Injeksi merupakan tindakan medis yang paling sering dilakukan oleh dokter selama prakteknya, sehingga keterampilan Injeksi (intramuskuler, intravena, intrakutan dan subkutan) serta Pungsi Vena adalah keterampilan dengan tingkat kompetensi 4 (mahasiswa harus dapat melakukannya secara mandiri).
Sebelum mempelajari keterampilan Injeksi, Pungsi Vena dan Pungsi Kapiler sebaiknya mahasiswa telah memiliki pengetahuan :
- Anatomi dan fisiologi kulit, jaringan subkutan, otot dan sistem vaskuler perifer (vena dan kapiler).
- Farmakologi (golongan obat injeksi, farmakodinamik dan farmakokinetik serta efek samping obat injeksi).
- Berbagai jenis antikoagulan, mekanisme kerja antikoagulan dan tujuan pemeriksaan darah.
Injeksi bertujuan untuk memasukkan obat ke dalam tubuh penderita. Pemberian obat secara injeksi dilakukan bila :
- Dibutuhkan kerja obat secara kuat, cepat dan lengkap.
- Absorpsi obat terganggu oleh makanan dalam saluran cerna atau obat dirusak oleh asam lambung, sehingga tidak dapat diberikan per oral.
- Obat tidak diabsorpsi oleh usus.
- Pasien mengalami gangguan kesadaran atau tidak kooperatif.
- Akan dilakukan tindakan operatif tertentu (misalnya dilakukan injeksi infiltrasi zat anestetikum sebelum tindakan bedah minor untuk mengambil tumor jinak di kulit).
- Obat harus dikonsentrasikan di area tertentu dalam tubuh (misalnya injeksi kortikosteroid intra-artrikuler pada artritis, bolus sitostatika ke area tumor).
Kelemahan teknik injeksi adalah :
- Lebih mahal.
- Rasa nyeri yang ditimbulkan.
- Sulit dilakukan oleh pasien sendiri.
- Harus dilakukan secara aseptik karena risiko infeksi.
- Risiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan tempat injeksi dan
- teknik injeksi tidak tepat.
- Komplikasi dan efek samping yang ditimbulkan biasanya onsetnya lebih cepat dan lebih berat dibandingkan pemberian obat per oral.
TEKNIK INJEKSI
Teknik injeksi yang paling sering dilakukan adalah :
1. Injeksi intramuskuler : Obat diinjeksikan ke dalam lapisan otot. Resorpsi obat akan terjadi dalam 10-30 menit. Obat yang sering diberikan secara intramuskuler misalnya : vitamin, vaksin, antibiotik, antipiretik, hormon-hormon kelamin dan lain-lain.
2. Injeksi subkutan : obat diinjeksikan ke dalam lapisan lemak di bawah kulit. Resorpsi obat berjalan lambat karena dalam jaringan lemak tidak banyak terdapat pembuluh darah. Obat yang sering diberikan secara subkutan adalah : insulin, anestesi lokal
3. Injeksi intradermal/ intrakutan : obat diinjeksikan ke dalam lapisan kulit bagian atas, sehingga akan timbul indurasi kulit. Tindakan menyuntikkan obat secara intrakutan yang sering dilakukan yaitu tindakan skin test, tes tuberkulin/ Mantoux test.
4. Injeksi intravena : Obat diinjeksikan langsung ke dalam vena sehingga menghasilkan efek tercepat, dalam waktu 18 detik (yaitu waktu untuk satu kali peredaran darah) obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Obat yang disuntikkan secara intravena misalnya bermacam-macam antibiotika.
Di antara ketiga cara pertama, perbedaan teknik berada pada besar sudut insersi jarum terhadap permukaan kulit (gambar 1).
Injeksi dan pungsi vena merupakan tindakan medis yang paling sering dilakukan oleh dokter selama prakteknya, sehingga keterampilan Injeksi (intramuskuler, intravena, intrakutan dan subkutan) serta Pungsi Vena adalah keterampilan dengan tingkat kompetensi 4 (mahasiswa harus dapat melakukannya secara mandiri).
Sebelum mempelajari keterampilan Injeksi, Pungsi Vena dan Pungsi Kapiler sebaiknya mahasiswa telah memiliki pengetahuan :
- Anatomi dan fisiologi kulit, jaringan subkutan, otot dan sistem vaskuler perifer (vena dan kapiler).
- Farmakologi (golongan obat injeksi, farmakodinamik dan farmakokinetik serta efek samping obat injeksi).
- Berbagai jenis antikoagulan, mekanisme kerja antikoagulan dan tujuan pemeriksaan darah.
Injeksi bertujuan untuk memasukkan obat ke dalam tubuh penderita. Pemberian obat secara injeksi dilakukan bila :
- Dibutuhkan kerja obat secara kuat, cepat dan lengkap.
- Absorpsi obat terganggu oleh makanan dalam saluran cerna atau obat dirusak oleh asam lambung, sehingga tidak dapat diberikan per oral.
- Obat tidak diabsorpsi oleh usus.
- Pasien mengalami gangguan kesadaran atau tidak kooperatif.
- Akan dilakukan tindakan operatif tertentu (misalnya dilakukan injeksi infiltrasi zat anestetikum sebelum tindakan bedah minor untuk mengambil tumor jinak di kulit).
- Obat harus dikonsentrasikan di area tertentu dalam tubuh (misalnya injeksi kortikosteroid intra-artrikuler pada artritis, bolus sitostatika ke area tumor).
Kelemahan teknik injeksi adalah :
- Lebih mahal.
- Rasa nyeri yang ditimbulkan.
- Sulit dilakukan oleh pasien sendiri.
- Harus dilakukan secara aseptik karena risiko infeksi.
- Risiko kerusakan pada pembuluh darah dan syaraf jika pemilihan tempat injeksi dan
- teknik injeksi tidak tepat.
- Komplikasi dan efek samping yang ditimbulkan biasanya onsetnya lebih cepat dan lebih berat dibandingkan pemberian obat per oral.
PERSIAPAN
1. Identifikasi dan Persiapan Pasien :
-
Dokter harus selalu menuliskan identitas pasien (nama lengkap, umur, alamat), penghitungan dosis obat dan instruksi cara memberikan obat dalam resep dokter/ rekam medis pasien dengan jelas.
-
Sebelum melakukan injeksi, petugas yang akan memberikan suntikan harus selalu mengecek kembali identitas pasien dengan menanyakan secara langsung nama lengkap dan alamat pasien, menanyakan kepada keluarga yang menunggui pasien (bila pasien tidak sadar) atau dengan membaca gelang identitas pasien (bila pasien adalah pasien yang dirawat di rumah sakit) dan mencocokkannya dengan identitas pasien yang harus diberi injeksi.
-
Sebelum memberikan obat dan melakukan injeksi, dokter harus selalu menanyakan kepada pasien atau kembali melihat data rekam medis pasien :
- Apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap jenis obat tertentu.
- Apakah saat ini pasien dalam keadaan hamil. Beberapa jenis obat mempunyai efek teratogenik terhadap fetus.
-
Berikan privacy kepada pasien, bila injeksi dilakukan di paha atas atau pantat. Lakukan injeksi dalam kamar pemeriksaan.
-
Beritahu pasien prosedur yang akan dilakukan. Bangunkan pasien bila sebelumnya pasien dalam keadaan tidur. Bila pasien tidak sadar, berikan penjelasan kepada keluarganya. Bila pasien tidak kooperatif (misalnya anak-anak atau pasien dengan gangguan jiwa), mintalah bantuan orang tuanya atau perawat.
-
Untuk mengurangi rasa takut pasien, untuk mengalihkan perhatian pasien, selama injeksi ajaklah pasien berbicara atau minta pasien untuk bernafas dalam.
2. Persiapan obat : jenis, dosis dan cara pemberian obat serta kondisi fisik obat dan kontainernya.
-
Siapkan obat yang akan disuntikkan dan peralatan yang akan dipergunakan untuk menyuntikkan obat dalam satu tray. Jangan mulai menyuntikkan obat sebelum semua peralatan dan obat siap.
-
Sebelum menyuntikkan obat, instruksi pemberian obat dan label obat harus selalu dibaca dengan seksama (nama obat, dosis, tanggal kadaluwarsa obat), dan dicocokkan dengan jenis dan dosis obat yang harus disuntikkan kepada pasien (gambar 2).
-
Kondisi fisik obat dan kontainernya harus selalu dilihat dengan seksama, apakah ada perubahan fisik botol obat (segel terbuka, label nama obat tidak terbaca dengan jelas, kontainer tidak utuh atau retak) atau terjadi perubahan fisik pada obat (bergumpal, mengkristal, berubah warna, ada endapan, dan lain-lain).
-
Obat dalam bentuk serbuk harus dilarutkan menggunakan pelarut yang sesuai. Obat dilarutkan menjelang digunakan. Perhatikan instruksi melarutkan obat dan catatan-catatan khusus setelah obat dilarutkan, misalnya stabilitas obat setelah dilarutkan dan kepekaan obat terhadap cahaya.
-
Dokter harus mengetahui efek potensial (efek yang diharapkan dan efek samping) dari pemberian obat.
-
Obat tidak boleh disuntikkan bila :
- Ada ketidaksesuaian/ keraguan akan jenis atau dosis obat yang tersedia dengan instruksi dokter.
- Ada ketidaksesuaian identitas pasien yang akan disuntik dengan identitas pasien dalam lembar instruksi injeksi.
- Ada perubahan fisik pada obat atau kontainernya.
- Tanggal kadaluwarsa obat telah lewat.
-
Pengecekan identitas pasien sangat penting untuk keselamatan pasien. Kesalahan pemberian injeksi dapat berakibat serius, bahkan fatal.
-
Penyiapan obat dan teknik injeksi harus dilakukan secara aseptik untuk mencegah masuknya partikel asing maupun mikroorganisme ke dalam tubuh pasien. Kerusakan yang permanen pada syaraf atau struktur jaringan serta transmisi infeksi, dapat terjadi karena kesalahan teknik injeksi atau akibat penggunaan jarum yang tidak layak, misalnya jarum yang tumpul, tidak rata atau tidak disposable.
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN UNTUK INJEKSI
Penggunaan alat-alat yang tepat akan memudahkan pelaksana injeksi serta meminimalkan ketidaknyamanan dan efek samping bagi pasien.
- Kapas dan alkohol 70%
- Sarung tangan
- Obat yang akan diinjeksikan
- Jarum steril disposable
Bagian-bagian jarum yaitu : (gambar 3)
- Lumen jarum (ruang di bagian dalam jarum di mana obat mengalir).
- Bevel (bagian jarum yang tajam/ menusuk kulit).
- Kanula (shaft, bagian batang jarum).
- Hub (bagian jarum yang berhubungan dengan adapter dari spuit).
Gambar 3. Bagian-bagian Jarum
Standard panjang jarum adalah 0.5 – 6 inchi. Pemilihan panjang jarum tergantung pada teknik pemberian obat, sementara pemilihan ukuran jarum tergantung pada viskositas obat yang disuntikkan. Ukuran jarum diberi nomor 14-27. Makin besar angka, makin kecil diameter jarum (gambar 4).
Jarum berukuran kecil dipergunakan untuk obat yang encer atau cair, sementara jarum diameter besar dipergunakan untuk obat yang kental.
Gambar 4. Variasi Panjang & Diameter Jarum
5. Spuit steril disposable
Spuit terdiri dari bagian-bagian : (gambar 5)
- Tutup spuit (cap)
- Jarum
- Adapter
- Barrel : di dinding barrel terdapat skala 0.01, 0.1, 0.2 atau 1 mL (gambar 6) .
- Plunger : untuk mendorong obat dalam barrel masuk ke dalam tubuh.
Gambar 6. Variasi Ukuran Spuit
Penyiapan Jarum, Spuit dan Obat untuk Injeksi
- Tentukan jenis obat dan teknik injeksi yang akan dilakukan.
- Cuci tangan dengan seksama.
- Pemilihan jarum :
Panjang jarum ditentukan oleh teknik injeksi, sementara ukuran jarum ditentukan oleh jenis obat yang diinjeksikan.
- Injeksi subkutan memerlukan jarum yang pendek. Panjang jarum ½ - 7/8” dengan ukuran jarum 23 – 25.
- Injeksi Intradermal memerlukan jarum yang lebih pendek dibanding jarum untuk injeksi subkutan, yaitu panjang ¼ - ½” dengan ukuran jarum 26.
- Injeksi intramuskuler memerlukan jarum yang lebih panjang, yaitu 1” – 1.5” dengan ukuran jarum 20 – 22.
Pemilihan spuit :
- Pemilihan ukuran spuit tergantung volume dan viskositas obat yang diinjeksikan. Cek kapasitas spuit, pastikan spuit dapat menampung volume obat.
- Kapasitas spuit dinyatakan dengan mL atau cc (cubic centimeter). Lihat apakah skala pada dinding spuit tertera dengan jelas dan dapat dipergunakan untuk menentukan dosis obat dengan tepat.
- Peralatan untuk injeksi harus steril. Lihat adanya kerusakan fisik pada jarum dan spuit, misalnya segel terbuka, ada tanda karat pada jarum, adanya air dalam spuit dan lain-lain.
Pemasangan jarum pada spuit :
- Keluarkan spuit dari kemasannya.
- Jangan menyentuh bagian steril dari spuit, yaitu bagian adapter dan batang plunger, karena bagian-bagian tersebut akan berkontak dengan jarum dan bagian dalam barrel. Kontaminasi bagian-bagian tersebut berpotensi menularkan infeksi kepada pasien.
- Segel karet (rubber stopper) di dalam barrel dilihat apakah menempel erat pada puncak plunger sehingga tidak terlepas waktu plunger digerakkan, dan cukup rapat menutup diameter barrel sehingga tidak ada cairan obat yang merembes keluar.
- Spuit dipegang dengan tangan kiri dan plunger ditarik keluar masuk barrel beberapa kali. Dirasakan apakah tahanan cukup dan plunger bergerak cukup mudah. Dilihat apakah posisi segel karet berubah.
Tabel 1. Perbandingan Teknik Injeksi Intradermal, Subkutan dan Intramuskuler
- Kemasan jarum disobek di bagian pangkal jarum sehingga pangkal jarum keluar. Dikeluarkan dari kemasan dengan memegang tutup jarum, hindarkan memegang bagian hub jarum.
- Tutup adapter spuit dibuka dan pasangkan hub jarum ke adapter spuit.
Kencangkan jarum dengan memutarnya ke kanan (seperempat putaran), pastikan jarum telah cukup kencang pada spuit.
- Tutup jarum dibuka. Dilihat apakah jarum lurus, ujung jarum rata dan runcing, serta tidak ada karat di permukaan jarum.
Aspirasi obat dari dalam vial :
- Buka logam penutup karet vial. Bersihkan tutup karet vial dengan kapas alkohol, biarkan mengering.
- Tusukkan jarum sampai ujung jarum melewati tutup karet, bevel jarum menghadap ke atas. Bagian hub jarum jangan menyentuh tutup karet.
- Dengan posisi kedua tangan seperti pada gambar 7 di bawah, aspirasi obat dengan menarik plunger perlahan, sampai sejumlah volume obat yang akan diinjeksikan kepada pasien, ditambahkan sedikit ( 0.2 mL). Selama aspirasi, ujung jarum harus selalu berada di bawah permukaan cairan supaya udara tidak masuk ke dalam spuit.
Gambar 7. Cara Mengaspirasi Obat dari dalam Botol Vial
- Jika obat masih berupa serbuk, obat harus dilarutkan lebih dulu dengan pelarutnya dan dikocok hingga obat benar-benar terlarut dengan sempurna. Jumlah pelarut sesuai dengan instruksi pabrik. Prosedur mengaspirasi pelarut sama dengan prosedur aspirasi obat yang sudah berbentuk larutan.
- Setelah obat terlarut sempurna, ganti jarum pada spuit dengan jarum baru, dan aspirasi larutan seperti cara di atas.
- Setelah obat diaspirasi sesuai keperluan, tarik spuit keluar vial. Cek apakah jumlah obat yang diaspirasi sudah sesuai dosis + 0.2 mL.
Aspirasi obat dari dalam ampul :
- Kibaskan atau ketuk-ketuk bagian atas ampul supaya cairan obat yang terjebak di leher dan bagian atas ampul turun ke bawah (gambar 8).
Gambar 8. Mengetuk Bagian Atas Ampul
- Bersihkan leher ampul dengan kapas alkohol.
- Pegang bagian bawah dan atas ampul dengan kedua tangan dan patahkan leher ampul (gambar 9).
Gambar 9. Mematahkan Leher Ampul
- Lihat larutan obat di dalam ampul, adakah pecahan kaca ampul di dalamnya. Jika ada pecahan kaca, ampul harus dibuang.
- Aspirasi larutan obat dari dalam ampul menggunakan spuit yang sudah disiapkan dengan cara (a) ampul dipegang dengan tangan kiri, diaspirasi menggunakan spuit yang dipegang dengan tangan kanan, atau (b) letakkan ampul di meja yang datar, pegang ampul dengan tangan kiri, diaspirasi menggunakan spuit yang dipegang dengan tangan kanan. Sembari diaspirasi, jarum harus berada di bawah permukaan cairan (gambar 10a dan 10b).
- Obat diaspirasi sesuai dosis yang diperlukan, ditambah 0.2 mL.
- Keluarkan spuit dari ampul, dan lihat apakah volume obat sudah sesuai dosis.
Gambar 10. Aspirasi Obat dari dalam Spuit.
Menghilangkan gelembung udara dari dalam spuit
- Pegang jarum dengan posisi seperti gambar 11 di samping, lubang jarum menghadap ke atas.
- Tarik plunger perlahan, supaya cairan obat dalam batang jarum masuk ke dalam barrel.
- Ketuk-ketuk barrel perlahan supaya gelembung udara naik ke permukaan cairan.
- Dorong plunger perlahan, sehingga cairan obat naik sampai hub jarum dan gelembung udara keluar dari lubang jarum.
- Dorong plunger sampai sejumlah kecil cairan obat ( 0.2 mL) terbuang.
- Cek kembali ketepatan dosis obat.
- Obat siap diinjeksikan.
Gambar 11. Menghilangkan Gelembung Udara dari dalam Spuit
Sumber :
Dian Ariningrum, Jarot Subandono, Djoko Hadiwidodo, Sri Mulyani, Heni Hastuti, Keterampilan injeksi (intramuskuler, subkutan, intradermal dan intravena), Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta