Bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada orang yang terkena Gigitan Ular berbisa?

image

Gigitan ular berbisa dapat menyebabkan kerusakan di tempat gigitan dan gangguan sistemik lainnya. Gejala di tempat gigitan umumnya terjadi dalam 30 menit sampai 24 jam, berupa bengkak dan nyeri, dan timbul bercak kebiruan. Kematian jaringan dapat terjadi pada luka bekas gigitan yang dapat mempersulit penanganan. Gejala lain yang muncul berupa kelemahan otot, menggigil, berkeringat, mual, muntah, nyeri kepala, dan pandangan kabur.

Bisa ular juga dapat menyebabkan gejala khusus di beberapa organ:

  • Hematotoksik, bersifat racun terhadap darah, menyebabkan perdarahan di tempat gigitan, perdarahan di tempat lain seperti paru, jantung, otak, gusi, saluran cerna, kencing darah, juga gangguan pembekuan darah.

  • Neurotoksik, bersifat racun terhadap saraf, menyebabkan penderita merasa kelemahan otot tubuh, kekakuan, hingga kejang. Apabila menyerang saraf pernapasan, ini dapat menyebabkan penderita sulit bernapas dan dapat menyebabkan kematian.

  • Kardiotoksik, gejala yang timbul berupa penurunan tekanan darah, syok, dan henti jantung.

  • Sindroma kompartemen, merupakan suatu sindrom yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan dalam sekumpulan otot yang salah satunya disebabkan pembengkakan. Akibatnya, pembuluh darah dan saraf bisa terjepit, dan lama kelamaaan otot bisa kekurangan oksigen dan bisa mengharuskan dokter untuk melakukan operasi.

Bagaimana melakukan pertolongan pertama pada orang yang terkena Gigitan Ular berbisa?

Insiden gigitan ular berbisa meliputi 8000 kasus setiap tahun di Amerika, 98% mengenai ekstermitas. Bisa ular mengandung hialuronidase yang menyebabkan bisa cepat menyebar melalui jaringan limfatik superfisial. Toksin lain yang terkandung dalam bisa ular antara lain neurotoksin, toksin hemoragik, toksin trombogenik, toksin hemolitik, sitotoksin dan antikoagulan.

Gejala

Gejala paling mudah mengenali gigitan ular berbisa adalah rasa sakit yang sangat
menyiksa. Terdapat satu atau dua bekas taring dengan ekimosis, bengkak dan perlunakan jaringan sekitarnya. Jika tidak terjadi pembengkakan setelah 30 menit gigitan mungkin tidak ada bisa yang disuntikkan. Setelah 8 jam mungkin timbul bula, vesikel hemoragik atau petekia. Gejala sistemik termasuk fasikulasi otot, hipotensi, badan lemas, berkeringat, pusing, mual dan muntah.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan lokal dengan memfiksasi ekstermitas yang terkena kemudian dipasang tourniquet di sebelah proksimal dari gigitan. Jika kejadian kurang dari 1 jam maka insisi dan penghisapan pada tempat gigitan akan banyak membantu. Bisa yang berada di subkutan 50%nya dapat dihilangkan dengan penghisapan bila dilakukan dalam waktu 30 menit.

Penghisapan yang dilakukan dalam waktu 30 menit dapat menghilangkan 90% bisa. Insisi dilakukan pada jejas taring, sekitar 2/3 cm dengan kedalaman 1/3-2/3 cm longitudinal dan tidak boleh menyilang. Penghisapan dilakukan dengan alat penghisap atau bila tidak tersedia dapat dilakukan dengan mulut asal penolong tidak mempunyai luka atau kerusakan pada mukosa mulut.

Pilihan lain dengan eksisi seluruh daerah gigitan termasuk kulit dan jaringan sub kutan. Ini dilakukan bila gigitan terjadi dalam waktu 1 jam. Hal ini jarang dilakukan karena terapi medis yang dilakukan secara dini biasanya efektif pada sebagian besar pasien. Tomiquet dapat dilepaskan bila penderita telah terpasang infus, antivenin telah disiapkan dan penderita tidak dalam keadaan syok.

Antivenin tidak diberikan pada keracunan derajat 0-1. Pada keracunan derajat diperlukan 3-4 ampul, derajat 3 diperlukan 5-15 ampul. Jika gejala bertambah berat dapat diberikan beberapa ampul lagi dalam 2 jam pertama. Pada penderita yang bertubuh kecil atau pada anak-anak dibutuhkan anti venin yang lebih banyak karena mereka termasuk kelompok risiko tinggi.

Antivenin diberikan secara intravena dalam dosis 3-5 ampul dalam 500 cc garam fisiologis atau glukosa 5%. Bila lebih parah dapat ditambah 6-8 ampul. Antivenin diberikan sampai gejala lokal dan sistemik membaik.

Bila penderita alergi terhadap serum kuda maka diberikan 1 ampul antivenin dalam 250 cc glukosa 5% dalam waktu 90 menit dengan mengawasi tahda-tanda alergi.

Bila terjadi gangguan nafas dapat terjadi kegagalan nafas dapat diatasi dengan pemasangan endotrakheal tube. Bila terjadi gagal ginjal akut mungkin diperlukan hemodialisis. Bila terjadi koagulopati diberikan darah, fibrinogen dan vitamin K. Juga perlu diberikan antibiotik dan anti tetanus serum.

Derajat keracunan bisa :

  • I : satu atau lebih tanda gigitan, nyeri minimal, kurang dari 1 inci dikelilingi edema dan tidak ada bisa.

  • II : keracunan bisa minimal, terdapat nyeri sedang - berat di sekitar gigitan. Dengan luas 1-5 inci, dikelilingi oleh edema dan kemerahan di sekitar luka selama 12 jam pertama.

  • III : keracunan bisa sedang, terdapat nyeri hebat di sekitar gigitan. Dengan luas 6-12 inci, dikelilingi oleh edema dan kemerahan di sekitar luka selama 12 jam pertama. Tampak tanda-tanda sistemik.

  • IV : keracunan bisa yang berat. Terdapat nyeri hebat di sekitar gigitan. Dengan luas lebih dari 12 inci, dikelilingi oleh edema dan kemerahan di sekitar luka selama 12 jam pertama. Tanda-tanda sistemik tampak, dengan petekia dan ekimosis menyeluruh.

  • V : keracunan bisa yang parah selalu terdapat gejala sistemik, bisa berupa gagal ginjal, sekret bercampur darah, koma dan kematian. Edema bisa meluas sampai ekstremitas dan perrnukaan ipsilateral tubuh.

Sumber :

Kristanto Yuli Yarsa, Nanang Wiyono, Agus Djoko Susanto, R.T.H. Soepraptomo, Accident dan emergency (first aid), RS Dr.Moewardi Surakarta dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta