Pola Asuh Positif
Anak akan belajar dari apa yang dilakukan dan diajarkan oleh orang tua. Orang tua yang memberi contoh positif dalam kehidupan sehari-hari akan berdampak baik pada perkembangan anak. Sebaliknya orang tua yang memberi contoh negatif misalnya marah dengan mengeluarkan suara yang keras pasti akan diikuti oleh anaknya, karena orang tua adalah orang yang paling dekat dengan anak (Darta,2011).
Ada enam pilar sebagai penopang dalam melakukan pengasuhan anak yang positif (positive parenting), Darta (2011) yaitu:
1. Pentingnya Kerjasama yang Baik Antara Kedua Orang Tua
Untuk mencapai tujuan bersama dalam mengasuh sangat diperlukan hubungan dan kerjasama yang harmonis antara kedua orangtua. Apabila tidak bekerja sama dengan baik akan sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama, hal ini tentunya untuk kebaikan anak dan sesuai dengan potensi anak. Dalam mengasuh anak peran ayah dan ibu adalah sama besarnya. Agar kerjasama dalam membesarkan anak berhasil dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diikuti oleh orang tua:
- Membuat keputusan bersama
- Bertanggung jawab dan bekerjasama dengan baik dalam mengasuh dan membesarkan anak
- Membuat kesepakatan terhadap hal-hal yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan anak
- Mengenal perbedaan kedua orang tua dan menghargai perbedaan tersebut menjadi hal yang menyenangkan.
2. Belaian Fondasi Penting dalam Mengasuh Anak
Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan oleh orang tua dalam mengasuh ana. Belailah anak dengan memeluk sesering mungkin dan menciumnya. Bicaralah dengan anak dan bacakan buku sesering mungkin. Bermain dengan anak yang melibatkan fisiknya dan bermain dengan anak yang melibatkan anak untuk berfikir.
Adanya belaian, komunikasi bermain dan berfikir yang diterapkan dalam mengasuh anak akan menimbulkan kenyaman bagi orang tua dan anak. Belaian orang tua yang berupa peluk dan cium ini akan membuat kita nyaman. Seluruh kulit kita mempunyai organ perasa yang sangat peka dengan pelukan dan seluruh tubuh kita sangat membutuhkan sentuhan hangat dan erat. Saat berpelukan tubuh melepaskan oxytocin.
Hormon ini berhubungan dengan perasaan damai dan cinta. Hormon oxytocin ini membuat jantung dan pikiran kita sehat. Hormon oxytocin ini baru bisa keluar dari tubuh jika manusia memiliki kehidupan sehat, merasa damai dan tentram. Pelukan mentransmisikan energi positif pada orang yang kita peluk dan akan membuat emosi negatif, misalnya perasaan sedih dan kecewa yang dirasakan orang tersebut akan tertransformasi menjadi emosi positif.
Bayi yang masih dalam kandungan, walaupun dilindungi air ketuban ia sangat menyukai sentuhan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Jika sering disentuh, bayi dalam kandungan akan tumbuh menjadi bayi yang sehat dengan pertumbuhan yang bagus. Selain itu secara psikis bayi akan tumbuh menjadi seorang yang penyayang. Anak-anak yang sering disentuh, dibelai dan dipeluk oleh orang tuanya juga akan tumbuh menjadi anak yang sehat (Darta, 2011).
3. Terapkan Aturan Secara Konsisten
Setiap orang tua mendambakan anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang sehat, merasa nyaman, ceria, kuat dan cerdas emosi maupun intelektualnya. Anak rewel atau tantrum sebenarnya menunjukkan perkembangan normal bagi anak. Anak yang rewel berarti anak sudah mempunyai keinginan, tetapi belum bisa mengkomunikasikan secara verbal. Menghadapi hal ini orang tua harus bersyukur karena anaknya sudah mempunya keinginan, dibandingkan anak yang tidak mempunyai keinginan dan hanya pasif. Apabila orang tua memarahi anaknya saat mereka tidak bisa menyampaikan keinginannya maka hal ini bisa menyebabkan terhambatnya keinginan anak.
Darta (2011) menyebut ada beberapa upaya pencegahan agar anak bebas dari kerewelan dan tempertantrum yaitu:
- Selalu berusaha dengan baik untuk membina kedekatan secara positif dengan anak anda
- Hindari membandingkan anak dengan anak yang lain. Cara yang tepat untuk melihat kesuksesan anak adalah membandingkan perkembangan anak dari masa sebelumnya
- Membiasakan anak untuk belajar berkomunikasi secara positif
- Membuat kesepakatan dengan anak dan usahakan orang tua menepati kesepakatan tersebut.
4. Pahami Emosi Negatif Anak Sejak Dini
Hal yang perlu dilakukan disini adalah selalu berusaha dengan baik untuk memahami emosi negatif anak, memberikan pilihan sebagai bentuk dukungan dan biarkan anak yang memilih. Apapun pilihan anak harus dihargai dengan baik karena semuanya tidak ada yang salah dan benar, yang ada hanya pilihan baik dan pilihan lebih baik. Metode pendekatan ini akan mempunyai keberanian atau sikap percaya diri untuk mencoba, memilih dan memutuskan karena anak tahu apa pun yang telah dia pilih pasti orang tua akan mendukung dan tetap akan berada disisinya jika membutuhkan.
5. Pentingnya Gaya Bahasa Positif Agar Anak Sehat Fisik dan Emosional
Membiasakan anak menggunakan gaya bahasa positif baik untuk perkembangan anak. Hubungan yang tidak sehat antara orang tua dan anak bisa disebabkan karena gaya bahasa negatif yang digunakan. Gaya bahasa negatif ini selain dilakukan oleh orang tua juga sering dilakukan oleh pembantu. Gaya pengasuhan yang permisif dan stres yang disebabkan oleh emosi negatif yang membuat anak tidak fokus dan konsentrasi. Pada saat stres anak tidak mampu menyerap, mengingat dan fokus dengan baik. Pada saat anak menginginkan sesuatu lebih baik katakana boleh tetapi dengan disertai alasan tertentu daripada mengatakan tidak pada anak.
Selain karena pola asuh dari pembantu yang cenderung permisif, gaya bahasa negatif juga bisa menyebabkan perkembangan anak menjadi negatif sehingga menghambat anak-anak untuk menggali segala potensi yang ada pada dirinya. Dampak gaya bahasa negatif adalah “put down” (Hartley-Brewer dalam Happy Children through positive parenting, dalam Darta 2011). Ciri-ciri anak put down adalah anak merasa terhina, anak merasa direndahkan martabatnya, anak merasa kecil dan tidak penting, anak merasa tidak mampu, anak merasa tidak dihargai, anak merasa jauh dari orang tua.
6. Pola Asuh Tanpa Hukuman
Beberapa kejadian yang sering kita jumpai bahwa pola asuh orang tua yang menerapkan sistem hukuman tidak dapat membuat anak mampu untuk melakukan perubahan positif dan ternyata ada faktor lainnya yang harus diaplikasikan. Pola asuh bebas hukuman akan lebih baik bila menerapkan beberapa prinsip sebagai berikut (Darta, 2011):
-
Mengasuh anak bebas dari hukuman bukan berarti membebaskan anak sepenuhnya dari perilaku yang belum sesuai dengan harapan.
-
Mengasuh anak bebas hukuman adalah mendorong anak dalam suasana yang positif dan penuh dukungan. Anak yang memilih konsekuensi dari tindakan yang telah dilakukannya sehingga anak dapat mengambil pelajaran dan berusaha untuk melakukan perubahan di kemudian harinya.
-
Mengasuh anak bebas dari hukuman adalah mengajarkan anak bahwa anak dapat berperilaku baik bila orang tua mengajarkan disiplin dengan cara “kind and firm” atau tetap baik dan tegas. Anak diajarkan untuk menerima konsekuensi terhadap pelanggaran yang telah dilakukannya.