasakan betapa sulitnya mendidik anak. Lantas bagaimanakah cara mendidik anak sesuai tuntunan Islam?

4 Likes

Pertama:

Umumnya, akhlaq yang jelek itu sesuai dengan syahwat dan hawa nafsu seseorang; sehingga seorang anak akan melakukannya tanpa perlu disuruh atau susah-susah. Sebaliknya, akhlaq yang baik itu membutuhkan latihan bagi jiwa serta pengendalian dari syahwat, yang merusak dan merugikan jiwa. Akhlaq yang baik berarti mengikuti jalan yang bertentangan dengan hawa nafsu, sehingga merupakan suatu proses yang membutuhkan usaha dan perjuangan.

Pendidikan yang baik adalah dengan menanamkan akhlaq yang baik secara kuat dan kokoh ke dalam jiwa anak, sehingga ia mampu menolak syahwat yang jelek, dan menjadikan jiwanya tidak akan merasa nyaman kecuali dengan hal-hal yang baik, dan jiwanya akan membenci apa pun yang bertentangan dengan akhlaq yang baik. Sehingga anak akan menerima akhlaq yang baik, dan mencintai akhlak tersebut. Cinta tidak dapat ditanamkan dengan cara kekerasan; melainkan membutuhkan hal-hal berikut:

1. Kelembutan
Terdapat sejumlah hadits Nabi yang mengajarkan kita untuk menggunakan kelembutan saat berinteraksi dengan orang lain, seperti berikut:

“Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai beliau, berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, 6024).

“Muslim (2592) meriwayatkan dari Jarir bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang terhalangi dari kelembutan, maka dia akan terhalangi dari kebaikan.’”

“Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, semoga Allah meridhai beliau, berkata, ‘Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya kelembutan, tidaklah berada pada sesuatu kecuali pasti menghiasinya, dan tidaklah kelembutan diambil dari sesuatu, pasti merusaknya.’”

“Dari ‘Aisyah semoga Allah meridhai beliau bahwa dia berkata: Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Jika Allah ‘azza wa jalla menginginkan kebaikan bagi anggota rumah tangga, Dia akan memasukkan kelembutan kepada mereka’ (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya (24427); yang dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami ‘as-Shaghir (303)).

Di antara tabiat anak-anak adalah mereka mencintai orang tua yang lemah lembut kepada mereka, membantu mereka, dan yang perhatian kepada mereka, sebisa mungkin tanpa teriak dan amarah; bahkan dengan penuh hikmah dan kesabaran. Anak usia dini membutuhkan hiburan dan permainan; sebagaimana juga usia dini adalah usia yang tepat untuk menanamkan adab-adab dan pendidikan yang baik. Oleh karena itu, orang tua harus mampu menyeimbangkan antara keduanya.

Saat anak-anak mencintai orang tua yang penuh kelembutan, maka cintanya ini akan memotivasi mereka dengan kuat untuk menaati orang tuanya. Sebaliknya, tidak adanya kelembutan pada orang tua, bahkan adanya kekerasan, akan menyebabkan anak menjauh, yang pada gilirannya akan menyebabkan keras kepala dan ketidaktaatan, atau menyebabkan ketakutan yang akan menumbuhkan sifat dusta dan tipu daya pada diri anak kepada orang tua.

2. Kelembutan tidak berarti meniadakan hukuman pada saat diperlukan.
Namun, perlu dicatat bahwa hukuman, ketika membesarkan anak-anak, harus digunakan secara bijak. Tidak benar jika anak selalu dihukum untuk setiap pelanggaran yang dilakukan. Hukuman diterapkan saat kelembutan tidak lagi berpengaruh, dan ketika nasehat, perintah dan larangan telah diabaikan.

Kemudian, hukuman juga harus memberikan manfaat. Misalnya, Anda memiliki masalah pada kebiasaan anak-anak Anda menghabiskan waktu yang lama di depan televisi, maka Anda dapat membatasi program yang mereka tonton, yakni yang bermanfaat dan tidak membahayakan secara umum, dan bebas dari perkara mungkar sebisa mungkin. Jika mereka melampaui waktu tonton yang telah ditentukan, Anda dapat menghukum mereka dengan melarang mereka menonton televisi selama satu hari penuh. Suatu ketika mereka melanggar lagi, maka Anda dapat melarang mereka dari menonton televisi untuk jangka waktu yang lebih lama, sesuai dengan tujuan kebaikan yang hendak digapai dan manfaat dalam pendidikan adab dan budi pekerti.

3. Memberikan contoh yang baik.
Orang tua harus memiliki akhlaq yang baik terlebih dahulu, sebelum mengajari anaknya berakhlaq baik. Sebagai contoh, tidak tepat jika seorang ayah melarang anaknya merokok padahal dia sendiri merokok.

Salah seorang ulama mengatakan kepada guru anak-anaknya, “Hal pertama yang harus Anda lakukan untuk mendidik keshalihan anak-anak saya adalah membuat diri Anda sendiri menjadi shalih. Karena kesalahan mereka adalah bentuk mencontoh dari kesalahan Anda; Hanya perbuatan baik saja yang harus Anda lakukan dan tinggalkanlah perbuatan yang jelek di hadapan mereka” (Tariikh Dimasyq, 38 / 271-272).

4. Menerapkan lingkungan yang baik.
Lingkungan yang baik adalah lingkungan di mana perbuatan baik dipuji dan pelakunya dimuliakan, sedangkan perbuatan buruk dan pelakunya dicela. Saat ini, lingkungan seperti ini sangat jarang kita temui. Namun, dengan usaha keras dan sungguh-sungguh secara fisik, psikologis dan finansial, insyaAllah kita mampu untuk membuatnya.

Misalnya, jika terdapat sebuah keluarga muslim yang tinggal di lingkungan di mana tidak ada keluarga muslim lainnya, keluarga ini harus berusaha keras untuk pindah ke lingkungan atau kota di mana terdapat banyak muslim, atau lingkungan di mana terdapat masjid atau pusat kegiatan Islam yang aktif dalam menjalankan program-program untuk anak-anak muslim.

Contoh lain, jika seorang anak tertarik dalam olahraga tertentu atau aktivitas lainnya, orang tua bisa mencarikan klub olahraga atau organisasi serupa yang cocok, yang dikelola oleh muslim yang berkomitmen pada syariat Islam, yang diikuti oleh keluarga-keluarga muslim yang bersemangat untuk memberikan anak-anak mereka pendidikan yang baik dalam seluruh perkara. Interaksi satu sama lain sangat memberikan pengaruh besar, seperti yang Anda katakana. Sehingga, cobalah untuk mengurangi efek negatif yang Anda lihat sebagai hasil dari interaksi tersebut, dengan mengatur interaksi yang positif dengan keluarga muslim.

Jika orang tua mampu mengeluarkan uang untuk pakaian bagus, makanan lezat, dan rumah yang nyaman, mereka juga harus bersedia mengeluarkan uangnya dalam usaha untuk memperoleh akhlaq yang baik, dengan mengharap pahala dari Allah Ta’alaa dengan hal tersebut.

Kedua:

Wajib bagi Anda untuk senantiasa memanjatkan doa tanpa henti, terutama pada waktu-waktu mustajab, seperti saat sepertiga malam terakhir, saat sujud, dan pada hari Jumat. Perbanyaklah meminta kepada-Nya agar menjadikan anak-anak Anda menjadi anak-anak yang shalih dan agar membimbing mereka ke jalan yang lurus. Berdoa untuk kebaikan anak adalah salah satu ciri hamba Allah yang shalih. Allah berfirman:

“Dan (hamba-hamba Ar Rahman adalah) mereka yang mengatakan:” Ya Tuhan kami! Anugerahkan kepada kami, istri-istri dan keturunan kami yang akan menjadi penyejuk mata kami, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin untuk orang-orang yang bertakwa” (Al-Furqaan 25:74).

Syaikh ‘Abd ar-Rahman as-Sa’di, semoga Allah merahmatinya, berkata,

“penyejuk mata” artinya sumber kebahagian bagi kami. Jika kita mempelajari karakteristik dari mereka (yang memanjatkan doa ini), kita akan ketahui bahwa di antara indikasi kuatnya kehendak baik dan tingginya martabat mereka adalah mereka tidak akan bahagia sampai mereka melihat istri dan keturunan mereka menaati Tuhan mereka, berilmu dan mengamalkan ilmunya. Dan doa untuk keshalihan istri dan anak-anak juga merupakan doa untuk diri mereka sendiri, karena manfaatnya akan kembali kepada mereka juga. Oleh karena itu, mereka menganggap hal tersebut sebagai bentuk karunia (Allah) kepada mereka. Mereka berkata “Anugerahkan kepada kami”, bahkan sebenarnya doa mereka tidak hanya membawa manfaat untuk mereka, namun juga bagi semua umat Islam, karena keshalihan satu orang akan menyebabkan shalihnya orang-orang di sekelilingnya, dan akan memberikan manfaat bagi mereka” (Taisiirul kariimil mannaan fi tafsiri kalaamir rahmaan, 587).

1 Like

Paling utama dan utama ialah mendidik anak tentang tauhid. Mengenal Allah SWT dan Keislaman harus dipupuk sedini mungkin. Rasulullah SAW bersabda : “Bukalah lidah anak-anak kalian pertama kali dengan kalimat “Lailaha-illaallah”. Dan saat mereka hendak meninggal dunia maka bacakanlah, “Lailaha-illallah”.

Dan dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya barangsiapa awal dan akhir pembicaraannya “Lailah-illallah”, kemudian ia hidup selama seribu tahun, maka dosa apa pun, tidak akan ditanyakan kepadanya.” (sya’bul Iman, juz 6, hal. 398 dari Ibn abbas)

Ada dua tahapan mendidiki anak secara ilmu tauhid.

  1. Tahapan pertama ; Pada anak berusia 3 tahun sudah diajarkan mengucapkan kalimat tauhid “Laila Ha Illallah” (Tiada Tuhan Selain Allah) sebanyak tujuh kali.

  2. Tahapan kedua: Memasuki usia anak 3 tahun 7 bulan sudah bisa mengajarkan “Muhammad Rasulullah” (Muhammad Rasul Allah). Disarikan dalam kitab Al Mali.

Disarikan dalam kitab Al Mali, Imam Ash Shiddig Ra menerangkan cara mendidik anak mengenal tentang Shalat :

  • Saat usia anak memasuki usia 5 tahun dan sudah memahami arah dengan baik. Orang tua sudah bisa menanyakan arah kanan dan kiri. Kemudian secara perlahan ajarkan kemana arah Shalat (Kiblat). Dan mulailah mengajak anak untuk Shalat.

  • Saat usia sudah 7 tahun, anak sudah bisa diajak membasuh muka dan kedua telapak tangan. Dan secara halus meminta anak untuk shalat.

  • Memasuki usia 9 tahun, sepenuhnya anak sudah bisa diajarkan tata cara wudhu dengan benar dan melakukan shalat lima waktu. Pada usia ini sudah bisa menerapkan hukuman sesuai syariat Islam bila anak tidak melakukan Shalat.

Mengajari Anak Tentang Ibadah yang Wajib dan Sunnah atau amalan lainnya.

  • Memasuki usia akil baligh (Bagi lelaki sudah mulai bermimpi dan perempuan sudah datang haidh) anak sudah bisa diberitahukan kewajiban Shalat, Kewajiban Puasa pada saat Ramadhan. Selain itu, anak sudah bisa meminta kepada anak untuk membaca Al Qur’an, mencari llmu, menghormati orang tua, bersikap sopan santun terhadap yang lebih tua, saudara kandungnya, dan teman-temannya. Sebaiknya selalu menyediakan banyak buku tentang agama atau kisah islam di rumah sebagai bahan bacaan Anak.

  • Memberikan perhatian mengenai kondisi rumah tangga dengan cermat dan berusaha mengenal teman-teman anak Anda.

  • Apabila anak melalukan perbuatan dilarang dalam agama (perbuatan tercela) seperti berbohong. Berikan nasehat untuk anak. Dan halangilah perbuatan tersebut. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW :

    “Jika Rasulullah mendapatkan ada salah seorang dari anggota keluarga beliau yang berdusta maka beliau akan terus melawan sikap tersebut hingga dia (orang itu) bertaubat.” (HR. Ahmad)

  • Sebagai Orang tua Anda harus menyempatkan waktu untuk bertanya kepada anak Anda tentang keadaan di sekolah mereka. Apa yang diajarkan para guru, apakah sesuai prinsip ajaran Islam. Jika tidak, sebaiknya Anda memberikan pemahaman Islam yang benar kepada Anak Anda.

  • Mengajarkan anak untuk hidup kesederhanaan, tidak berlebihan dalam memintakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Ceritakan kisah Nabi Muhammad SAW yang hidupnya dalam kesederhanaan.

  • Selalu tanyakan kepada anak-anak Anda kemana uang yang Anda berikan apa membeli jajan, atau membeli sesuatu seperti buku. Yang penting kebutuhannya tersebut harus sesuai dan bisa digunanakan, tidak merugikan dirinya sendiri.

  • Sayangi anak-anak seperti Rasulullah menyanyangi anak-anak dan cucu Beliau. Ciumlah anak dengan penuh kelembutan menandakan kasih sayang Anda. . Rasulullah sendiri mencium Hasan bin Ali. Suatu ketika Al Aqra’ bin Habis At-Tamimi duduk-duduk bersama Rasulullah. Dia (Al Aqra’) bertanya:

    “Apakah kalian mencium anak-anak kalian? Aku memiliki sepuluh orang anak, akan tetapi aku tidak pernah mencium satu pun dari mereka.” Rasulullah memandang Al Aqra’ dan bersabda: “Siapa saja yang tidak menyayangi (orang lain) maka dia tidak akan disayangi.”

  • Ajarkan kepada anak-anak untuk terbiasa menabung supaya terbiasa menyisihkan harta benda mereka hingga dewasa. Dan bisa digunakan untuk kepentingan pribadi dan kepentingan di jalan Allah SWT (seperti bersedakah, membantu yang membutuhkan, dan lain-lain).

  • Sebagai orang tua, hati-hatilah dalam mendidik Anak. Berlakulah adil terhadap anak-anak Anda. Jangan jadikan posisi Anda sebagai bos besar dalam rumah tangga. Anak-anak berhak mendapatkan lebih dari Anda. Sebagai orang tua, Anda akan dimintakan pertanggung jawaban oleh Allah SWT di hari akhir nanti. Rasulullah bersabda:

    “Sesungguhnya Allah akan menanyakan kepada setiap pemimpin tentang apa yang dipimpinnya, apakah dia menjaga ataukah menyia-nyiakannya. Sampai-sampai seorang laki-laki pun akan ditanyakan tentang (kepemimpinannya) atas keluarganya.”

  • Selalu tunjukkan hal-hal yang baik dan positif kepada anak-anak. Dan Anda menjadi suri tauladan mereka hingga dewasa.

  • Sebagai orang tua, Anda harus selalu senantiasa siaga 24 jam terkait kesehatan anak-anak Anda. Sampai saat mereka sudah bisa mengurus diri sendiri nantinya (sudah dewasa).

  • Mendoakan kebaikan untukanak-anak Anda agar tumbuh menjadi anak yang shaleh dan shalehah. Tidak ada hijab (pembatas) antara kedua orang tua dan anak begitu juga sebaliknya.

  • Jauhkan anak-anak dari hiasan dunia yang tidak baik. Sebagai gantinya sejak kecil perdengarkan ayat-ayat suci Al Qur,an dan berikan buku-buku atau majalah yang menceritakan kisah-kisah Nabi dan Rasul, kisah islami, dan lainnya dalam hal mendidik anak untuk menjauhi hal-hal yang tidak baik dan tercela.

  • Bila anak mendapat permasalahan pada saat memasuki usia sekolah. Alangkah sangat baik mengajaknya untuk menceritakan permasalahan apa yang dialaminya. Jangan pernah sama sekali memarahi atau membentak anak-anak Anda.

  • Mulai sejak lahir sampai akil baligh bermainlah dengan anak-anak Anda. Jika Anda terlalu sibuk karena pekerjaan, sempatkan beberapa saat untuk bercengkrama dengan anak Anda. Beberapa sahabat berkata:

    “Kami pergi bersama Rasulullah. Beliau mengundang kami untuk makan. Saat itu Husain terlihat sedang bermain di jalanan. Rasulullah lantas bergegas berdiri di hadapan orang-orang (kami) dan membentangkan kedua tangan beliau. Anak itu (Hasan) kemudian berlari ke sana dan kemari. Beliau membuat Hasan tertawa-tawa hingga akhirnya beliau meraih tangan Husain. Belialu lalu meletakkan salah satu tangan beliau pada bagian dagu Husain, sedangkan tangan beliau yang lain pada bagian tengkuk kepalanya.”

1 Like

Dalam proses mendidik anak dalam pandangan Islam, metode mempunyai peranan yang penting yang berfungsi mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Berdasarkan hal ini orangtua sebagai orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anaknya harus memiliki sikap kehati-hatian dalam menentukan metode, sebab jika salah dalam mengambil suatu metode, tujuan pendidikan tidak akan tercapai bahkan akan membawa madharat terhadap anak. Berikut cara mendidik anak sesuai tuntunan Islam, yakni :

1. Mendidik Melalui Keteladanan

Konsep keteladanan dalam sebuah pendidikan sangatlah penting dan bisa berpengaruh terhadap proses pendidikan, khususnya dalam membentuk aspek moralitas, spritual, dan etos sosial anak8. Pentingnya keteladanan dalam mendidik anak menjadi pesan kuat dari Alquran. Sebab keteladan adalah sarana penting dalam pembentukkan karakter seseorang. Satu kali perbuatan yang dicontohkan lebih baik dari seribu kata yang diucapkan9. Ditambahlagi anak anak akan mudah meniru apa pun yang dilihatnya. Sebagaimana Allah juga memberikan contoh-contoh Nabi atau orang yang bisa kita jadikan suri teladan dalam kehidupan atau peringatan agar kita jadikan suri teladan dalam kehidupan atau peringatan agar kita tidak menirunya. Sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya pada nereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu:( yaitu bagi orang-orang yang mengharap pahala Allah dan keselamatan pada hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling maka sesungguhnya Allah dialah yang maha kaya lagi maha terpuji.” Q.S. Al-Mumtahanah [60] :6)

Keteladanan dalam mendidik anak sangatlah penting, apalagi kita sebagai orangtua yang diberi anak oleh Allah yang berarti kita harus bisa menjadi guru teladan bagi mereka dan juga sebagai orangtua wajib menjaditeladan bagi putra putrinya dalam semua aspek kehidupan. Oleh karena itu kita harus benar-benar menjadi panutan bagi mereka andalkan untuk mengarungi kehidupan ini. Apabila kita menginginkan anak kita mencitai Allah dan Rasul-Nya maka kita sebagai orangtua harus menunjukkan sikap mencintai Allah dan Rasullnya, sehingga kecintaan itu akan terlihat oleh anak-anak. Konsep keteladanan untuk akhirat: seorang ayah harus melaksanakan sholat fardhu berjamaah ke mesjid dan dia harus dengan sabar mengajak anak laki lakinya , sambil menekankan bahwasanya seorang laki laki dianjurkan sholat berjamaah ke mesjid. Begitu juga dengan ibadah wajib dan sunnah lainnya orangtua harus memberikan contoh teladan seperti membaca Alquran, sholat sholat sunnah, puasa sunnah sampai bersedekah. Orangtua juga bisa membuat program yang menyenangkan bagi anak anak dengan cara mendikusikan kepada mereka, mungkin mengajak mereka untuk touring ke mesjid , rumah yatim piatu hingga ke kehidupan pesantren.

Konsep keteladanan juga meliputi aspek kehidupan duniawai contoh sederhana yang semua berawal dari sebuah rumah yang islami. Orangtua memberi contoh dalam konsep kebersihan, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan kamar mandi, tempat tidur mereka sendiri. Konsep gila membaca mengali ilmu, ibu atau ayahnya menunjukkan sikap yang menyukai buku, menjadikan buku sebuah benda yang berharga. Mengajak anak-anaknya berdarmawisata ke toko buku yang kemudian menimbulkan kecintaan dan minat membaca. Konsep sehat bugar, mengajak anak-anak berolahraga bersama hingga mengajari mereka memilih makanan sehat.

Untuk itu orangtua harus banyak belajar dan menggali ilmu agar dapat menjadi seorang guru yang terus semangat untuk transformasi ilmu dan transformasi nilai. Mereka harus cerdas dan terampil dalam mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus menjadi sosok yang diteladani oleh anak anaknya yang akan menjadi sosok yang diteladani oleh anaknya.

2. Mendidik Melalui Perhatian

Anak anak mengalami beberapa fase untuk menjadi manusia dewasa, anak memerlukan perhatian khusus dalam masalah emosi. Hal ini sangat beralasan, karena gangguan atau kekacauan mental dan emosional yang terjadi pada siapapun, termasuk pada anak-anak yang dapat mengalami stress. Pada situasi seperti ini peranan dan bimbingan orangtua menjadi hal yang mutlak mengingat usia anak yang masih labil dan efek lanjutan yang timbul akibat gangguan tersebut. Perhatian tulus yang diberikan orangtua kepada anaknya ibarat air hujan yang memadamkan kobaran api.

Ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya stres pada anak diantaranya:

  • Pertama : aktivitas disekolah, anak anak dituntut dalam bidang akademisnya yang dinilai terlampau berat. Mereka sangat terbebani,tugas yang menumpuk, sikap guru yang tidak bersahabat ditambah lagi ekspektasi orangtua yang terlampau tinggi pada anak. Demikian pula dengan lingkungan pergaulan anak, dimana seorang teman itu dapat menjadi segalanya bagi mereka yang mampu mengabaikan posisi keluarganya.

  • Kedua: fisik anak, kondisi fisik anak atau bentuk tubuh mereka menjadi bentuk stres yang lain. Tubuh anak yang terlalu gemuk dan kurus, tinggi badan hingga jerawat yang terlalu banyak mulai muncul, hal ini dapat menganggu perasaan mereka.

  • Ketiga: kondisi keluarga. Perceraian dan hubungan keluargayang tidak harmonis menjadi faktor yang lain yang dapat mnyebabkan stress pada anak. Ditambah kondisi keuangan keluarga yang pas pasan yang bisa menimbulkan persaan yang sangat sensisitif bagi anak.

  • Keempat: kisah asrama, perasaan suka yang mulai muncul terhadap lawan jenis dapat juga menjadi sumber stress bagi mereka. Disaat merek tidak mendapatkan apa yang diinginkan hingga ditinggal oleh orang–orang yang disayangi, hal ini dapat membuat emosi seseorang menjadi tidak terkendali, bahkan tak jarang membuatnya mengambil tindakan yang nekad.

Dari beberapa faktor diatas dapat diambil kesimpulan betapa pentingnya perhatian orangtua. Walaupun orangtua sangat sibuk mencari nafkah, namun mereka harus dapat meluangkan waktu yang berkualitas. Orangtua juga berkewajiban untuk mencari sekolah yang mengasung pendidikan positif, pendidikan positif mengupayakan agar anak kita cerdas, sehat dan bahagia. Disaat seorang anak mendapatkan perhatian yang cukup dari ayah dan ibunya mereka akan lebih percaya diri untuk menghadapi lingkungan, mereka akan menjadikan orangtua sebagai sumber utama untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dan yang terpenting kita tidak membebani mereka dengan pengharapan kita agar mereka nyaman dan terhindar dari stress.

3. Mendidik Melalui Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan hal yang utama yang bisa menimbulkan rasa kerja sama diantara manusia dan orangtua wajib menanamkan kasih sayang, ketentraman dan ketenangan dalam di dalam rumah. Hubungan antara suami dan isteri atau kedua orangtua adalah hubungan kasih sayang. Hubungan ini dapat menciptakan ketenteraman hati, ketenangan pikiran, kebahagiaanjiwa, dan kesenangan jasmaniah. Hubungan kasih sayang ini dapat memperkuat rasa kebersamaan antar anggota keluarga, kekokohan pondasi keluarga, dan menjaga keutuhannya. Cinta dan kasih sayang dapat menciptakan rasa saling menghormati dansaling bekerja sama, bahu-membahu dalam menyelesaikan setiap problem yang datangmenghadang perjalanan kehidupan mereka1. Hal ini sangat berperan dalam menciptakan keseimbangan mental anak. Ditambah lagi bahwa anak yang menerima cinta dan kasih sayang besar dari orangtuanya selama pertumbuhan, ternyata lebih cerdas dan lebih sehat daripada anak usia dini yang tumbuh terpisah dari orangtuanya.

Rasululluh telah mengajarkan kita untuk berkasih sayang sesama manusia, khususnya anak-anak harus dibangun berdasarkan bahasa cinta dan kasih sayang. Karena akan menciptakan ikatan yang kuat antara anak dan orangtua dan menimbulkan kelembutan sikap anak-anak. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, suka mencintai orang lain dan berprilaku baik dalam masyarakat.

H. Amirullah mengatakan bahwasanya manusia adalah budak kasih sayang dan budak kebaikan16. Yang bermakna kasih sayang yang tulus mampu membuat manusia sampai seperti budK yang bersedia menuruti apa saja kemauan majikannya/tuannya. Orangtua yang telah mendidik dengan kasih sayang akan memperoleh seorang anak yang menuruti perkataan orangtuanya. Mereka akan menjadi sepasang sahabat yang memiliki komunikasi yang baik dan sehat. Atmosfer dalam keluarga juga menjadi hangat dan timbul kemesraan dalam hubungan antar anggota keluarga sehingga seorang anak juga berusaha dan berupaya memberikan kehangatan cinta pada lingkungan keluarganya.

4. Metode Mendidik dengan Menasehati

Metode mendidik anak dengan cara menasehati dan memberikan petuah juga termasuk salah satu cara untuk membentuk karakter seorang anak, emosional, maupun sosial. Apalagi disaat anak memasuki usia remaja yang merupakan masa perkembangan individu yang sanagat penting. Petumbuhan tubuh/fisik semakin berubah ke arah bentuk yang lebih sempurna. Kemapanan pertumbuhan fisik inilah yang dapat membawa kerawanan sosial bagi pelakunya17. Pada kondisi ini orangtua dapat menasehati dengan memberikan pemahaman keimanan dan akhlaq karimah dengan jelas, terang, dan lengkap sesuai dengan kemampuan anak.

Beberapa contoh problema yang mungkin timbul pada masa remaja diantaranya:

  • Problema berkaitan dengan perkembangan fisik dan motorik
    Orangtua sering kehilangan masa perkembangan ini, mereka tidak menyadari anak mereka sudah berkembang fisik dan kematangan organ reproduksi. Terkadang terjadi situasi dimana remaja merasa keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya yang mengakibatkan timbulnya rasa tidak puas dan kurang percaya diri.

  • Problema berkaitan dengan perkembangan kognitif dan bahasa
    Dalam era globalisasi sekarang ini sangat diperlukan kemampuan intelektual dan penguasaan bahasa asing untuk menunjang kesuksesan hidup dan karier seseorang. Terhambatnya perkembangan kognitif dan bahasa dapat berakibat pula pada aspek emosional, sosial, dan aspek aspek perilaku kepribadian lainnya.

  • Problema berkaitan dengan perkembangan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan.
    Masa remaja ditandai keinginan untuk bergaul dan diterima di lingkungan kelompok sebayanya. Apabila terjadi penolakan dari teman sebayanya dapat menimbulkan frustasi dan menjadikan dia sebagai isolated dan merasa rendah diri. Kemudin dengan pertumbuhan organ reproduksi, membuat remaja memulai untuk menjalin hubungan khusus dengan lain jenis dan jika tidak mendapat bimbingan orangtua akan mengakibatkan penyimpanganperilaku sosial. Ditambah mereka juga mulai untuk mencoba-coba dan menguji kemapanan norma yang ada.

Dari beberapa problema diatas diperlukan metode nasihat, karena nasihat dapat dijadikan salah satu konsep untuk membangun karakter anak dengan memberikan nasihat dengan waktu yang tepat dan tidak dalam keadaan marah. Dan yang paling penting lagi nasihat yang diberikan orangtua kepada anaknya harus dibarengi dengan keteladanan.

5. Mendidik Melalui Curhat

Seorang anak yang mulai menginjak remaja begitu cepat mengalami perubahan fisik dan psikis sehingga mengundang kebingungan dan kegelisahan. Disinilah pentingnya teman curhat bagi anak, saat seperti ini adalah kesempatan bagi orangtua untuk melatih kemampuan anak untuk menyampaikan pendapat dengan secara asertif.19 Dan yang terpenting meskipun secara posisi orangtua lebih tinggi dari anak, hendaklah sesekali orangtua mengalah dan mau mendengarkan keluhan anak. Oleh karena itu kita sebagai orangtua yang baik buat anak kita. Mereka menjadikan orangtua tempat satu satunya dan terpecaya dalam menyelesaikan kegalauan hatinya.

Ada beberapa manfaat dalam metode mendidik dengan cara curhat, yaitu:

  • Terjadinya interaksi esensial antara seorang anak dengan orangtuanya.

  • Pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan sebagai substansi dari pesan pedidikannya.

  • Jawaban yang menggunakan kalimat negatif merupakan metode pendidikan yang ilmiah dan realistik serta menjadi hujjah (alasan) atas pelanggaran terhadap perbuatan tertentu, baik secara kemasyarakatan maupun kemanusian.

6. Mendidik Melalui Pembiasaan

Orangtua wajib memberikan keteladanan yang baik, namun juga harus disertai dengan adanya pembiasaan yang harus dilakukan sebagai cara mengaplikasikan suatu pengajaran yang sudah dilakukan. Metode dapat diaplikasikan orangtua langsung tanpa memberikan teori yang bertele -tele. Karena konsep kebiasaan sebenarnya anak sudah bisa mengaplikasikan ajaran yang ditanamankan oleh orangtua. Karena, segala konsep akan bisa diamalkan dengan baik jika sejak dini anak sudah dibiasakan dengan mengamalkan segala ajaran yang sudah ditanam.

Metode pembiasaan merupakan prinsip utama dalam pendidikan dan merupakan metode paling efektif dalam pembentukkan kebaikan dan pelurusan akhlak anak shalih. Dengan demikian, pembiasaan yang dilakukan sejak dini pada anak-anak akan berdampak besar terhadap kepribadian atau akhlaknya ketika mereka dewasa. Sebab pembiasaan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat di ingatan dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah.

Pembiasaan-pembiasaan yang dapat diaplikasikan orangtua dalam rumah tangga diantaranya:

  • Dalam segi pembinaan karakter anak: sholat berjamaah,sholat shunah membaca alquran, puasa, sedekah, menjaga silahturahmi, sopan bertetangga, hormat pada usia lebih tua dan lain-lain.

  • Dalam segi pembinaan kebersihan : membuang sampah pada tempatnya, kerapian berpakaian, membersihkan rumah dan menjaga kebesihan lingkungan.

  • Bidang pendidikan: budaya membaca dirumah dan semangat tinggi untuk belajar.

7. Mendidik Melalui Cerita dan Kasih

Bercerita merupakan salah satu cara yang baik sekali untuk berbagai pengalaman imajinatif dengan anak-anak dan memperluas cakrawala mereka. Mendongeng dapat dapat dijadikan ajang tempat untuk menanamkan nilai moral; mengenalkan cara berdemokrasi, dan lain-lain. Anak–anak juga menyenangi kisah-kisah para ulama, kaum salihan, dan para pahlawan. Orangtua juga bisa mengenalkan anak pola bahasa, mengembangkan perbendahara kata, mendorong seni mendengar dan imajinasi. Disaat anak sangat membutuhkan pengembangan imajinasi justru dibantu dengan kisah-kisah tersebut yang dikemas lebih apik, dengan tampilan kreatif imajinatif. Insya allah dengan cara itu penanaman nilai-nilai moral dapat dilakukan sejak dini.

Cerita atau dongengpun merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai etika pada anak. Anak diibaratkan selembar kertas putih, ibu dan ayahnyalah yang mula pertama menorehkan tinta diatasnya, menguratkan watak dan kepribadianya kelak. Jika sejak dini ayah dan ibu menyampaikan peasan –pesan agama secara menyenagkan, ringan dan mudah, maka anak mengakrabinya tanpa beban. Mengingat betapa banyaknya manfaat yang diperoleh melalui mendongeng, setidaknya 15-20 menit atau bahkan kurang dari itu para orangtua atau pendidik untuk meluangkan waktunya untuk mulai mendongeng gar anak – anak tidak bosan.

Maka dari itu disarankan agar dalam mendongeng orangtua atau yang lainnya berhadapan dengan anak atau disamping anak, perhatikan durasi waktu, hindari cerita yang mengandung konflik bertingkat dan setelah mendongeng diskusikan ceritanya dengan anak. Sebaiknya orangtua mengakrabkan anak- anaknya dengan kisah para nabi dan para sahabat. Bukankah Allah telah berfirman dalam Qur’an Surah Huud ayat 120 :

“Dan semua kisah dari rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya kami teguhkan hatimu; dan dalam surat Ini Telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S. Huud/11:120)

8. Mendidik Melalui Penghargaan dan Hukuman

Islam sebagai agama yang mengajarkan kebaikan dan kemashalatan pada umat manusia, menyarankan penggunaan kedua metode tersebut sebagai alternatif dalam mendidika anak. Secara etimologis bahasa Arab, reward (ganjaran) diistilahkan dengan tsawab . Kata ini banyak ditemukan dalam Alquran, khususnya ketika membicarakan tentang apa yang akan diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun akhirat. Sedangkan punishment (hukuman) di dalam bahasa Arab di istilahkan dengan ‘iqab. Alqur’an memakai kata iqab sebanyak 20 kali dalam 11 surat.

Ajaran islam juga telah memberikan penjelasan tentang teknik penerapan reward dan punishment. Berbagai teknik penggunaan reward yang dianjarkan Islam diantaranya adalah:

  • Dengan ungkapan kata (pujian)

  • Penggunaan teknik ini dilakukan oleh Rasulullah saw., ketika memuji cucunya, al-Hasan dan al Husein yan menunggangi punggungnya seraya beliau berkata, sebaiknya-baiknya unta adalah unta kalian, dan sebaik-baik penunggang adalah kalian.

  • Dengan memberikan suatu materi

  • Rasulullah telah mengajarkan kepada kita, “saling memberi hadiahlah kalian niscaya kalian saling mencintai.”. Dari ajaran tersebut dapat diaplikasikan oleh orangtua untuk mengetahui apa yang disukai dan diharapkan oleh anaknya, sehingga hadiah yang diberikan dapat berbeda- beda sesuai dengan kondisi dan keadaan anaknya.

  • Dengan memberikan senyuman atau tepukan
    Senyuman merupakan sedekah. Senyuman sama sekali bukan suatu yang berat, tetapi meskipun tidak berat ia mempunyai pengaruh yang sangat kuat. Itulah sebaiknya orangtua membagi senyuman dan pandangannya secara merata, sehingga anak dapat mendengarkan dengan perasaan cinta dan kasih sayang serta tidak membenci pembicaraaanya.

  • Menganggap diri kita bagian dari mereka
    Bila orangtua ingim memberikan penghargaan pada anak anak yang memiliki kelebihan, bisa pula dengan menyatakan bahwa kita merupakan bagian dari mereka. Ini akan menjadi penghargaan besar bagi mereka.

Metode selanjutnya adalah hukuman, pelaksanaan hukuman yang diberikan kepada anak anak mempunyai beberapa syarat yaitu:

  • Pemberian hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, dan kasih sayang.

  • Harus didasarkan pada alasan yang jelas

  • Harus menimbulkan kesan di hati anak.

  • Harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak.

  • Harus diikuti dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan.

Rasululah saw juga memberikan beberapa tahapan dalam menjalankan hukuman kepada anak, termasuk anak usia remaja:

  • Melalaui teguran langsung

  • Melalui pukulan, terdapat beberapa aturan yang mampu melindungi efek negatif yang mungkin ditimbulkan, yaitu:

    • Jangan terlalu cepat memukul anak jika kesalahan itu baru pertama kali dilakukan, tetapi anak harus diberi kesempatan untuk bertaubat dari perbuatannya;
    * Pukulan tidak boleh dilakukan pada tempat-tempat yang berbahaya, seperti kepala, dada, perut atau muka
    

9. Mendidik Melalui Bermain

Dunia anak adalah dunia bermain, ungkapan ini menunjukkan bahwa bermain dapat dijadikan salah satu metode dalam mendidik anak. Ditambah lagi bagi anak-anak kecil, permainan mempunyai arah yang jelas merupakan bagian yang hakiki dan subur bagi proses pembelajaran. Ada tiga jenis kegiatan bermain yang mendukung pembelajaran anak, yaitu bermain fungsional atau sensorimotor, bermain peran, dan bermain konstruktif. Dalam metode ini dibutuhkan peran orang dewasa atau orangtua dalam mendampingi anak-anaknya, berperan dalam mengawasi atau ikut serta dalam bermain. Konsep ini dapat menjadi sarana untuk memciptakan ikatan antara anak dan orangtua dan yang pasti kesabaran dan memberikan kesempatan anak bermain dan berkreatifitas harus dimiliki orangtua.

3 Likes

Menjadi Sekolah Unggulan Bagi Anak-anak (Sang Ibu Ikhlas, Anak Sholeh dan Cerdas)

Apakah masih ingat dengan cerita anak ajaib dari negeri Iran yaitu DR Husein Thoba’thoba’i, seorang bocah yang luar biasa? Bocah mungil yang baru berusia lima tahunan itu sudah hafal al-Qur’an di luar kepala, sampai letak ayat dan urutannya, paham makna dan tafsirnya, mengerti hukum dan hikmahnya. Kehebatannya sudah terbukti, karena diuji oleh para pakar ilmu al-Qur’an, sampai akhirnya diberi gelar Doktor. Bahkan saking ajaibnya konon anak jenius ini sampai dijuluki mukjizat Abad 21.

Orang sampai bertanya-tanya apa sih rahasianya kok bisa punya anak secanggih itu. Bagaimana sebenarnya pendidikan dan perlakuan orang tuanya. Salah satu jawaban yang patut direnungkan oleh orang tua sekarang adalah pengakuan sang bunda. Menurut beliau mungkin kejeniusan sang buah hati ini dampak dari kebiasaannya ketika menyusui sang anak. Sang Ibu sholihah itu selalu menyusui si kecil dalam keadaan punya wudhu, Subhanallah.

Lha kok bisa ya, ada ibu yang telaten dan taat seperti itu. Mau susah payah berwudhu dahulu sebelum menyusui sang buah hati. Tapi ternyata ada yang lebih hebat dari bunda bocah ajaib itu yaitu ibunda Syekh Abdul Qodir al-Jailani. Konon sang bunda ini selalu menyusui beliau bukan hanya dalam kondisi suci, tapi sambil membaca al-Qur’an. Beliau berharap Nur Al-Qur’an yang dibacanya ikut mengalir dalam air susu yang diminum sang buah hati. Maka tak heran kalau putranya, Syekh Abdul Qodir menjadi seorang ulama dan wali besar yang begitu dimuliakan.

Gimana bu, kira-kira pernah ga’ menyusui putra–putrinya dalam keadaan berwudhu. Wah, kayaknya sulit tuh. Jangankan wudhu untuk menyusui, wong untuk nderes qur’an saja aras-arasen. Boro-boro menyusui pake wudhu, wong malah menyusui sambil muring-muring, sambil memarahi anaknya. “Anak kok nakal sih, nggangu ibu terus, ayo diam jangan rewel”. Ada juga yang menyusui anaknya sambil rasan-rasan dengan tetangga. Anehnya, tidak sedikit orang tua yang tidak mau menyusui anaknya dengan seabrek alasan. Ada yang alasannya sibuk berkarir, menjaga kebugaran tubuh, lebih praktis, dan lain sebagainya. Makanya jangan heran kalau banyak anak yang tidak manut bahkan ngelamak (tidak sopan) pada orang tuanya.

Pendidikan anak, masa depan mereka, baik buruk mereka menjadi tanggung jawab orang tua. Kalau orang tuanya kenceng dalam mendidik anak-anak mereka insya Allah mereka akan menjadi orang beneran. Lebih-lebih seorang ibu, sebab dialah yang lebih banyak bersentuhan, berdekatan dan bercengkrama dengan anaknya. Kesalehan seorang ibu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anaknya. Demikian juga buruknya akhlak seorang ibu ikut menentukan masa depan anaknya.

Merawat Dengan Ikhlas


Sumber: suaramuslim.net

Sebagaimana disinggung dalam pembukaan di atas, bahwa betapa besar pengaruh kasih sayang seorang ibu terhadap bayinya, terutama dalam perkembangan kejiwaannya. Seorang anak bisa begitu jenius bahkan disebut anak ajaib karena memiliki kemampuan yang tidak lumrah untuk ukuran seusianya, karena ketelatenan dan keikhlasan sang bunda selama merawat dan mendidiknya.
Oleh karena itu orang tua harus betul-betul ikhlas merawat anaknya walaupun sang anak sering membuat mangkel. Termasuk dalam menyusui. Seorang ibu ketika menyusui anaknya dia harus lapang dada, ikhlas. Jangan sampai dibarengi dengan uring-uringan. Seorang ibu harus menyadari bahwa air susu yang diminum sang anak ini pada hakikatnya merupakan rezeki sang anak dari Allah SWT yang disalurkan lewat ibunya. Kalaupun tidak bisa terus menerus dalam keadaan berwudhu, membaca qur’an atau berdzikir, kan paling tidak bisa dicoba sekali-sekali. Kalau sudah dicoba bisa jadi nanti akan menjadi biasa, kalau sudah terbiasa maka tidak akan ada kesulitan.

Ibu Adalah Sekolah Bagi Anak.

Sekarang ini orang tua yang bingung mencari sekolah yang terbaik untuk anak-anaknya. Mulai playgroup, Taman Kanak-Kanak dan seterusnya. Ada yang berani merogoh kocek lebih dalam yang penting si kecil bisa sekolah di sekolah favorit, sekolah bonafit yang bisa menjamin masa depan anak-anaknya. Ada juga yang memilih sekolah favorit hanya karena jaga gengsi. Memang sekolah-sekolah favorit menawarkan berbagai program unggulan yang diharapkan bisa melahirkan anak-anak yang cerdas, yang memiliki kreatifitas dan lain sebagainya.

Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah sekolah pertama dan utama bagi si kecil yaitu ibunya. Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bukan saja setelah sang anak berusia balita, tapi sejak kelahirannya, bahkan sebelum kelahirannya. Boleh-boleh saja orang tua menyekolahkan anaknya di sekolah favorit dan itu juga baik sekali bagi masa depan anak. Yang menjadi masalah adalah jangan mengabaikan kehidupan di rumah bersama ibunya. Sebab, ibunyalah yang paling banyak berhubungan dengan sang anak. Walaupun sekolah di tempat paling favorit tapi kalau ibunya tidak mengetahui tata krama ya sama saja bohong.

Dalam sebuah syair yang sangat indah disebutkan:

Al-ummu madrosatun idzaa a’dadtahaa a’dadta sya’ban thoyyibal a’rooqi
Ibu adalah (bagaikan) sekolah. Kalau kamu mempersiapkannya (dengan baik), maka berarti kamu menyiapkan generasi yang baik.

Demikianlah kedudukan mulia seorang ibu. Sebelum si bayi mengenal sekolah, sebelum ia mengenal teman-teman sebayanya, sebelum dia berhubungan dengan lingkungannya lebih luas, anak sudah hidup dalam dekapan ibunya, dalam buaian ibunya. Pada saat itulah seorang ibu berperan sangat besar dalam membentuk kepribadian, kejiwaan bahkan kecerdasan anaknya.

Ketahuilah bahwa anak kecil itu ibarat “kertas putih” yang masih kosong. Orang tualah yang akan menulisi kertas putih itu. Apakah akan ditulis dengan “tinta emas” sehingga anaknya tumbuh menjadi anak yang sholeh sholihah dan berakhlak mulia. Atau sebaliknya akan ditulisi dengan “tinta merah’’ sehingga anak menjadi bandel, lemah fisik dan pikirannya dan wani (berani)kepada orang tuanya. Inilah yang disabdakan Baginda Nabi: Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (suci). Ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits Riwayat Bukhari Muslim)

Seorang ibu harus siap menjadi “guru” sekaligus sekolah pertama bagi anak-anaknya. Inilah yang harus diperhatikan oleh seorang ibu. Sejak lahir sampai besar, Ibu adalah “guru” bagi anaknya. Ibulah yang mengajari anak-anaknya berjalan. Mulai brangkang (merangkak), tratanan sampai bisa berjalan dengan tegak. Ibulah yang mengajari si kecil berbicara sedikit demi sedikit, mulai satu huruf, dua huruf, tiga huruf. Ibulah yang mengenalkan nama-nama benda, nama-nama binatang, nama-nama keluarganya. Inilah langkah awal yang menentukan. Kalau seorang anak sejak awal diajari kata-kata kotor maka begitu besar dia akan terbiasa dengan kata-kata kotor itu. Sejak kecil si ibu harus mengajari kalimat-kalimat yang mudah tapi bermakna misalnya diajari kalimat-kalimat dzikir. Bisa Subhanallah, Alhamdulilah, Allahu akbar, Astaghfirullah.

Kalau anak-anak belajar, hidup dan berkembang dalam lingkungan sekolah (maksudnya seorang ibu) yang baik, sholihah, insya Allah anak-anak pun akan tumbuh menjadi orang yang baik. Orang tua tidak akan pernah rugi kalau bisa melahirkan anak-anak yang cerdas, taat, sholeh, dan berbudi pekerti yang terpuji. Sebaliknya kalau anak-anak menjadi orang yang kurang terdidik, tidak taat beeragama, tidak bertata krama ya jangan salahkan anak-anak, wong mereka itu tergantung didikan dan bimbingan orang tuanya.

Referensi

Majalan Media Ummat Edisi 325 Bulan April 2020

2 Likes

Saya pernah mendengar ceramah Ustadz Abdul Somad tentang cara mendidik anak. Yaitu dengan 7, 3 kali. 7… 7… 7…
7 tahun pertama (0-7) ajak anak bermain
Di usia ini anak belajar dengan bermain. Belajarnya adalah bermain dan bermainnya adalah belajar.
7 tahun kedua (8-14) didiklah mereka.
Ajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Ajaklah anak untuk beribadah. Dan mulailah membiasakan anak untuk melakukan hal yang wajib, seperti sholat, puasa dan lainnya. Jika sudah terbiasa sedari kecil, insyaaAllah akan terbawa hingga besar nanti.
7 tahun ketiga (15-21)
Jadikanlah anak sebagai teman. Ajaklah ia berdiskusi, tukar pendapat, pengalaman, dan ikut andil dalam mengambil keputusan. Buatlah anak nyaman bercerita dengan kita, sehingga dia menjadikan kita sebagai teman curhatnya. Insyaa Allah tak ada yang disembunyikan dari kita dan selalu meminta pendapat kita setiap akan mengambil keputusan.

2 Likes