Bagaimana Cara Melestarikan Budaya Disaat Pandemi?

Ilustrasi peta budaya Indonesia(Shutterstock.com)


Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya yang telah ada. Hal pertama yang dapat dilakukan ialah mengenali budaya yang ada. Dengan mengenal budaya, paham apa saja budaya yang diwariskan nenek moyang, kita akan lebih mudah untuk melestarikan budaya. Sebagai anggota masyarakat khususnya kita sebagai generasi muda harus berpartisipasi dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya Indonesia maupun budaya lokal. Tetapi sudah sejak Presiden Joko Widodo mengumumukan kasus positif COVID-19 masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020, sampai sekarang pun masalah kasus ini belum terselesaikan dengan lebih dari 3 juta kasus. Tersebar pada di seluruh provinsi yang ada di Indonesia, wabah yang telah menjadi pandemi ini memberikankan dampak yang beragam terutama bagi masyarakat Indonesia. Jadi bagaimana cara melestarikan budaya Indonesia maupun budaya lokal di tengah pandemi?

dengan adanya media sosial, kita bisa melakukan promosi memperkenalkan budaya Indonesia. atau mungkin bisa mengadakan seminar tentang budaya Indonesia seperti kebanyakan kegiatan yang dilakukan secara online. juga bisa melakukan tour online yang menarik perhatian orang banyak.
Membuat kompetisi dengan doorprize juga menarik perhatian orang saat pandemi ini. mungkin bisa membuat VT tentang budaya yang ada di daerah sekitar, atau mungkin membuat karya seperti batik dan yang lainnya. hal-hal ini bisa membantu melestarikan budaya yang ada dan bisa bersaing dengan budaya asing yang masuk ke Indonesia.

Pelestarian budaya pada saat pandemi bisa menggunakan sosial media. Banyak sekali media sosial yang bisa diguankan untuk menyebarkan konten kebudayaan, deperti youtube, instagram, facebook, dan lain-lain. selain berbagi konten kita juga bisa mengadakan webinar tentang kebudayaan. tidak hanya itu kita bisa mengadakan pagelaran budaya yang disiarkan melalui televisi,

Dengan segala keterbatasan pada saat pandemi, kegiatan pelestarian budaya menjadi terbatas pula. Pementasan, karnaval, kompetisi, dan pengajaran kebudayaan sulit dilaksanakan secara langsung seperti dulu. Akibatnya, banyak tokoh-tokoh penggiat budaya yang merasa kehilangan sarana berkreasinya. Nah, karena keadaan telah berubah, sebaiknya kita juga turut beradaptasi. Sekarang sistem digital dan serba online ramai digunakan sebagai alternatif berbagai kegiatan. Kegiatan berbudaya pun sebenarnya juga bisa dilangsungkan lewat sistem ini. Misalnya, pengadaan pementasaan sebuah karya seni bisa dialihkan menjadi pementasan virtual. Bagi yang ingin mengenal dan mengeksplorasi kebudayaan daerah bisa berselancar di internet, karena konten tentang kebudaayan sangat banyak jumlahnya. Selain mengamati, kita juga sekaligus belajar tanpa harus keluar rumah. Ramainya orang yang menggunakan media sosial dan internet juga dapat menjadi ajang yang bagus untuk mengedukasi publik tentang kebudaayan hingga daerah yang jauh sekalipun.

Sebelum diterapkannya PPKM, kegiatan berkaitan budaya sudah hampir dilaksanakan secara normal dengan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi mobilitas, dengan syarat sudah termasuk zona hijau dan tidak ada peningkatan kasus. Seperti pelaksanaan kirab budaya nyadran di Kelurahan Petir telah diikuti beberapa peserta yang lengkap memakai pakaian adat.

Lalu, bisa melalui media digital. Demi mempertahankan kegiatan kebudayaan, budaya dan adat harus bisa beralih ke metode daring atau virtual. Peralihan ini memang butuh waktu untuk diadaptasi, ditambah dengan kebanyakan penyelenggaraan acara kebudayaan dibutuhkan tenaga secara langsung atau lebih banyak ditonton secara langsung. Sehingga, para pemegang kepentingan juga masih terus mengembangkan agar cara ini bisa berpengaruh positif pada sektor budaya sekaligus melestarikannya.

Sumber

https://www.petir-rongkop.desa.id/first/artikel/2117-Sosialisasi-Kegiatan-Budaya-Di-Masa-Pandemi-Covid-19
Kemendikbud optimalkan media digital dalam pelestarian budaya - ANTARA News

Memang dengan adanya pandemi Covid-19 ini membuat semua kegiatan dilakukan secara online dan sepertinya agak susah untuk kita bisa melestarikan budaya tanpa adanya kegiatan. Menurut saya mau tidak mau kita harus menggunakan platform secara online untuk bisa menginfluence budaya kita sendiri misal dengan cara mengundang penggiat budaya di webinar, mengadakan konser dengan penyanyi dan lagu lagu daerah dan sebagainya selain itu diperlukannya peran pemerintah untuk ikut menyebarluaskan kegiatan tersebut agar tersentuh masyarakat

Menurut aku melestarikan budaya ditengah pandemi ini harus ada kolaborasi antara pemerintah, media broadcaster serta influencer. Nilai positifnya adalah kita jadi lebih mudah menyasar target dengan dunia serba online ini. Nilai negatifnya adalah kita tidak bisa menjadi dekat dan ikut berlatih dengan nyata bagaimana budaya tersebut.

Dari pandangan aku sendiri, untuk media broadcaster bisa diberikan jam tayang khusus di televisi dengan pemutaran video tari atau video budaya lainnya. Tidak perlu panjang", hanya 1 menitan. Disisipkan untuk beberapa video dalam 1 hari. Contoh lainnya di radio, konsepnya sama disisipkan pemutaran lagu daerah, cerita daerah untuk memberikan masyarakat ruang agar selalu mengingat budaya kita.

Untuk influencer, bisa ikut serta membantu membuat video serta postingan mengenai budaya di indonesia. Tujuannya tidak hanya untuk mencari uang, tetapi ikut mencerdaskan generasi muda sekarang agar tetap mengingat budaya kita. Karena peran influencer di masa pandemi ini sangat signifikan.

Selain itu, betul dengan pendapat teman" diatas, kita bisa menggelar webinar dengan pembahasan budaya, membuat video dan diunggah di semua media sosial juga bisa. Pun jika memang bisa, ada beberapa iklan yang khusus untuk menampilkan budaya indonesia. Jadi iklan di youtube, di instagram, di tiktok dll tidak sekedar iklan promosi, melainkan iklan budaya

Penanganan wabah penyakit harus dilakukan dengan pendekatan sosial budaya dengan membuat materi kampanye berbasis budaya lokal, tetapi bukan sebatas konten seni tradisi seperti yang sudah ada saat ini. Materi budaya yang digunakan mestinya adalah memori lokal mengenai wabah, yang boleh jadi tersimpan dalam cerita rakyat, nyanyian dan sebagainya, sehingga masyarakat langsung memahami dampak yang akan ditimbulkan. Penggunaan memori kolektif ini menjadi penting karena pada dasarnya manusia mudah digerakkan apabila memiliki memori kolektif yang relatif sama. Selain itu, manusia bertindak sesuai dengan basis pengetahuannya, dan pengetahuan manusia disusun oleh beberapa unsur yaitu : persepsi, apersepsi, pengamatan, konsep serta fantasi. Oleh karena itu, jika pemerintah mampu menstimulasi lahirnya apersepsi dan fantasi yang sesuai, saya kira himbauan mengenai social atau physical distancing akan lebih dipatuhi oleh masyarakat, tanpa perlu menggunakan tekanan.

Karena kondisi sedang pandemi dan mengakibatkan terbatasnya ruang gerak, kita bisa menggunakan media sosial sebagai sarana melestarikan budaya Sebenarnya sudah ada budaya yang baru-baru ini diperkenalkan kembali oleh para millenial, yaitu budaya berkain. Awal tahun 2021, tren berkain batik ini mulai dikenal anak muda sebagai tren fashion melalui sosial media. Mereka membuat tampilan berkain batik ini menjadi fashion yang unik dan sangat modis.

Tren fashion berkain batik ini dijadikan sebuah challange oleh anak muda untuk menggunakan kain batik seharian. Banyak dari anak muda menjalankan challenge ini dengan berpergian keluar rumah atau hanya sekedar dirumah dan mengabadikannya ke media sosial.