Bagaimana cara melatih kemampuan mendengar lawan bicara dengan baik?

mendengar lawan bicara dengan baik

Accurate listening dapat diterjemahkan menjadi “mendengarkan dengan tepat” dalam bahasa Indonesia. Nielsen Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang informasi global dan media, mengemukakan bahwa accurate listening merupakan salah satu soft-skill yang seharusnya dimiliki seseorang untuk menjadi pemimpin yang baik.

Tetapi, kebanyakan orang lebih senang mengemukakan pendapat mereka dibanding mendengarkan. Itu bukan hal yang salah, namun akan menjadi salah jika orang tersebut hanya “memberatkan” pendapatnya dan tidak mau mendengarkan orang lain. Hal ini bisa terjadi karena banyak orang yang belum sadar tentang pentingnya indra pendengaran kita.

Dengar merupakan kata dasar mendengar yang artinya menurut KBBI adalah dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga. Lalu apakah perbedaan mendengar dan mendengarkan dengan tepat?

Nielsen Group mendefinisikan “mendengarkan dengan tepat” sebagai keterbukaan terhadap pendapat orang lain dan kemauan untuk mendengarkan apa yang mereka katakan tanpa berprasangka orang itu akan mengatakan atau harusnya mengatakan hal-hal yang ada di benak kita.

Seringkali, kita hanya mendengar orang lain tapi tidak mendengarkan apa yang mereka katakan. Banyak kesempatan yang terbuang karena banyak orang percaya bahwa seseorang dapat mengerti apa yang orang lain maksud tanpa menuangkan upaya dan waktu untuk mendengarkan.

Lalu, bagaimanakah cara untuk menjadi pendengar yang baik?

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengasah kemampuan ini. Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah kita harus mampu memberikan atensi penuh kepada lawan bicara kita. Berbeda dengan mendengar, mendengarkan membutuhkan konsentrasi penuh dari kita sebagai pendengar.

Misalnya yang pertama adalah bertatap mata; jangan mengalihkan perhatian kita ke alat komunikasi di tengah-tengah pembicaraan. Hal ini menyebabkan lawan bicara kita berpikir bahwa pembicaraan atau topik yang dibawakan tidak menarik dan akan menurunkan kepercayaan diri mereka sehingga akhirnya mereka tidak merasa nyaman berbicara dengan kita.

Kedua adalah jangan menginterupsi saat lawan bicara belum selesai mengutarakan pendapatnya. Tunggu sampai mereka selesai, baru utarakanlah pendapat anda. Memberikan atensi penuh dan menunjukkan ketertarikan akan membentuk kita sebagai pendengar yang baik.

Selain memberikan atensi penuh, untuk dapat mendengarkan dengan tepat kita seharusnya tidak memiliki “prasangka” mengenai apa yang orang lain tersebut akan katakan. Dengan prasangka, seringkali makna dari pendapat yang diutarakan orang lain akan memiliki artian berbeda di dalam pemikiran kita sebagai pendengar.

Mengapa mendengarkan merupakan salah satu alat essensial dalam memimpin?

Sebagai seorang pemimpin, tentu saja diperlukan banyak kemampuan-kemampuan lain selain mendengarkan. Tetapi, dengan menjadi pendengar yang baik, seorang pemimpin bisa memiliki kemampuan-kemampuan dasar lain. Seperti misalnya dengan mendengarkan aspirasi para karyawannya, seorang pemimpin bisa mengeluarkan ide-ide baru yang sesuai dengan kemampuan seorang pemimpin untuk bisa menjadi sosok yang kreatif.

Selain itu, menjadi pendengar yang baik juga bisa membangun rasa kepercayaan karyawan lebih tinggi terhadap pemimpinnya, yang juga sesuai dengan kemampuan pemimpin untuk menjadi seseorang yang dapat diandalkan.

[details=Referensi ]* http://ecorner.stanford.edu/videos/1504/Listening-Skills-in-an-Entrepreneur

2 Likes

Jika kita berpikir bahwa kemampuan mendengarkan kita sudah cukup baik, coba pikirkan kembali. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa kita hanya dapat mengingat sekitar 25 sampai 50 persen dari seluruh informasi yang kita dengar. Secara teori memang terlihat sudah cukup baik, namun bagaimana jika ternyata yang dapat kita tangkap bahkan tidak mencapai 25 persen? Jika begitu, bagaimana agar kita bisa menjadi pendengar yang lebih baik?

Cara untuk menjadi pendengar yang baik tentunya dengan melatih kemampuan mendengarkan dengan baik. Kemampuan ini bukan sekedar tentang mendengar yang orang lain katakan, namun merupakan sebuah usaha yang dilakukan secara sadar untuk juga memahami maksud utama yang berusaha disampaikan oleh pembicara. Masih menurut mindtools.com, ada lima indikator utama untuk bisa mendengarkan dengan baik:

  1. Penuh Perhatian
    Berikan perhatian penuh kepada pembicara, lihat pembicara secara langsung, eye-contact merupakan hal yang penting. Selain itu kita juga harus menahan diri untuk menyiapkan respon atau jawaban, karena pikiran kita akan cukup kesulitan untuk mendengarkan sambil memikirkan kata-kata.

  2. Perlihatkan bahwa kita mendengarkan
    Gunakan bahasa tubuh yang menyakinkan bahwa anda mendengarkan seperti anggukan kecil maupun menggunakan ekspresi wajah yang sesuai. Selain itu posisi kita yang condong ke arah pendengar tentu memberikan kesan yang baik.

  3. Berikan tanggapan
    Berikan sebuah tanggapan yang objektif. Sebagai pendengar kita harus bisa memahami maksud pembicaraan dengan tepat. Terkadang, kita bisa mengulangi poin-poin yang dirasa penting untuk memperkuat tanggapan kita.

  4. Tahan penilaian
    Jangan melakukan interupsi untuk menanggapi, tunggu sampai pembicara memberikan jeda. Interupsi yang berlebihan akan membuat pembicara kesal dan membatasi informasi yang bisa kita terima.

  5. Tanggapi dengan baik
    Mendengarkan dengan baik bertujuan untuk mengerti dan meningkatkan sense of respect antar pendengar dan pembicara. Jangan sampai komentar yang kita berikan justru menjatuhkan pembicara. Hal penting lainnya adalah kita harus bisa menempatkan diri kita sebaik mungkin dalam mendengarkan dan memberikan tanggapan.

Mendengarkan dengan baik memang sangat mudah. Namun terkadang, ada kalanya di mana kita mulai mendengar sambil berbicara dengan diri kita sendiri. Kita mulai memberikan tanggapan-tanggapan bahkan penilaian dalam pikiran kita sendiri. Seperti yang sudah saya singgung di poin nomor 1 di atas, berpikir sambil mendengarkan lebih sering membuat kita justru tidak menangkap informasi yang sebenarnya ingin disampaikan.

Terkesan sulit memang, namun ada hal-hal kecil yang dapat membuat kita bisa mendengarkan dengan lebih baik lagi. Coba sisihkan sekitar 10 menit waktu anda sendiri untuk duduk dengan nyaman dan mulai menutup mata lalu berusaha mendengar suara-suara yang ada di sekitar anda. Coba dengarkan suara yang sangat dekat maupun sangat jauh. Lalu coba dengarkan suara yang ada di antara keduanya. Dapatkah anda melakukannya? Bisa kah anda melakukannya tanpa kehilangan konsentrasi? Tanpa berbicara dengan diri anda sendiri? Atau bahkan bisakah anda melakukannya tanpa usaha sama sekali?

Ketika anda, kita, bisa melakukan hal ini, kita mulai bisa mengabaikan hal selain suara. Karena jika kita tidak dapat fokus dengan mata tertutup di kondisi yang nyaman, bagaimana kita bisa benar-benar menangkap informasi dari orang lain terutama jika kita berbicara di tempat yang ramai seperti di terminal bus misalnya.

Ada hal penting dalam mendengarkan: menyadari apa yang orang lain katakan, memberikan ruang bagi mereka untuk berekspresi dan terkoneksi dengan anda melalui kata-kata. Kunci dalam hubungan adalah ketika kedua pihak dapat terkoneksi dengan baik, dan belajar mendengarkan orang lain dengan baik membuat kita dapat memahami serta semakin peduli. Hal ini tentunya akan meningkatkan kualitas kita baik di kehidupan sehari-hari maupun di dunia kerja.

3 Likes

Hal yang paling penting dan mendasar agar dapat terhubung dengan orang lain adalah mendengarkan. Hanya mendengarkan. Mungkin hal penting lainnya adalah kita saling memberikan perhatian satu sama lain. - Rachel Naomi Remen

Seorang pendengar yang baik tidak hanya mendengarkan apa yang diucapkan, tetapi juga apa yang tidak diucapkan. Mendengarkan dengan efektif adalah salah satu cara yang tepat agar kita dapat mendengarkan lawan bicara dengan akurat. Untuk mendengarkan secara efektif, selain mendengar kita juga dapat melihat dari bahasa tubuh lawan bicara.

Menurut Skills You Need ada 10 prinsip untuk mendengarkan secara efektif, antara lain:

  1. Berhenti bicara ketika orang lain berbicara dengarkan apa yang mereka katakan, jangan menyela, jangan memberi tanggapan ketika lawan bicara belum menyelesaikan perkataannya.

  2. Persiapkan diri anda untuk mendengar, santai dan fokus kepada pembicara. Jangan pikirkan hal lain yang tidak berhubungan dengan lawan bicara anda atau hal apapun yang tidak berhubungan dengan topik pembicaraan.

  3. Lakukan pembicaraan ditempat yang nyaman untuk melakukan pembicaraan, bantulah pembicara merasa bebas untuk berbicara. Tataplah mata pembicara tetapi jangan terlalu mendalam, hal ini menunjukan bahwa anda mendengarkan dan memahami apa yang lawan bicara anda katakan.

  4. Hilangkan hal-hal yang mengganggu pembicaraan, seperti membolak-balik kertas, melihat kearah luar, ataupun menggambar. Fokuslah pada apa yang lawan bicara anda katakan.

  5. Berempatilah pada lawan bicara anda, coba untuk memahami permasalahan dengan sudut pandang mereka.

  6. Bersabar, karena jeda berbicara yang panjang bukan berarti bahwa lawan bicara anda telah selesai berbicara. Seperti pada point pertama, jangan memotong pembicaraan. Berbicaralah apabila lawan bicara anda mempersilahkan anda berbicara.

  7. Hindari penilaian secara personal, jangan memihak dan bersikaplah netral.

  8. Dengarkan nada bicara lawan bicara anda. Karena pada saat tertentu pasti ada penekanan apa yang dikatakan, hal tersebut menandakan bahwa anda untuk harus memahaminya. Atau mungkin saja hal tersebut sebagai peringatan kepada anda karena sudah tidak fokus lagi pada pembicaraan.

  9. Mendengarkan secara kesuluruhan bukan perkata. Hal ini agar meminimalisir kesalahpahaman dalam memahami apa yang dimaksud lawan bicara anda.

  10. Tunggu dan perhatikan komunikasi non-verbal seperti gerak tubuh, ekspresi wajah, dan gerakan mata. Karena selain dengan telinga, kita dapat mendapatkan informasi dari apa yang kita lihat.

Agar dapat mendengar lawan bicara dengan akurat seringlah terlibat dalam pembicaraan dengan orang lain, jangan lupa untuk menerapkan 10 prinsip diatas secara berkelanjutan. Karena hal ini mempermudah anda dalam memahami suatu pembicaraan.

Mendengarkan merupakan kemampuan untuk menerima dan menginterpretasikan pesan dalam proses komunikasi. Mendengarkan juga merupakan kunci dari semua komunikasi yang efektif. Menurut data yang ada pada sumber, seseorang akan menghabiskan sekitar 70% dari waktunya untuk berkomunikasi. Kemudian dari 70% waktu komunikasi itu, 45% dipakai untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa mendengarkan memakan waktu paling banyak, sehingga sudah sewajarnya bagi kita untuk memastikan apakah kita sudah mendengarkan secara efektif atau belum.

Oleh Karena itu tidak heran jika banyak perusahaan yang mengadakan pelatihan untuk meningkatkan listening skill para pegawainya. Hal itu tentunya akan berguna bagi perusahaan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan, memperbesar tingkat produktifitas dengan sedikitnya kesalahan yang terjadi, dan menambah kegiatan saling berbagi informasi yang dapat membuat mereka lebih kreatif dan inovatif dalam bekerja.

Barriers to Effective Listening

Tetapi sepertinya sudah menjadi hal yang umum ketika seseorang mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, orang yang menjadi pendengar terkadang secara tidak sadar akan memikirkan balasan atau respon apa yang nantinya akan dia berikan padahal lawan bicaranya itu masih belum selesai menyampaikan pesannya, atau orang yang menjadi pendengar tersebut tidak benar-benar sedang memperhatikan lawan bicaranya. Bahkan seorang pendengar yang baik pun sering merasa bersalah ketika mereka merespon secara kritis apa yang diucapkan lawan bicaranya tanpa belum memahami betul apa maksud atau pesan yang ingin disampaikan oleh pembicara. Hal ini lah yang biasa mengakibatkan kesalahpahaman dan merusak komunikasi yang dikarenakan orang yang mendengarkan terlalu cepat dalam membuat asumsi dan mengambil kesimpulan yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara.

Active Listening

Untuk menghindari semua itu, keterampilan dalam mendengarkan secara aktif bisa diperoleh dan dikembangkan dengan berlatih. Namun untuk menguasai hal tersebut tidaklah mudah dan akan membutuhkan waktu serta kesabaran.

Pendengar yang baik akan memberikan perhatian penuh kepada lawan bicaranya dan harus terlihat benar-benar sedang mendengarkan sehingga lawan bicara tersebut tidak merasa bahwa apa yang dia bicarakan tidak menarik bagi si pendengar. Untuk menunjukkan ketertarikan terhadap pembicaranya tersebut dapat diungkapkan melalui pesan verbal maupun non-verbal dengan tetap melihat situasi yang ada di sekitar.

Non-Verbal Signs of Attentive or Active Listening

1. Senyum
Senyuman kecil dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa si pendengar sedang memperhatikan apa yang sedang disampaikan lawan bicaranya atau menunjukkan rasa senang mengenai pesan yang disampaikannya. Jika disertakan dengan anggukan kepala, maka akan memberikan kesan bahwa pendengar memahami apa yang disampaikannya.

2. Kontak Mata
Sudah merupakan hal yang wajar jika pendengar melakukan kontak mata kepada lawan bicaranya supaya si pembicara yakin bahwa si pendengar benar-benar memperhatikan pembicaraannya.

3. Postur Tubuh
Seorang pendengar yang baik cenderung untuk bersandar sedikit ke depan ketika duduk. Bisa juga dengan sedikit memiringkan kepala atau mengistirahatkan kepala pada satu tangan.

4. Expresi Wajah
Meniru expresi wajah pembicara juga dapat memberikan kesan bahwa si pendengar sedang memperhatikan. Hal ini juga dapat membantu untuk menunjukkan simpati dan empati dalam situasi yang lebih emosional.

5. Gangguan
Seorang pendengar yang baik tidak akan membiarkan dirinya terganggu dari kegiatan yang bisa mencerminkan bahwa dirinya sedang tidak memperhatikan pembicara, seperti gelisah, melihat jam, memainkan rambut dst.

Verbal Signs of Attentive or Active Listening

1. Respon Positif
Memberikan kata positif yang meyakinkan pembicara dengan tidak berlebihan karena justru dapat mengganggu jika mengucapkannya pada bagian pembicaraan yang seharusnya tidak perlu.

2. Mengingat
Mengingat beberapa poin penting, atau bahkan nama pembicara, dapat membantu untuk memperkuat bahwa pesan yang dikirim telah diterima dan dipahami.

3. Menanyakan
Pendengar dapat menanyakan pertanyaan yang terkait dengan pesan yang disampaikan oleh pembicara atau membuat pernyataan untuk memperjelas apa yang telah dikatakan pembicara.

4. Refleksi
Mengulang apa yang telah dikatakan pembicara sebelumnya untuk menunjukkan pemahaman dari pendengar.

5. Klarifikasi
Menanyakan pertanyaan kepada pembicara untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan itu benar atau akurat.

6. Meringkas
Memberikan ringkasan kembali kepada pembicara dengan menguraikannya menggunakan kata sendiri.

Berdasarkan sumber : skillsyouneed

1 Like

Cara menjadi pendengar yang baik antara lain :

  1. Hindari gangguan.
    Jika seseorang perlu untuk berbicara dengan Anda, dan Anda sedang berada dalam suatu pekerjaan mintalah mereka untuk menunggu sampai selesai, atau menghentikan apa yang Anda lakukan untuk mendengarkan. Multi-tasking tidak memungkinkan untuk mendengarkan benar.

    Jika Anda berada di ruang publik, dan Anda berbicara empat mata dengan seseorang, cobalah untuk menyingkir ke ruang yang tenang di mana Anda tidak terganggu oleh orang lain.

  2. Perhatikan komunikasi non-verbal dan nada suara.
    Mendengar kata-kata seseorang hanya sebagian kecil dari menjadi pendengar yang baik. Komunikasi dapat melalui ekspresi , bahasa tubuh, dan nada suara.
    Belajar seni membaca apa yang orang benar-benar katakan melampaui apa yang mereka katakan. Hal ini dapat membantu Anda menjadi lebih baik dalam memahami seseorang.

  3. Jadilah cermin.
    Mirroring membantu membangun hubungan dengan orang lain, dan itu memperlihatkan sikap dan ide yang sama. Anda juga dapat mencerminkan konsep atau ide-ide yang baru saja Anda dengarkan dari orang lain untuk memperkuat bahwa Anda mengerti dan mendengar apa yang mereka katakan. Hal ini sangat penting dalam hubungan intim atau dalam situasi konflik. Anda mencerminkan kata-kata kembali untuk menunjukkan Anda memahami dengan benar dan bahwa Anda peduli dengan apa yang dibicarakan.

  4. Berempati, bersimpati dan tunjukkan ketertarikan.
    Anda dapat menunjukkan kertertarikan dalam percakapan melalui ekspresi Anda sendiri, bahasa tubuh, dan kata-kata.

    Mengangguk setuju untuk menunjukkan Anda terlibat dan mendengarkan. Bersandar ke depan ke arah orang lain. Tersenyum. Meremas tangan atau sentuhan hangat di bahu untuk menunjukkan empati. Tindakan kecil seperti ini berbicara banyak tentang tingkat keterlibatan dan kepedulian.

  5. Berikan sedikit ruang Keheningan.
    Kadang-kadang cara terbaik untuk mendengarkan adalah memberikan ruang keheningan dalam percakapan. Sebuah respon verbal tidak selalu diperlukan, dan ruang ini keheningan mengundang pembicara untuk menawarkan lebih dari apa yang mereka pikirkan dan rasakan.

  6. Tanyakan pertanyaan yang membuka cerita lebih dalam.
    Jangan gunakan pertanyaan yag hanya membutuhkan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Gunakan pertanyaan yang mengundang wawasan yang lebih dalam percakapan Anda berdua. Pastikan pertanyaan Anda tidak menjadi interogasi. Anda ingin mendengarkan lebih dari yang dipertanyakan, tetapi pertanyaan itu harus diajukan pada waktu yang tepat. Sesuatu yang sederhana seperti, “Bisakah Anda ceritakan lebih banyak tentang itu?” Sudah cukup untuk menunjukkan Anda benar-benar mendengarkan.

  7. Jangan menyela atau mengubah topik.
    Jika Anda ingin menjadi pendengar yang baik, Anda perlu untuk membuat pembicara untuk menyelesaikan perkataannya tanpa mengganggu mereka. Anda mungkin pernah mengalami orang yang sering mengganggu, mengambil alih percakapan, dan berbicara tentang diri mereka sendiri atau berbagi pengetahuan atau keahlian mereka.
    Bahkan jika mereka melakukan ini secara tidak sadar, rasanya seolah-olah mereka tidak mendengar kata yang Anda katakan - atau bahwa mereka tidak benar-benar peduli tentang apa yang Anda katakan.

  8. Berpikir sebelum menanggapi.
    Ketika saatnya Anda untuk berbicara jangan melontarkan hal pertama yang ada dalam pikiran Anda. Luangkan waktu untuk berpikir tentang apa yang akan Anda sampaikan. Jika Anda diminta pendapat, pastikan Anda berhati-hati pada apa yang baru saja Anda dengar sehingga dapat memberikan jawaban yang sesuai.

1 Like

Sering kali kita berbicara atau bisa dibilang bersosialisai dengan banyak orang. Misalnya, dengan teman, orangtua, saudara, kerabat, kolega, dan lain-lain. Namun, tak jarang kita temui bahwa sering kali terdapat kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Menurut www.scientificamerican.com , dalam memproses beberapa kalimat atau kata yang kita dengar, kita memnggunakan short-term mental sketch-pad atau yang biasa dikenal dengan sebutan working memory. Kesalahpahaman yang sering kita jumpai, sering kali disebabkan oleh beberapa gangguan baik external, seperti suara tv atau radio, maupun internal, seperti ketika kita sedang banyak pikiran yang mengganggu.

Untuk itu, dalam artikel pada Scientific American yang berjudul “Speaking Science: Why People Don’t Hear What You Say”, dilakukan percobaan sederhana yaitu dengan melakukan permainan kuda bisik kepada beberapa peserta yang telah duduk melingkar. Orang pertama akan membisikkan satu kalimat kepada orang yang berada disampingnya, dan begitu seterusna hingga akhirnya sampai kepada orang terakhir. Tugas dari orang terakhir tersebut adalah menyampaikan kata yang ia dengar dari orang sebelumnya dan membandingkannya dengan kalimat yang berasal dari sumbernya. Hasilnya, sering kali kalimat terakhir yang disampaikan berbeda dengan apa yang disampaikan diawal. Hal ini mungkin bisa menjadi hal yang lucu dalam sebuah permainan, akan tetapi tidak dalam kehidupan nyata.

kesalahpahaman dalam mendengarkan seseorang atau menangkap suatu informasi bisa menjadi masalah dan membuat seseorang frustasi, karena si penyampai informasi berpikir bahwa mereka sudah menyampaikan dengan benar, sementara si pendengar beranggapan bahwa mereka sudah menangkap informasi secara akurat. Padahal sebenarnya, ada kesalahan didalamnya. Untuk menghindari kesalahan tersebut, yang kita bisa lakukan salah satunya adalah sampaikan informasi tersebut sepadat mungkin tanpa menghilangkan poin-poin penting didalamnya. Sering kali seseorang tidak fokus jika informasi yang disampaikan terkesan bertele-tele.

Namun, apa tips bagi si pendengar agar dapat mendengar lawan bicara dengan akurat?

Dikutip dari artikel www.forbes.com, berikut adalah 10 tips mendengarkan lawan bicara secara efektif agar kita dapat menangkap informasi dengan akurat:

1. Tatap lawan bicara dan atur kontak mata
pada kebanyakan budaya barat, kontak mata menjadi salah satu cara untuk berkomunikasi secara efektif. Cara ini efektif agar kita dapat tetap fokus dengan pembicaraan dan melihat bahasa tubuh dari lawan bicara saat menyampaikan pesan atau informasi. Hal ini mungkin tidak kita dapatkan dari lawan bicara, mungkin karena perasaan malu, bersalah, ketidakpastian, ataupun yang lainnya. Akan tetapi, kita harus tetap menatap dan melakukan kontak mata kepada lawan bicara agar kita tetap fokus.

2. Berikan perhatian penuh, namun tetap santai
Ketika kita memberikan kontak mata kepada lawan bicara, kita tetap harus santai. Mungkin kita bisa sesekali melihat kearah lain, namun jangan sampai itu mengganggu fokus kita. Jangan biarkan hal lain, seperti suara-suara yang mangganggu, menjadi alasan kita untuk tidak fokus kepada apa yang dibicarakan oleh lawan bicara. Dan jangan pula terganggu oleh pikiran atau perasaan kkta sendiri.

3. Berpikiran terbuka
Jangan terlalu cepat beranggapan, dengarkan seseorang berbicara sampai selesai terlebih dahulu dan dengarkan maksudnya. Hal ini yang sering menjadi masalah, karena banyak dari kita yang terlalu cepat men-judge seseorang akan apa yang dilakukannya. Hal ini akan mengurangi keefektifan kta dalam berbicara dan mengurangi keakuratan kita dalam mendengarkan apa yang disampaikan lawan bicara. Bisa saja ada informasi yang terlewat atau idak tersampaikan karena kita terlalu cepat men-judge lawan bicara.

4. Dengarkan dan coba gambarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara
Dengarkan dengan baik dan fokus, lalu coba gambarkan apa yang sedang dibicarakan oleh lawan bicara. Jangan fokus berpikir apa yang akan kita katakan untuk menanggapi lawan bicara, fokus saja kepada penggambaran apa yang sedang lawan bicara coba sampaikan kepada kita agar kita mengerti maksud dari lawan bicara.

5. Jangan memotong pembicaraan dan jangan memaksakan solusi yang kita berikan
Kita harus punya kemampuan untuk menahan diri, menahan emosi kita untuk berpendapat. Misalnya, pada saat lawan bicara kita membicarakan permasalahannya kepada kita, bukan berarti mereka ingin kita mengeluarkan pendapat kita terhadap permasalahan mereka. Terkadang, mereka hanya ingin didengar. Jika kita ingin memberikan saran atau pendapat, ada baiknya jika kita meminta izin kepada lawan bicara terlebih dahulu.

6. Tahan pertanyaan tentang hal yang tidak kita mengerti hingga lawan bicara berhenti sejenak
Sama seperti hal diatas, dibandingkan kita menyela atau memotong pembicaraan, ada baiknya kita menunggu lawan bicara untuk menyelesaikan perkataannya, lalu kita mulai bertanya tentang apa yang kita tidak mengerti. Hal ini menguntungkan kedua belah pihak, pihak lawan bicara dapat fokus terhadap hal yang ingin mereka sampaikan, dan kita bisa mendapatkan informasi secara lebih akurat dengan bertanya untuk mengklarifikasi hal yang kita kurang mengerti.

7. Ajukan pertanyaan hanya untuk memastikan pemahaman yang kita tangkap
Sering kali kita mengajukan pertanyaan yang tidak masuk dalam topik pembicaraan. Sehingga, tanpa disadari lawan bicara kita lupa untuk menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan kepada kita sebagai pendengar, karena pertanyaan yang kita ajukan. Jika sudah terjadi, akan lebih baik jika kita meluruskan lawan bicara agar kembali ke topik pembicaraan, dengan begitu kita dapat mendapatkan kembali informasi yang seharusnya kita dapatkan dengan akurat.

8. Cobalah untuk merasakan apa yang lawan bicara coba utarakan kepada kita
Jika lawan bicara menyampaikan hal bahagia, berbahagialah. Jika hal itu ada hal yang menyedihkan, cobalah untuk merasakan kesedihannya. Dan jika hal itu adalah hal yang menakutkan, coba resapi ketakutannya. Berempati kepada lawan bicara adalah salah satu cara yang efektif agar kita dapat menangkap informasi yang akurat dari sebuah komunikasi.

9. Berikan feedback kepada lawan bicara
Hal ini tidak harus selalu saran atau pendapat, akan tetapi yang lebih sederhana dari itu agar lawan bicara merasa didengarkan dan kita bisa tetap fokus dengan pembicaraan demi mendapatkan informasi yang akurat. bisa dengan anggukan atau dengan pernyataan sederhana seperti “ooh…” atau “iya aku mengerti…”.

10. Perhatikan pesan tersirat yang disampaikan lawan bicara (tidak dikatakan)
Terkadang ada yang tidak bisa disampaikan lewat kata-kata oleh lawan bicara namun mereka berharap kita, sebagai pendengar, mengerti apa yang dimaksud oleh lawan bicara. Seperti contohnya, nada bicara, gerak tubuh, maupun raut wajah saat lawan bicara berkomunikasi dengan kita. Dengan kita memperhatikan pesan tersirat yang disampaikan lawan pengguna, kita bisa mengetahui informasi tersebut lebih akurat.

Dan tips tambahan, ketika pembicaraan telah selesai. Cobalah untuk menyimpulkan informasi atau pesan yang kita dapatkan dari lawan bicara, agar memastikan bahwa apa yang kita dengar telah akurat dan tidak ada kesalahpahaman.

Banyak diantara kita yang tidak memiliki kemampuan sebagai pendengar yang baik, jika kita memahami apa yang orang lain bicarakan, kita dapat memperoleh informasi yang akurat. Dan apabila kita tidak bisa menjadi pendengar yang baik, cenderung akan membuat asumsi yang menimbulkan kesalahpahaman bagi kedua belah pihak.

Kita semua memiliki gaya yang berbeda ketika mendengarkan orang lain berbicara. Ketika kita berkomunikasi, gaya pribadi kita dapat menjadi penghalang untuk menjadi pendengar yang baik. Misalnya, ketika orang yang suka berbicara dan suka menjadi pusat perhatian mungkin tidak dibiasakan untuk mendengar pendapat orang lain. Secara naluri, kita akan berfikir ulang apakah pendapat orang tersebut sesuai tidak dengan pemikiran kita. Apabila tidak sesuai dengan pemikiran kita, maka kita akan mengabaikan apa yang orang lain bicarakan. Menurut saya sikap ini, mencirikan orang yang mementingkan diri sendiri (egois).

Berikut merupakan cara untuk menghargai pendapat orang lain

  1. Tenang
    untuk fokus kedalam sebuah rapat atau kegiatan yang penting lebih baik menghindari stres dan lelah, karena membutuhkan tenaga dan fikiran lebih untuk bisa memahami sebuah pemikiran tersebut. cara yang efisien untuk menghilangkan jenuh sebelum rapat atau kegiatan penting dimulai.

  2. Memperhatikan dengan baik
    Bukan hanya kehadiran fisik, tetapi pikiran dan jiwa harus hadir didalam rapat atau kegiatan penting. Dengan begitu kita dapat menghargai orang yang sedang berpendapat.

  3. Menghormati si pembicara
    Jika kita ingin mengemukakan pendapat dan beragumentasi sebaiknya tidak menyela seseorang yang sedang berpendapat, karena itu etika kesopanan dalam diskusi.

  4. Dengarkan dengan Empati
    Dalam bukunya, “The 7 Habits of Highly Effective People” Steven Covey menyarankan kita untuk “Seek first to understand then to be understood.”. Pendengar Efektif benar mencoba untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain dan mencoba memahami apa masalah mereka dan mendengarkan dengan pikiran terbuka walaupun pandangan yang diungkapkan berbeda dari pandangan yang mereka pikirkan.

Sumber : http://www.peoplekind.co.nz/how-to-be-a-good-listener.html

menjadi orang yang dicari ketika seseorang ingin bercerita bukanlah perkara mudah. Menjadi pendengar yang baik membutuhkan latihan dan dedikasi yang tidak sedikit. Saat berkomunikasi dengan orang, yang terpenting adalah kita secara sadar menyerap informasi yang mereka berikan kepada kita. Berikut adalah beberapa cara menjadi pendengar yang baik menurut situs lifehack:

  1. Kontak Mata
    kontak mata menandakan bahwa kita memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. menghindari kontak mata memberikan kesan bahwa kita tidak tertarik dengan apa yang mereka katakan.
  2. Ingin Tahu Tentang ‘Apa’ dan ‘Kenapa’
    dengan mencari tahu tentang ‘apa’ dan ‘kenapa’ akan memberikan kita pemahaman yang lebih mendalam tentang percakapan yang sedang berlangung
  3. Tetap Fokus Kepada Lawan Bicara
    hentikan kebiasaan memikirkan respon apa yang akan kita berikan saat lawan bicara belum selesai bicara, melakukan hal itu akan mengakibatkan kita kehilangan informasi penting yang mereka sampaikan.
  4. Meminimalisir Gangguan
    banyak gangguan seperti keramaian akan mengakibatkan kita susah untuk fokus mendengarkan orang lain.
  5. Terlibat Dalam Pembicaraan
    terlibat dalam pembicaraan menandakan kita memberikan perhatian akan apa yang mereka sampaikan, dengan memberikan respon singkat seperti ‘ya’ atau ‘saya mengerti’

situs Harvard Business Review mengkategorikan ‘level pendengar’ menjadi 6 tingkatan:

  1. Level 1
    Pendengar menciptakan suasana nyaman sehingga masalah berat ataupun masalah emosional dapat dibicarakan

  2. Level 2
    Pendengar menghindari segala macam gangguan seperti telfon genggam dan komputer, fokus memperhatikan lawan bicara dan melakukan kontak mata. Hal ini tidak hanya bagus untuk pendengar, namun juga akan mempengaruhi kenyamanan lawan bicara.

  3. Level 3
    Pendengar yang memahami substansi pembicaraan. Hal ini ditunjukkan dengan menanya beberapa pertanyaan, mengulangi pernyataan pembicara untuk memastikan pendengan memahami dengan baik apa yang sedang dibicarakan.

  4. Level 4
    Pendengar mengobservasi gerak-gerik pembicara. terdapat ungkapan bahwa kamu mendengarkan dengan mata sama baiknya dengan telinga.

  5. Level 5
    Pendengar memahami gejolak emosi yang tertuang dalam pembicaraan dan memberikan empati dengan bentuk dukungan.

  6. Level 6
    Pendengar memahami permasalahan dengan jelas dan memberikan sudut pandang baru. Namun jangan lupa, pendengar yang baik tidak akan memutar balikkan topik pembicaraan menjadi sudut pandang yang mereka berikan.

Dalam dunia komunikasi efektif, mendengarkan adalah salah satu kunci agar komunikasi yang kita bangun dengan lawan bicara dapat terbangun secara sempurna. Maka selain adanya kemampuan dalam berbicara dan meyakinkan lawan bicara, sebelumnya kita perlu mendengarkan juga apa yang diperlukan lawan bicara kita hingga pada poin penting yang perlu kita bahas pada komunikasi tersebut.

Hal ini juga berlaku dalam setiap bidang dalam kehidupan kita baik itu dalam berkeluarga, bisnis, maupun berorganisasi. Maka kemampuan ini wajib dimiliki tanpa mengenal batas usia maupun jabatan

Adapun tips untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan adalah sebagai berikut

  1. Fokus
    Pernahkah anda teralihkan pada suatu hal padahal anda tengah mendengarkan apa yang tengah lawan bicara anda sampaikan. Apa yang ia rasakan? Kecewa? Marah? Pasti, karena kita menganggap orang yang ada di hadapan kita tidak begitu penting. Ketika seseorang tengah berbicara pada kita, penting agar kita tetap fokus pada apa yang ia sampaikan. Ini juga dapat meningkatkan kepercayaan lawan bicara kita. Selain kata-kata yang disampaikan lawan bicara kita juga perlu perhatikan bagaimana nada suara, gestur gerakan serta mimik wajahnya sehingga kita memahami juga secara 100% apa yang ia sampaikan pada kita.

  2. Mengertilah
    Bayangkan bila anda tengah menjadi lawan bicara anda. Apa yang anda rasakan sekarang? Ingin agar orang yang tengah menjadi pendengar dihadapannya bisa mendengar dengan penuh serta memberi solusi dari apa yang ia alami. Ya, pengertian ini juga harus kita terapkan agar kita semakin paham apa yang ia harapkan dari hasil ia berbicara pada kita.

  3. Ambil Poin Penting
    Selama lawan bicara kita berbicara, simak dan pahami serta petik poin-poin apa saja yang sebenarnya bisa kita tarik sebagai kesimpulan. Setelah Pembicaraan selesai, usahakan agar sebelum kita membalas apa yang ia sampaikan kita perlu yakinkan bahwa poin-poin yang kita dapatkan adalah hal yang perlu kita jawab. Setelah itu barulah kita bisa jawab dari hasil menyimak dan mendengarkan itu.

  4. Berlatih sering mendengarkan
    Semakin sering kita mendengarkan orang berbicara langsung kepada kita, semakin besar pula peluang kita dalam memahami apa yang lawan bicara harapkan pada kita. Hal ini bisa kita biasakan di lingkungan keluarga maupun pertemanan anda.

  5. Munculkan rasa ingin tahu
    Munculkan selalu rasa ingin tahu apa yang lawan bicara anda inginkan karena setiap pembicaraan yang kita hadapi pasti mengandung keuntungan tertentu. Maka dari itu keinginan untuk rasa ingin tahu ini penting agar fokus kita dalam mendengarkan juga tidak teralihkan dan 100% fokus.

Sumber : https://www.fastcompany.com/3036026/5-ways-to-improve-your-listening-skills

Awal mula kita belajar segala sesuatu pasti lewat mendengar. Kita belajar mengenal suara ibu dan ayah juga lewat mendengar. Saat seluruh indra lain belum sempurna bekerja, pendengaran kitalah yang berperan. Bahkan katanya, kita sudah bisa mendengar detak jantung kita sendiri dan merespon suara ibu dan ayah dengan gerakan tertentu saat kita masih di kandungan.

Beranjak dewasa kemampuan mendengar kita tetap berfungsi, tetapi ketrampilan mendengarkan semakin berkurang. Kita sudah tidak melatihnya lagi. Coba kita ingat lagi apakah dulu ada pelajaran mendengarkan di sekolah? Iya ada saat pelajaran bahasa inggris. Selain mata pelajaran itu rasanya tidak ada lagi.
Waktu belajar kita menjadi lebih banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis. Ketrampilan mendengarkan tidak lagi dilatih dan digunakan. Tidak tahu di zaman sekarang ya. Latihan bagaimana mendengarkan orang lain mungkin sudah mulai diajarkan.

Hal ini juga diperkuat oleh Julian Treasure, seorang international presenter, yang menegaskan perihal hilangnya kemampuan mendengarkan itu dalam suatu presentasinya di Ted. Julian bilang bahwa kita memberikan 60% waktu komunikasi kita untuk mendengarkan, tetapi hanya 25% nya saja dari apa yang kita dengar itu kita ingat.

Lalu bagaimana mengembalikan kemampuan mendengarkan itu? Julian Treasure, yang juga seorang ahli dalam penerapan suara untuk kebaikan bisnis, memberikan beberapa latihan berikut agar kemampuan mendengarkan Anda menjadi lebih baik.

Beberapa latihan berikut agar kemampuan mendengarkan Anda menjadi lebih baik.

1. Diamlah untuk beberapa saat
Dengan diam, kita menjadi lebih sensitif terhadap sekitar kita. Berbahagialah bagi Anda yang sering Sholat karena dalam sholat kita melatih untuk diam bukan? Beberapa teman lain mungkin ada yang bermeditasi. Namun, Julian Cuma mensyaratkan kita untuk diam beberapa menit saja sebagai latihan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan kita.

2. Mendengarkan beberapa suara
Misalnya saat Anda sedang di cafe dan menikmati minum kopi sambil kumpul sama beberapa teman. Coba identifikasi dan dengarkan beberapa saluran suara seperti suara mesin kopi, suara kran air, suara deruman mesin pencampur susu. Anda pun dapat melakukannya di tempat lain, misalnya di Pantai. Coba dengarkan suara burung, deburan ombak, semilir angin dan sebagainya. Latihan seperti ini akan membuat kita menjadi lebih sensitif.

3. Menikmati suara-suara yang Anda tidak suka
Anda pasti tidak suka suaran bising mesin, tetapi Julian menyarankan agar Anda menikmati suara bising tersebut. Contoh, disebelah rumah saya, tetangga sedang bangun rumah. Suara Molen, mesin pengaduk semen, cukup bising di pagi hari. Coba saja dinikmati karena sesungguhnya ada irama tertentu di suara tersebut yang bisa kita nikmati.

4. Mengubah posisi mendengarkan Anda
Ubahlah posisi mendengarkan Anda. Anda akan lebih menyadari dan meningkatkan sensitifitas Anda dengan mengubah posisi mendengarkan Anda.

5. Mendengar dengan RASA
Anda harus mulai mempraktekkan mendengar dengan RASA di setiap kesempatan. RASA merupakan singkatan dari kata Receive, Appreciate , Summarize, Ask. (menerima, menghargai, meringkas dan bertanya). Praktekkan selalu dalam setiap kesempatan maka Anda mampu menjadi seorang pendengar yang baik. Sayangnya, Julian tidak detail menjelaskan tentang RASA dalam presentasinya.

6. Mendengarkan Dengan Aktif
Teknik RASA sesungguhnya adalah teknik mendengarkan aktif. Teknik mendengar aktif ini merupakan teknik tertinggi dalam mendengarkan.
Kita tidak sekedar mendengarkan untuk mencari ide-ide utama saja. Kita tidak sekedar mendengarkan untuk cepat-cepat saja. Dan, kita tidak sekedar mendengarkan dengan pikiran kita asyik sendiri memikirkan hal lain.
Mendengarkan secara aktif berarti kita mendengarkan untuk merasakan dan menangkap seluruh pesan tersurat maupun tersirat dari si pembicara. Pada gilirannya, si pembicara pun dapat merasakannya bahwa Anda memang mendengarkannya. Dalam percakapan dengan orang baru, teknik ini sangat efektif untuk membuat Anda cepat akrab.

Ada 4 hal yang harus Anda lakukan saat mendengarkan agar Anda menjadi pendengar aktif dan mampu menangkap pesan dengan baik. Ini hasil intisari dari beberapa kajian perihal mendengarkan secara aktif tersebut:

1. Berikan Perhatian
Lepaskan semua beban Anda. Beban pikiran, pekerjaan, kasak kusuk masalah di hati dan perasaan Anda. Bebaskanlah. Anda siap untuk mendengarkan sekarang. Batasi juga semua gangguan dari luar karena Anda sedang akan mendengarkan.

2. Berikan Penghargaan
Show that you listen. Senyum, raut wajah natural, anggukan kepala dan bahasa tubuh lainnya yang menunjukkan bahwa Anda sedang memperhatikan tampilkanlah. Diam mendengarkan dan tidak buru-buru menginterupsi juga harus Anda lakukan. Sekedar membuat catatan singkat juga sangat berguna tentunya untuk menunjukkan perhargaan pada pembicara bahwa Anda mendengarkan.

3. Berikan Pernyataan
Anda harus membuat pikiran Anda aktif untuk mendengarkan dan tidak lari kemana-mana. Membuat pernyataan akan sangat membantu agar pikiran tidak asyik sendiri dengan hal lainnya. Visualkan kalimat pembicara dalam pikiran Anda kemudian nyatakan dengan berkata oke, setuju, iya, ooo… atau sekedar mengulang kata-kata tertentu dari pembicara merupakan pernyataan atensi buat si pembicara sekaligus menjaga Anda tetap fokus.

4. Berikan Pertanyaan
Umpan balik itu perlu sebagai perwujudan bahwa kita memang mendengarkan. Anda bisa saja keliru dalam menangkap pesan bila tidak melakukan klarifikasi dan konfirmasi. Pertanyaan-pertanyaan singkat kepada pembicara akan memastikan pemahaman Anda.

Sumber: dedenhidayat

S.R. Levine & M.A. Crom menulis bahwa keterampilan “mendengarkan” adalah satu-satunya keterampilan yang paling penting dari semua keterampilan berkomunikasi yang ada. Lebih penting dari keterampilan untuk berorasi dengan berapi-api. Lebih penting daripada suara yang penuh kuasa. Lebih penting daripada kemampuan untuk berbicara dalam beberapa bahasa. Malah lebih penting dari kemampuan menulis dengan kata-kata yang menawan (THE LEADER IN YOU: HOW TO WIN FRIENDS, INFLUENCE PEOPLE, AND SUCCEED IN A CHANGING WORLD, New York, N.Y.: Simon & Schuster, 1993, hal. 985).

Mendengarkan dengan efektif/aktif. Mendengarkan secara efektif/aktif itu jauh dari mudah. Tidak hanya diperlukan konsentrasi serius atas apa yang dikatakan oleh lawan bicara kita, melainkan juga menaruh perhatian pada berbagai isyarat yang ditunjukkan lewat wajah dan “bahasa tubuh” lainnya. Isyarat-isyarat non-verbal dari pihak manajer/pemimpin menyampaikan pesan bahwa dia mendengarkan dan berkonsentrasi atas apa yang dikatakan oleh pihak lawan bicara. Mendengarkan dengan aktif seperti itu dapat sangat bermanfaat. Orang di mana-mana biasanya sangat senang kalau pesannya didengarkan oleh orang lain, juga untuk berhubungan dengan audiensi yang bersikap reseptif terhadap pemikiran-pemikiran dan keprihatinan-keprihatinannya. Mendengarkan secara aktif sangat berguna untuk memupuk relasi dan rasa bahwa kita menghargai pribadi yang menjadi lawan bicara kita.

Untunglah “effective listening” atau “active listening” merupakan keterampilan yang dapat dipelajari. Berikut ini adalah “panduan-panduan” atau katakanlah “pedoman-pedoman” yang dapat anda gunakan :

  1. Berhentilah berbicara! Anda tidak dapat mendengarkan apabila anda sedang berbicara. Apakah anda sedang mendengarkan atau berpikir tentang apa yang anda akan katakan nanti? Polonius (Hamlet): “Give every man thine ear, but few thy voice.”

  2. Dengarkanlah ide-ide utama yang disampaikan oleh lawan bicara anda.

  3. Berikanlah kepada sang pembicara perhatian anda yang tidak terbagi-bagi, dan buatlah catatan yang diperlukan. Anda harus kelihatan dan bertindak sebagai seorang yang menaruh minat. Jangan membaca surat dll. selagi orang lain berbicara kepada anda. Dengarkanlah untuk mengerti, bukan untuk menentang. Hindarilah segala macam pelanturan (distractions) dan/atau lawanlah godaan untuk terwujudnya pelanturan.

  4. Ciptakanlah suatu suasana untuk mendengarkan secara positif. Tunjukkanlah kepada lawan bicara anda bahwa anda mau mendengarkan. Buatlah dia agar tidak tegang (Put the talker at ease). Bantulah dia juga agar merasa bebas untuk berbicara. Seringkali hal ini disebut “being open” atau “permissive environment”. Anda harus bersifat rileks dan membuat lawan bicara anda juga bersikap demikian.

  5. Dengarkanlah segala hal yang dikomunikasikan; fakta, perasaan-perasaan, emosi-emosi dan kesan-kesan. Jika mau bereaksi, maka anda harus bereaksi terhadap pesan yang disampaikan oleh pihak lawan bicara, bukan terhadap pribadinya. Mintalah umpan balik (feed back) untuk mengecek pemahaman anda.

  6. Singkirkanlah kebingungan atau pelanturan. Jangan mencoret-coret kertas, mengetuk- ngetuk dengan pensil atau mencampur adukkan kertas selagi orang berbicara kepada anda. Apakah anda akan lebih mempunyai keheningan yang diperlukan apabila anda menutup pintu ruangan?

  7. Perhatikanlah pandangan lawan bicara anda. Cobalah untuk menempatkan diri anda pada posisi orang lain itu (empati) sehingga anda dapat melihat hal-hal dari sudut pandangannya.

  8. Janganlah tindakan-tindakan fisik anda membuat sang pembicara menjadi jera. Memandang jauh lewat jendela, memalingkan muka, atau memperlihatkan “tampang nggak setuju” anda tentunya akan menyebabkan dia merubah pembicaraannya atau mengakhirinya dengan tiba-tiba.

  9. Sabarlah. Sediakanlah waktu yang cukup. Jangan interupsi. Jangan mendekati pintu atau pergi, seandainya pertemuan dilakukan dalam ruang kantor.

  10. Jagalah perangai anda. Seorang yang sedang marah akan salah dalam menangkap arti kata-kata. Jagalah diri anda agar anda tidak cepat-cepat memberi penilaian.

  11. Lemah lembutlah terhadap argumen dan kritik. Jangan membuat orang lain menjadi defensif dan menjadi marah. Jangan berargumentasi karena sekalipun anda menang, anda tetap kalah.

  12. Bertanyalah kepada lawan bicara anda. Hal ini mendorong dia dan menunjukkan kepadanya bahwa anda sedang mendengarkan. Dengan demikian sang pembicara akan mampu mengembangkan posisinya lebih lanjut.

  13. Seandainya terdapat kesalahpahaman, paksalah diri anda untuk menempati posisinya (berbela rasa dan berempati). Dengarkanlah dia secara obyektif. Nyatakanlah kembali dan pertahankanlah posisi yang anda tidak setujui tadi. Ini tidaklah berarti bahwa anda mengubah pikiran anda, tetapi dengan cara begini anda akan menjelaskan kesalahpahaman. Juga anda akan mempertimbangkan informasi yang barangkali sebelumnya anda telah hindari dalam mempertahankan posisi anda sendiri.

  14. Berhentilah berbicara! Inilah yang pertama dan terakhir karena pedoman-pedoman lainnya tergantung pada pedoman utama yang satu ini. Anda tidak dapat “mendengarkan secara efektif’ kalau anda masih berbicara”.

Sumber : Pemimpin Yang Efektif Adalah Seorang Pendengar Yang Baik Halaman 1 - Kompasiana.com

Gagal memahami inti pembicaraan dapat mengakibatkan resiko yang fatal pada rekan bicara anda Dilansir dari portal intuit.com, Lima tips dibawah ini bisa meningkatkan keterampilan mendengarkan dan berkomunikasi secara efektif:

1. Fokus pada rekan bicara anda.
Ketika anda berada di lingkungan yang sibuk, berhentilah melakukan aktivitas yang dapat memecah fokus perbincangan anda. Selain itu , menaruh ponsel ataupun gadget anda di tempat yang aman bisa meningkatkan konsentrasi mengolah tiap kata rekan anda serta menghindari rasa ingin tahu notifikasi yang masuk pada aplikasi messenger.

2. Jangan berbohong.
Jangan sekali-kali anda berbohong. Orang-orang tidak akan mendengarkan seseorang yang berkata bohong. Ketika anda berbohong sekali, maka selamanya orang tidak mempercayai anda. Bicaralah sesuai fakta yang terjadi.

3. Perhatikan bahasa tubuh
Duduk bersandar, gerakan kepala mengangguk, kontak mata merupakan bahasa tubuh yang sering dilakukan ketika terjadi perbincangan. Selain itu, intonasi serta ekspresi wajah dalam pembicaraan menginterpretasikan emosional pembicara. Pastikan anda selalu memperhatikan bahasa tubuh rekan bicara anda untuk memastikan dia selalu berada dalam keadaan “nyaman”

4. Ulangi kembali apa yang anda dengar
Saat rekan bicara selesai menyelesaikan dialognya, alangkah lebih anda untuk mengulangi inti kalimat yang diucapkan menggunakan bahasa anda dan dimengerti oleh rekan anda. Hal ini bertujuan untuk mengklarifikasi kalimat yang anda tangkap apakah sudah sesuai dengan yang diucapkan pembicara. Bila terjadi multitafsir, anda bisa meminta untuk mengulangi pembicaraan kembali.

5. Tanyakan kembali pada rekan bicara anda
Mengakhiri suatu pembicaraan, alangkah lebih baik jika menanyakan langsung dan meminta respon rekan bicara anda sesuai topik yang dibicarakan. “Sampai ini, apakah dimengerti? Mungkin ada yg ditanyakan?”

Mendengarkan merupakan kunci utama dalam komunikasi, yaitu bagaimana cara menerjemahkan dari hasil komunikasi lawan bicara dan menanggapinya. Tanpa pendengaran yang baik mustahil komunikasi yang efektif terjadi. Untuk melatih kemampuan listening skill harus sering melakukan interaksi/komunikasi dua arah, hal ini berguna agar pesan yang kita sampaikan tidak disalahpahami yang mengakibatkan komunikasi rusak dan maksud yang diinginkan tidak tersampaikan.

Mendengarkan sangat berguna didalam dunia kerja, seorang manajer/bos dalam memberikan instruksi kerja kepada bawahannya pasti menginginkan bawahannya memahami dan menjalankan perintahnya dengan baik. Oleh sebab itu, dibutuhkan pendengaran yang baik dalam memahami perintah yang disampaikan bos sehingga tidak terjadi salah paham dan menjalankan tugas yang telah diberikan. Hal ini juga berpengaruh pada produktivitas kerja karyawan, mereka yang memiliki ketrampilan mendengarkan yang baik pasti menjalankan tugas dengan baik pula.

Kemampuan mendengarkan yang baik berpengaruh juga dalam pribadi kita utamanya bersosialisasi dengan teman, memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Mendengarkan berbeda dengan hanya sebatas mendengar, karena menderkan membutuhkan konsentrasi dalam memperhatikan suara, bahasa dan gerak tubuhnya dalam berkomunikasi. Dengan kata lain dibutuhkan kemampuan verbal dan non-verbal dalam mendengarkan lawan bicara dengan baik.

link: Listening Skills | SkillsYouNeed