Bagaimana cara melakukan injeksi yang baik pada pasien?

Injeksi atau suntik

Injeksi adalah mendorong obat ke dalam tubuh dengan menggunakan jarum suntik. Injeksi bisa dilakukan ke dalam otot (intramuskular/IM), ke dalam vena (intravena/IV) atau ke dalam jaringan lemak di bawah kulit (subkutan).

Bagaimana cara melakukan injeksi yang baik pada pasien ?

Injeksi merupakan tindakan medis yang paling sering dilakukan oleh dokter selama prakteknya, sehingga keterampilan Injeksi (intramuskuler, intravena, intrakutan dan subkutan) serta Pungsi Vena adalah keterampilan dengan tingkat kompetensi 4 (mahasiswa harus dapat melakukannya secara mandiri).

Sebelum mempelajari keterampilan Injeksi, Pungsi Vena dan Pungsi Kapiler sebaiknya mahasiswa telah memiliki pengetahuan :

  1. Anatomi dan fisiologi kulit, jaringan subkutan, otot dan sistem vaskuler perifer (vena dan kapiler).
  2. Farmakologi (golongan obat injeksi, farmakodinamik dan farmakokinetik serta efek samping obat injeksi).
  3. Berbagai jenis antikoagulan, mekanisme kerja antikoagulan dan tujuan pemeriksaan darah.

Injeksi bertujuan untuk memasukkan obat ke dalam tubuh penderita. Pemberian obat secara injeksi dilakukan bila :

  1. Dibutuhkan kerja obat secara kuat, cepat dan lengkap.
  2. Absorpsi obat terganggu oleh makanan dalam saluran cerna atau obat dirusak oleh asam lambung, sehingga tidak dapat diberikan per oral.
  3. Obat tidak diabsorpsi oleh usus.
  4. Pasien mengalami gangguan kesadaran atau tidak kooperatif.
  5. Akan dilakukan tindakan operatif tertentu (misalnya dilakukan injeksi infiltrasi zat anestetikum sebelum tindakan bedah minor untuk mengambil tumor jinak di kulit).
  6. Obat harus dikonsentrasikan di area tertentu dalam tubuh (misalnya injeksi kortikosteroid intra-artrikuler pada artritis, bolus sitostatika ke area tumor).

Kelemahan teknik injeksi adalah :

  1. Lebih mahal.
  2. Rasa nyeri yang ditimbulkan.
  3. Sulit dilakukan oleh pasien sendiri.
  4. Harus dilakukan secara aseptik karena risiko infeksi.
  5. Risiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan tempat injeksi dan
  6. teknik injeksi tidak tepat.
  7. Komplikasi dan efek samping yang ditimbulkan biasanya onsetnya lebih cepat dan lebih berat dibandingkan pemberian obat per oral.

TEKNIK INJEKSI

Teknik injeksi yang paling sering dilakukan adalah :

1. Injeksi intramuskuler : Obat diinjeksikan ke dalam lapisan otot. Resorpsi obat akan terjadi dalam 10-30 menit. Obat yang sering diberikan secara intramuskuler misalnya : vitamin, vaksin, antibiotik, antipiretik, hormon-hormon kelamin dan lain-lain.

2. Injeksi subkutan : obat diinjeksikan ke dalam lapisan lemak di bawah kulit. Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam jaringan lemak tidak banyak terdapat pembuluh darah. Obat yang sering diberikan secara subkutan adalah : insulin, anestesi lokal

3. Injeksi intradermal/ intrakutan : obat diinjeksikan ke dalam lapisan kulit bagian atas, sehingga akan timbul indurasi kulit. Tindakan menyuntikkan obat secara intrakutan yang sering dilakukan yaitu tindakan skin test, tes tuberkulin/ Mantoux test.

4. Injeksi intravena : Obat diinjeksikan langsung ke dalam vena sehingga menghasilkan efek tercepat, dalam waktu 18 detik (yaitu waktu untuk satu kali peredaran darah) obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan secara intravena misalnya bermacam-macam antibiotika.

Di antara ketiga cara pertama, perbedaan teknik berada pada besar sudut insersi jarum terhadap permukaan kulit (gambar 1).

image

Injeksi dan pungsi vena merupakan tindakan medis yang paling sering dilakukan oleh dokter selama prakteknya, sehingga keterampilan Injeksi (intramuskuler, intravena, intrakutan dan subkutan) serta Pungsi Vena adalah keterampilan dengan tingkat kompetensi 4 (mahasiswa harus dapat melakukannya secara mandiri).

Sebelum mempelajari keterampilan Injeksi, Pungsi Vena dan Pungsi Kapiler sebaiknya mahasiswa telah memiliki pengetahuan :

  1. Anatomi dan fisiologi kulit, jaringan subkutan, otot dan sistem vaskuler perifer (vena dan kapiler).
  2. Farmakologi (golongan obat injeksi, farmakodinamik dan farmakokinetik serta efek samping obat injeksi).
  3. Berbagai jenis antikoagulan, mekanisme kerja antikoagulan dan tujuan pemeriksaan darah.

Injeksi bertujuan untuk memasukkan obat ke dalam tubuh penderita. Pemberian obat secara injeksi dilakukan bila :

  1. Dibutuhkan kerja obat secara kuat, cepat dan lengkap.
  2. Absorpsi obat terganggu oleh makanan dalam saluran cerna atau obat dirusak oleh asam lambung, sehingga tidak dapat diberikan per oral.
  3. Obat tidak diabsorpsi oleh usus.
  4. Pasien mengalami gangguan kesadaran atau tidak kooperatif.
  5. Akan dilakukan tindakan operatif tertentu (misalnya dilakukan injeksi infiltrasi zat anestetikum sebelum tindakan bedah minor untuk mengambil tumor jinak di kulit).
  6. Obat harus dikonsentrasikan di area tertentu dalam tubuh (misalnya injeksi kortikosteroid intra-artrikuler pada artritis, bolus sitostatika ke area tumor).

Kelemahan teknik injeksi adalah :

  1. Lebih mahal.
  2. Rasa nyeri yang ditimbulkan.
  3. Sulit dilakukan oleh pasien sendiri.
  4. Harus dilakukan secara aseptik karena risiko infeksi.
  5. Risiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan tempat injeksi dan
  6. teknik injeksi tidak tepat.
  7. Komplikasi dan efek samping yang ditimbulkan biasanya onsetnya lebih cepat dan lebih berat dibandingkan pemberian obat per oral.

PERSIAPAN

1. Identifikasi dan Persiapan Pasien :

  • Dokter harus selalu menuliskan identitas pasien (nama lengkap, umur, alamat), penghitungan dosis obat dan instruksi cara memberikan obat dalam resep dokter/ rekam medis pasien dengan jelas.

  • Sebelum melakukan injeksi, petugas yang akan memberikan suntikan harus selalu mengecek kembali identitas pasien dengan menanyakan secara langsung nama lengkap dan alamat pasien, menanyakan kepada keluarga yang menunggui pasien (bila pasien tidak sadar) atau dengan membaca gelang identitas pasien (bila pasien adalah pasien yang dirawat di rumah sakit) dan mencocokkannya dengan identitas pasien yang harus diberi injeksi.

  • Sebelum memberikan obat dan melakukan injeksi, dokter harus selalu menanyakan kepada pasien atau kembali melihat data rekam medis pasien :

    1. Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap jenis obat tertentu.
    2. Apakah saat ini pasien dalam keadaan hamil. Beberapa jenis obat mempunyai efek teratogenik terhadap fetus.
  • Berikan privacy kepada pasien, bila injeksi dilakukan di paha atas atau pantat. Lakukan injeksi dalam kamar pemeriksaan.

  • Beritahu pasien prosedur yang akan dilakukan. Bangunkan pasien bila sebelumnya pasien dalam keadaan tidur. Bila pasien tidak sadar, berikan penjelasan kepada keluarganya. Bila pasien tidak kooperatif (misalnya anak-anak atau pasien dengan gangguan jiwa), mintalah bantuan orang tuanya atau perawat.

  • Untuk mengurangi rasa takut pasien, untuk mengalihkan perhatian pasien, selama injeksi ajaklah pasien berbicara atau minta pasien untuk bernafas dalam.

2. Persiapan obat : jenis, dosis dan cara pemberian obat serta kondisi fisik obat dan kontainernya.

  • Siapkan obat yang akan disuntikkan dan peralatan yang akan dipergunakan untuk menyuntikkan obat dalam satu tray. Jangan mulai menyuntikkan obat sebelum semua peralatan dan obat siap.

  • Sebelum menyuntikkan obat, instruksi pemberian obat dan label obat harus selalu dibaca dengan seksama (nama obat, dosis, tanggal kadaluwarsa obat), dan dicocokkan dengan jenis dan dosis obat yang harus disuntikkan kepada pasien (gambar 2).

  • Kondisi fisik obat dan kontainernya harus selalu dilihat dengan seksama, apakah ada perubahan fisik botol obat (segel terbuka, label nama obat tidak terbaca dengan jelas, kontainer tidak utuh atau retak) atau terjadi perubahan fisik pada obat (bergumpal, mengkristal, berubah warna, ada endapan, dan lain-lain).

  • Obat dalam bentuk serbuk harus dilarutkan menggunakan pelarut yang sesuai. Obat dilarutkan menjelang digunakan. Perhatikan instruksi melarutkan obat dan catatan-catatan khusus setelah obat dilarutkan, misalnya stabilitas obat setelah dilarutkan dan kepekaan obat terhadap cahaya.

  • Dokter harus mengetahui efek potensial (efek yang diharapkan dan efek samping) dari pemberian obat.

  • Obat tidak boleh disuntikkan bila :

    1. Ada ketidaksesuaian/ keraguan akan jenis atau dosis obat yang tersedia dengan instruksi dokter.
    2. Ada ketidaksesuaian identitas pasien yang akan disuntik dengan identitas pasien dalam lembar instruksi injeksi.
    3. Ada perubahan fisik pada obat atau kontainernya.
    4. Tanggal kadaluwarsa obat telah lewat.
  • Pengecekan identitas pasien sangat penting untuk keselamatan pasien. Kesalahan pemberian injeksi dapat berakibat serius, bahkan fatal.

  • Penyiapan obat dan teknik injeksi harus dilakukan secara aseptik untuk mencegah masuknya partikel asing maupun mikroorganisme ke dalam tubuh pasien. Kerusakan yang permanen pada syaraf atau struktur jaringan serta transmisi infeksi, dapat terjadi karena kesalahan teknik injeksi atau akibat penggunaan jarum yang tidak layak, misalnya jarum yang tumpul, tidak rata atau tidak disposable.

ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK INJEKSI

Penggunaan alat-alat yang tepat akan memudahkan pelaksana injeksi serta meminimalkan ketidaknyamanan dan efek samping bagi pasien.

  1. Kapas dan alkohol 70%
  2. Sarung tangan
  3. Obat yang akan diinjeksikan
  4. Jarum steril disposable

Bagian-bagian jarum yaitu : (gambar 3)

  • Lumen jarum (ruang di bagian dalam jarum di mana obat mengalir).
  • Bevel (bagian jarum yang tajam/ menusuk kulit).
  • Kanula (shaft, bagian batang jarum).
  • Hub (bagian jarum yang berhubungan dengan adapter dari spuit).

image
Gambar 3. Bagian-bagian Jarum

Standard panjang jarum adalah 0.5 – 6 inchi. Pemilihan panjang jarum tergantung pada teknik pemberian obat, sementara pemilihan ukuran jarum tergantung pada viskositas obat yang disuntikkan. Ukuran jarum diberi nomor 14-27. Makin besar angka, makin kecil diameter jarum (gambar 4).

Jarum berukuran kecil dipergunakan untuk obat yang encer atau cair, sementara jarum diameter besar dipergunakan untuk obat yang kental.

image
Gambar 4. Variasi Panjang & Diameter Jarum

5. Spuit steril disposable

image

Spuit terdiri dari bagian-bagian : (gambar 5)

  • Tutup spuit (cap)
  • Jarum
  • Adapter
  • Barrel : di dinding barrel terdapat skala 0.01, 0.1, 0.2 atau 1 mL (gambar 6) .
  • Plunger : untuk mendorong obat dalam barrel masuk ke dalam tubuh.

image
Gambar 6. Variasi Ukuran Spuit

Penyiapan Jarum, Spuit dan Obat untuk Injeksi

  1. Tentukan jenis obat dan teknik injeksi yang akan dilakukan.
  2. Cuci tangan dengan seksama.
  3. Pemilihan jarum :

Panjang jarum ditentukan oleh teknik injeksi, sementara ukuran jarum ditentukan oleh jenis obat yang diinjeksikan.

  • Injeksi subkutan memerlukan jarum yang pendek. Panjang jarum ½ - 7/8” dengan ukuran jarum 23 – 25.
  • Injeksi Intradermal memerlukan jarum yang lebih pendek dibanding jarum untuk injeksi subkutan, yaitu panjang ¼ - ½” dengan ukuran jarum 26.
  • Injeksi intramuskuler memerlukan jarum yang lebih panjang, yaitu 1” – 1.5” dengan ukuran jarum 20 – 22.

Pemilihan spuit :

  • Pemilihan ukuran spuit tergantung volume dan viskositas obat yang diinjeksikan. Cek kapasitas spuit, pastikan spuit dapat menampung volume obat.
  • Kapasitas spuit dinyatakan dengan mL atau cc (cubic centimeter). Lihat apakah skala pada dinding spuit tertera dengan jelas dan dapat dipergunakan untuk menentukan dosis obat dengan tepat.
  • Peralatan untuk injeksi harus steril. Lihat adanya kerusakan fisik pada jarum dan spuit, misalnya segel terbuka, ada tanda karat pada jarum, adanya air dalam spuit dan lain-lain.

Pemasangan jarum pada spuit :

  • Keluarkan spuit dari kemasannya.
  • Jangan menyentuh bagian steril dari spuit, yaitu bagian adapter dan batang plunger, karena bagian-bagian tersebut akan berkontak dengan jarum dan bagian dalam barrel. Kontaminasi bagian-bagian tersebut berpotensi menularkan infeksi kepada pasien.
  • Segel karet (rubber stopper) di dalam barrel dilihat apakah menempel erat pada puncak plunger sehingga tidak terlepas waktu plunger digerakkan, dan cukup rapat menutup diameter barrel sehingga tidak ada cairan obat yang merembes keluar.
  • Spuit dipegang dengan tangan kiri dan plunger ditarik keluar masuk barrel beberapa kali. Dirasakan apakah tahanan cukup dan plunger bergerak cukup mudah. Dilihat apakah posisi segel karet berubah.

Tabel 1. Perbandingan Teknik Injeksi Intradermal, Subkutan dan Intramuskuler
image

  • Kemasan jarum disobek di bagian pangkal jarum sehingga pangkal jarum keluar. Dikeluarkan dari kemasan dengan memegang tutup jarum, hindarkan memegang bagian hub jarum.
  • Tutup adapter spuit dibuka dan pasangkan hub jarum ke adapter spuit.
    Kencangkan jarum dengan memutarnya ke kanan (seperempat putaran), pastikan jarum telah cukup kencang pada spuit.
  • Tutup jarum dibuka. Dilihat apakah jarum lurus, ujung jarum rata dan runcing, serta tidak ada karat di permukaan jarum.

Aspirasi obat dari dalam vial :

  • Buka logam penutup karet vial. Bersihkan tutup karet vial dengan kapas alkohol, biarkan mengering.
  • Tusukkan jarum sampai ujung jarum melewati tutup karet, bevel jarum menghadap ke atas. Bagian hub jarum jangan menyentuh tutup karet.
  • Dengan posisi kedua tangan seperti pada gambar 7 di bawah, aspirasi obat dengan menarik plunger perlahan, sampai sejumlah volume obat yang akan diinjeksikan kepada pasien, ditambahkan sedikit ( 0.2 mL). Selama aspirasi, ujung jarum harus selalu berada di bawah permukaan cairan supaya udara tidak masuk ke dalam spuit.

image
Gambar 7. Cara Mengaspirasi Obat dari dalam Botol Vial

  • Jika obat masih berupa serbuk, obat harus dilarutkan lebih dulu dengan pelarutnya dan dikocok hingga obat benar-benar terlarut dengan sempurna. Jumlah pelarut sesuai dengan instruksi pabrik. Prosedur mengaspirasi pelarut sama dengan prosedur aspirasi obat yang sudah berbentuk larutan.
  • Setelah obat terlarut sempurna, ganti jarum pada spuit dengan jarum baru, dan aspirasi larutan seperti cara di atas.
  • Setelah obat diaspirasi sesuai keperluan, tarik spuit keluar vial. Cek apakah jumlah obat yang diaspirasi sudah sesuai dosis + 0.2 mL.

Aspirasi obat dari dalam ampul :

  • Kibaskan atau ketuk-ketuk bagian atas ampul supaya cairan obat yang terjebak di leher dan bagian atas ampul turun ke bawah (gambar 8).

image
Gambar 8. Mengetuk Bagian Atas Ampul

  • Bersihkan leher ampul dengan kapas alkohol.
  • Pegang bagian bawah dan atas ampul dengan kedua tangan dan patahkan leher ampul (gambar 9).

image
Gambar 9. Mematahkan Leher Ampul

  • Lihat larutan obat di dalam ampul, adakah pecahan kaca ampul di dalamnya. Jika ada pecahan kaca, ampul harus dibuang.
  • Aspirasi larutan obat dari dalam ampul menggunakan spuit yang sudah disiapkan dengan cara (a) ampul dipegang dengan tangan kiri, diaspirasi menggunakan spuit yang dipegang dengan tangan kanan, atau (b) letakkan ampul di meja yang datar, pegang ampul dengan tangan kiri, diaspirasi menggunakan spuit yang dipegang dengan tangan kanan. Sembari diaspirasi, jarum harus berada di bawah permukaan cairan (gambar 10a dan 10b).
  • Obat diaspirasi sesuai dosis yang diperlukan, ditambah 0.2 mL.
  • Keluarkan spuit dari ampul, dan lihat apakah volume obat sudah sesuai dosis.

image
Gambar 10. Aspirasi Obat dari dalam Spuit.

Menghilangkan gelembung udara dari dalam spuit

  • Pegang jarum dengan posisi seperti gambar 11 di samping, lubang jarum menghadap ke atas.
  • Tarik plunger perlahan, supaya cairan obat dalam batang jarum masuk ke dalam barrel.
  • Ketuk-ketuk barrel perlahan supaya gelembung udara naik ke permukaan cairan.
  • Dorong plunger perlahan, sehingga cairan obat naik sampai hub jarum dan gelembung udara keluar dari lubang jarum.
  • Dorong plunger sampai sejumlah kecil cairan obat ( 0.2 mL) terbuang.
  • Cek kembali ketepatan dosis obat.
  • Obat siap diinjeksikan.

image
Gambar 11. Menghilangkan Gelembung Udara dari dalam Spuit

Sumber :

Dian Ariningrum, Jarot Subandono, Djoko Hadiwidodo, Sri Mulyani, Heni Hastuti, Keterampilan injeksi (intramuskuler, subkutan, intradermal dan intravena), Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

INJEKSI INTRAMUSKULER


Obat-obat yang diberikan secara injeksi intramuskuler adalah obat-obat yang menyebabkan iritasi jaringan lemak subkutan dengan onset aksi obat relatif cepat dan durasi kerja obat cukup panjang. Obat yang diinjeksikan ke dalam otot membentuk deposit obat yang diabsorpsi secara gradual ke dalam pembuluh darah. Teknik injeksi intramuskuler adalah teknik injeksi yang paling mudah dan paling aman, meski teknik injeksi intramuskuler memerlukan otot dalam keadaan relaksasi sehingga sangat penting pasien dalam keadaan rileks.

Lokasi injeksi

Panjang jarum yang digunakan biasanya 1-1.5” dengan ukuran jarum 20-22. Tempat yang dipilih adalah tempat yang jauh dari arteri, vena dan nervus, misalnya :

1. Regio Gluteus (gambar 12)

  • Jika volume obat lebih dari 1 mL, biasanya dipilih daerah gluteus karena otot- otot di daerah gluteus tebal sehingga mengurangi rasa sakit dan kaya vaskularisasi sehingga absorpsi lebih baik.
  • Volume obat yang diinjeksikan maksimal 5 mL. Jika volume obat lebih dari 5 mL, maka dosis obat dibagi 2 kali injeksi.
  • Penentuan lokasi injeksi harus ditentukan secara tepat untuk menghindarkan trauma dan kerusakan ireversibel terhadap tulang, pembuluh darah besar dan nervus sciaticus, yaitu di kuadran superior lateral gluteus.
  • Posisi pasien paling baik adalah berbaring tengkurap dengan regio gluteus terpapar.
  • Paling mudah dilakukan, namun angka terjadi komplikasi paling tinggi.
  • Hati-hati terhadap nervus sciaticus dan arteri glutea superior.
    Gambar 12. Lokasi injeksi intramuskuler di regio gluteus (kuadran superior lateral)

2. Regio superior lateral femur

  • Yang diinjeksi adalah m. vastus lateralis, salah satu otot dari 4 otot dalam kelompok quadriceps femoris, berada di regio superior lateral femur. Titik injeksi kurang lebih berada di antara 5 jari di atas lutut sampai 5 jari di bawah lipatan inguinal.
  • Pada orang dewasa, m. vastus lateralis terletak pada sepertiga tengah paha bagian luar. Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
  • Meski di area ini tidak ada pembuluh darah besar atau syaraf utama, kadang dapat terjadi trauma pada nervus cutaneus femoralis lateralis superficialis.
  • Jangan melakukan injeksi terlalu dekat dengan lutut atau inguinal.
  • Pada orang dewasa, volume obat yang diijeksikan di area ini sampai 2 mL (untuk bayi kurang lebih 1 mL).
  • Merupakan area injeksi intramuskuler pilihan pada bayi baru lahir (pada bayi baru lahir jangan melakukan injeksi intramuskuler di gluteus, karena otot-otot regio gluteus belum sempurna sehingga absorpsi obat kurang baik dan risiko trauma nervus sciaticus mengakibatkan paralisis ekstremitas bawah.
  • Posisi pasien dalam keadaan duduk atau berdiri dengan bagian kontralateral tubuh ditopang secara stabil.

image
Gambar 13. Lokasi injeksi intramuskuler di superior lateral femur

3. Regio femur bagian depan

  • Yang diinjeksi adalah m. rectus femoris. Pada orang dewasa terletak pada regio femur 1/3 medial anterior.
  • Pada bayi atau orang tua, kadang-kadang kulit di atasnya perlu ditarik atau sedikit dicubit untuk membantu jarum mencapai kedalaman yang tepat.
  • Pada orang dewasa, volume obat yang diijeksikan di area ini sampai 2 mL (untuk bayi kurang lebih 1 mL).
  • Lokasi ini jarang digunakan, namun biasanya sangat penting untuk melakukan auto-injection, misalnya pasien dengan riwayat alergi berat biasanya menggunakan tempat ini untuk menyuntikkan steroid injeksi yang mereka bawa ke mana-mana.

4. Regio deltoid

  • Pasien dalam posisi duduk. Lokasi injeksi biasanya di pertengahan regio deltoid, 3 jari di bawah sendi bahu (gambar 14). Luas area suntikan paling sempit dibandingkan regio yang lain.
  • Indikasi injeksi intramuskuler antara lain untuk menyuntikkan antibiotik, analgetik, anti vomitus dan sebagainya.
  • Volume obat yang diinjeksikan maksimal 1 mL.
  • Organ penting yang mungkin terkena adalah arteri brachialis atau nervus radialis. Hal ini terjadi apabila kita menyuntik lebih jauh ke bawah daripada yang seharusnya.
  • Minta pasien untuk meletakkan tangannya di pinggul (seperti gaya seorang peragawati), dengan demikian tonus ototnya akan berada kondisi yang mudah untuk disuntik dan dapat mengurangi nyeri.

image
Gambar 14. Lokasi injeksi di regio deltoid

Prosedur injeksi intramuskuler

  • Regangkan kulit di atas area injeksi. Jarum akan lebih mudah ditusukkan bila kulit teregang. Dengan teregangnya kulit, maka secara mekanis akan membantu mengurangi sensitivitas ujung-ujung saraf di permukaan kulit.
  • Spuit dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan (gambar 15).

image
Gambar 15. Cara memegang spuit untuk injeksi intramuskuler

  • Jarum ditusukkan dengan cepat melalui kulit dan subkutan sampai ke dalam otot dengan jarum tegak lurus terhadap permukaan kulit, bevel jarum menghadap ke atas (gambar 16).

image
Gambar 16. Injeksi intramuskuler. Arah jarum tegak lurus permukaan kulit

  • Setelah jarum berada dalam lapisan otot, lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum mengenai pembuluh darah atau tidak (gambar 17).

image
Gambar 17. Lakukan aspirasi

  • Injeksikan obat dengan ibu jari tangan kanan mendorong plunger perlahan- lahan, jari telunjuk dan jari tengah menjepit barrel tepat di bawah kait plunger.
  • Setelah obat diinjeksikan seluruhnya, tarik jarum keluar dengan arah yang sama dengan arah masuknya jarum dan masase area injeksi secara sirkuler menggunakan kapas alkohol kurang lebih 5 detik.
  • Melakukan kontrol perdarahan.
  • Pasang plester di atas luka tusuk.
  • Lakukan observasi terhadap pasien beberapa saat setelah injeksi.
  • Aspirasi harus selalu dilakukan sebelum menginjeksikan obat, karena obat yang seharusnya masuk ke dalam otot atau jaringan lemak subkutan dapat menjadi emboli yang berbahaya bila masuk ke dalam pembuluh darah.
  • Pastikan semua obat dalam spuit habis diinjeksikan ke dalam otot, karena sisa obat dalam spuit dapat menyebabkan iritasi subkutan saat jarum ditarik keluar.
  • Jika pasien mendapatkan suntikan berulang, lakukan di sisi yang berbeda.

INJEKSI SUBKUTAN


Obat diinjeksikan ke dalam jaringan di bawah kulit (subkutis). Obat yang diinjeksikan secara subkutan biasanya adalah obat yang kecepatan absorpsinya dikehendaki lebih lambat dibandingkan injeksi intramuskuler atau efeknya diharapkan

bertahan lebih lama. Obat yang diinjeksikan secara subkutan harus obat-obat yang dapat diabsorpsi dengan sempurna supaya tidak menimbulkan iritasi jaringan lemak subkutan. Indikasi injeksi subkutan antara lain untuk menyuntikkan adrenalin pada shock anafilaktik, atau untuk obat-obat yang diharapkan mempunyai efek sistemik lama, misalnya insulin pada penderita diabetes.

Injeksi subkutan dapat dilakukan di hampir seluruh area tubuh, tetapi tempat yang dipilih biasanya di sebelah lateral lengan bagian atas (deltoid), di permukaan anterior paha (vastus lateralis) atau di pantat (gluteus). Area deltoid dipilih bila volume obat yang diinjeksikan sebanyak 0.5 – 1.0 mL atau kurang. Jika volume obat lebih dari itu (sampai maksimal 3 mL) biasanya dipilih di area vastus lateralis.

image

Cara melakukan injeksi subkutan adalah :

  • Pilih area injeksi.
  • Sterilkan area injeksi dengan kapas alkohol 70% dengan gerakan memutar dari pusat ke tepi. Buka tutup jarum dengan menariknya lurus ke depan (supaya jarum tidak bengkok), letakkan tutup jarum pada tray/ tempat yang datar.
  • Stabilkan area injeksi dengan mencubit kulit di sekitar tempat injeksi dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri (jangan menyentuh tempat injeksi).
  • Pegang spuit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan, bevel jarum menghadap ke atas.
  • Jarum ditusukkan menembus kulit, sampai jaringan lemak di bawah kulit sampai kedalaman kurang lebih ¾ panjang jarum. Arah jarum pada injeksi subkutan adalah membentuk sudut 450 terhadap permukaan kulit.
  • Lepaskan cubitan dengan tetap menstabilkan posisi spuit.

image
Gambar 17. Injeksi subkutan, arah jarum membentuk sudut 45 derajat terhadap permukaan kulit

  • Aspirasi untuk mengetahui apakah ujung jarum masuk ke dalam pembuluh darah atau tidak.
  • Injeksikan obat dengan menekan plunger dengan ibu jari perlahan dan stabil, karena injeksi yang terlalu cepat akan menimbulkan rasa nyeri.
  • Tarik jarum keluar tetap dengan sudut 45 derajat terhadap permukaan kulit. Letakkan kapas alkohol di atas bekas tusukan.
  • Berikan masase perlahan di atas area suntikan untuk membantu merapatkan kembali jaringan bekas suntikan dan meratakan obat sehingga lebih cepat diabsorpsi.

INJEKSI INTRADERMAL


Pada injeksi Intradermal, obat disuntikkan ke dalam lapisan atas dari kulit. Teknik injeksi Intradermal sering merupakan bagian dari prosedur diagnostik, misalnya tes tuberkulin, atau tes alergi (skin test), di mana biasanya hanya disuntikkan sejumlah kecil obat sebelum diberikan dalam dosis yang lebih besar dengan teknik lain (misal : diinjeksikan 0.1 mL antibiotik secara Intradermal untuk skin test sebelum diberikan dosis lebih besar secara intravena).

Indikasi injeksi intra dermal antara lain untuk vaksinasi BCG, skin test sebelum menyuntikkan antibiotika dan injeksi alergen (contoh : injeksi lamprin untuk desensitisasi).

image
Gambar 18. Lapisan-lapisan kulit.

Panjang jarum yang dipilih adalah ¼ - 1/2” dan spuit ukuran 26. Biasanya yang sesuai ukuran itu adalah spuit tuberkulin atau spuit insulin. Tempat injeksi yang dipilih biasanya bagian medial/ volair dari regio antebrachii.

Prosedur injeksi Intradermal :

  • Posisi pasien : pasien duduk dengan siku kanan difleksikan, telapak tangan pada posisi supinasi, sehingga permukaan volair regio antebrachii terekspos.
  • Tentukan area injeksi.
  • Lakukan sterilisasi area injeksi dengan kapas alkohol.
  • Fiksasi kulit : menggunakan ibu jari tangan kiri, regangkan kulit area injeksi, tahan sampai bevel jarum dinsersikan.

image
Gambar 22. Posisi Jarum pada Injeksi Intradermal

  • Pegang spuit dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap ke atas. Jangan menempatkan ibu jari atau jari lain di bawah spuit karena akan menyebabkan sudut jarum lebih dari 150 sehingga ujung jarum di bawah dermis.
  • Jarum ditusukkan membentuk sudut 150 terhadap permukaan kulit, menelusuri epidermis. Tanda bahwa ujung jarum tetap berada dalam dermis adalah terasa sedikit tahanan. Bila tidak terasa adanya tahanan, berarti insersi terlalu dalam, tariklah jarum sedikit ke arah luar.
  • Obat diinjeksikan, seharusnya muncul indurasi kulit, yang menunjukkan bahwa obat berada di antara jaringan intradermal.
  • Setelah obat diinjeksikan seluruhnya, tarik jarum keluar dengan arah yang sama dengan arah masuknya jarum.
  • Jika tidak terjadi indurasi, ulangi prosedur injeksi di sisi yang lain.
  • Pasien diinstruksikan untuk tidak menggosok, menggaruk atau mencuci/ membasahi area injeksi.
  • Tes tuberkulin : pasien diinstruksikan untuk kembali setelah 48-72 jam untuk dilakukan evaluasi hasil tes tuberkulin.
  • Skin test/ allergy test : reaksi akan muncul dalam beberapa menit, berupa kemerah- merahan pada kulit di sekitar tempat injeksi.

image
Gambar 23. Injeksi intradermal

image
Gambar 24. Indurasi kulit setelah injeksi intradermal

  • Tanda bahwa injeksi intradermal berhasil adalah terasa sedikit tahanan saat jarum dimasukkan dan menelusuri dermis serta terjadinya indurasi kulit sesudahnya.

INJEKSI INTRAVENA


Injeksi intravena dbiasanya dilakukan terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit. Injeksi intravena dapat dilakukan secara :

  1. Bolus : sejumlah kecil obat diinjeksikan sekaligus ke dalam pembuluh darah menggunakan spuit perlahan-lahan.
  2. Infus intermiten : sejumlah kecil obat dimasukkan ke dalam vena melalui cairan infus dalam waktu tertentu, misalnya Digoksin dilarutkan dalam 100 mL cairan infus yang diberikan secara intermiten).
  3. Infus kontinyu : memasukkan cairan infus atau obat dalam jumlah cukup besar yang dilarutkan dalam cairan infus dan diberikan dengan tetesan kontinyu.

Jenis obat yang diberikan dengan injeksi intravena adalah antibiotik, cairan intravena, diuretik, antihistamin, antiemetik, kemoterapi, darah dan produk darah. Untuk injeksi bolus, vena yang dipilih antara lain vena mediana cubitii dengan alasan lokasi superficial, terfiksir dan mudah dimunculkan. Untuk infus intermiten dan kontinyu dipilih dipilih vena yang lurus (menetap) dan paling distal atau dimasukkan melalui jalur intravena yang sudah terpasang.

image
Gambar 21. Pemasangan torniket

Prosedur injeksi intravena

  • Tidak boleh ada gelembung udara di dalam spuit. Partikel obat benar-benar harus terlarut sempurna.
  • Melakukan pemasangan torniket 2 – 3 inchi di atas vena tempat injeksi akan dilakukan (gambar 25).
  • Melakukan desinfeksi lokasi pungsi secara sirkuler, dari dalam ke arah luar dengan alkohol 70%, biarkan mengering.

Cara melakukan injeksi intravena :

  • Spuit dipegang dengan tangan kanan, bevel jarum menghadap ke atas.

  • Jarum ditusukkan dengan sudut 150 – 300 terhadap permukaan kulit ke arah proksimal sehingga obat yang disuntikkan tidak akan mengakibatkan turbulensi ataupun pengkristalan di lokasi suntikan.

  • Lakukan aspirasi percobaan.

    1. Bila tidak ada darah, berarti ujung jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Anda boleh melakukan probing dan mencari venanya, selama tidak terjadi hematom. Pendapat yang lain menganjurkan untuk mencabut jarum dan mengulang prosedur.
    2. Bila darah mengalir masuk ke dalam spuit, berwarna merah terang, sedikit berbuih, dan memiliki tekanan, berarti tusukan terlalu dalam dan ujung jarum masuk ke dalam lumen arteri. Segera tarik jarum dan langsung lakukan penekanan di bekas lokasi injeksi tadi.
    3. Bila darah yang mengalir masuk ke dalam spuit berwarna merah gelap, tidak berbuih dan tidak memiliki tekanan, berarti ujung jarum benar telah berada di dalam vena. Lanjutkan dengan langkah berikutnya.
  • Setelah terlihat darah memasuki spuit, lepaskan torniket dengan hati-hati (supaya tidak menggeser ujung jarum dalam vena) dan tekan plunger dengan sangat perlahan sehingga isi spuit memasuki pembuluh darah.

  • Setelah semua obat masuk ke dalam pembuluh darah pasien, tarik jarum keluar sesuai dengan arah masuknya.

  • Tekan lokasi tusukan dengan kapas kering sampai tidak lagi mengeluarkan darah, kemudian pasang plester.

image
Gambar 26. Injeksi Intravena

  • Bila injeksi dimasukkan melalui jalur intravena yang sudah terpasang :
    • Tidak perlu memasang torniket.
    • Lakukan desinfeksi pada karet infus yang dengan kapas alkohol 70%, tunggu mengering.
    • Injeksikan obat melalui jalur intravena dengan sangat perlahan.
    • Setelah semua obat diinjeksikan, tarik jarum keluar. Lihat apakah terjadi kebocoran pada karet jalur intravena.
    • Lakukan flushing, dengan cara membuka pengatur tetesan infus selama 30-60
      detik untuk membilas selang jalur intravena dari obat.
    • Injeksi intravena harus dilakukan dengan sangat perlahan, yaitu minimal dalam 50-70 detik, supaya kadar obat dalam darah tidak meninggi terlalu cepat.
    • Karena pada teknik injeksi intravena obat demikian cepat tersebar ke seluruh tubuh, harus dilakukan observasi pasca injeksi terhadap pasien.

OBSERVASI SETELAH INJEKSI


Setelah injeksi harus selalu dilakukan observasi terhadap pasien. Lama observasi bervariasi tergantung kondisi pasien dan jenis obat yang diberikan. Observasi dilakukan terhadap :

  • Munculnya efek yang diharapkan, misalnya hilangnya nyeri setelah suntikan analgetik.
  • Reaksi spesifik, misalnya timbulnya indurasi kulit dan hiperemia setelah skin test.
  • Komplikasi dari obat yang disuntikkan, misalnya terjadinya diare setelah injeksi ampicillin.

Sumber :

Dian Ariningrum, Jarot Subandono, Djoko Hadiwidodo, Sri Mulyani, Heni Hastuti, Keterampilan injeksi (intramuskuler, subkutan, intradermal dan intravena), Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta