Bagaimana cara melakukan diagnosis pada Dermatitis kontak alergi?

image

Dermatitis kontak alergi adalah bentuk dermatitis atau eksim yang disebabkan oleh reaksi alergi pada kulit.

Bagaimana melakukan diagnosis pada Dermatitis kontak alergi ?

Diagnosis didasarkan atas hasil anamnesis yang cermat dan pemeriksaan klinis yang teliti, serta pembuktian dengan uji tempel.

Pertanyaan mengenai kontaktan yang didasarkan kelainan kulit yang ditemukan, ada kelainan kulit berukuran numular sekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifikasi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanya apakah penderita memakai kancing celana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari nikel. Data yang berasal dari anamnesis meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat yang pernah digunakan, obat sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui menimbulkan penyakit kulit yang pernah dialami, riwayat atopi baik dari yang bersangkutan maupun keluarganya.

Pemeriksaan fisik sangat penting, karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan sering kali dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh deodorant, pergelangan tangan oleh jam tangan, di kaki oleh sepatu/sandal, Pemeriksaan hendaknya dilakukan di tempat yang cukup terang, seluruh kulit untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.

DIAGNOSIS BANDING

Kelainan kulit DKA sering tidak memberikan gambaran morfologik yang khas, menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermatitis seboroik, atau neurodermatitis sirkumskripta. Diagnosis banding yang terutama ialah dengan dermatitis kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksan uji tempel perlu timbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.

Dermatitis Numularis. Lesi eksematous khas berbentuk koin, berbatas tegas, ujud kelainan kulit terdiri dari papul dan vesikel.

Dermatitis Atopik. Erupsi cenderung bilateral dan simetris. Lesi kering terdiri dari papul atau likenifikasi, dan hiperpigmentasi. Tempat predileksi pada muka dan ekstensor untuk bayi dan anak-anak, bagian fleksor, di lipat siku, lipat lutut, samping leher pada dewasa. Adanya riwayat atopi pada pasien atau keluarganya.

Dermatitis Seboroik. Adanya erupsi kronik pada daerah scalp, belakang telinga, sternal, axilla, dan lipat paha, disertai dengan skuama basah berwarna kuning hingga kering. Neurodermatitis Sirkumskripta. Erupsi berupa likenifikasi yang merupakan akibat dari siklus garuk-garuk. Berhubungan dengan status psikologik penderita. Tersering di daerah tengkuk, pertengahan lengan bawah bagian ekstensor, tungkai bawah lateral, dan pergelangan kaki.

DKA DKI Kuat DKI Lemah
ONSET Tiba-tiba, 1-2 hari pada individu yang tersensitisasi Tiba-tiba, beberapa jam hingga 5 hari setalah terpajan Perlahan, perpajanan yang berulang selama mingguan hingga tahunan
TANDA Predominan tanda akut dan subakut. Berbatas tegas, eritema, edema, vesikel, basah Predominan tanda akut. Batas tegas, eritema, edema, vesikel, bula, trauma kimia Predominan tanda kronik. Awalnya kering dan fisura. Kelamaan menjadi eritema, likenifikasi, dan ekskoriasi.
GEJALA Pruritus Panas dan nyeri Pruritus dan panas
MEKANISME Rx imunologik. Pajanan pertama sensitisasi. Pajanan berikut erupsi Rx non-imunologik. Pajanan tunggal bahan kimia kuat Rx non-imunologik kumulatif dari pajanan kimia lemah
KAUSA UMUM Nikel, chrom, tanaman, plastic, kosmetika, karet, obat-obatan Asam kuat, basa kuat, bahan kimia lainnya berlebihan)
PERJALANAN PENYAKIT Sensitifitas menetap. Dapat terjadi toleransi. Selt-limited, beberapa minggu kecuali terjadi nekrosis. Kecenderungan menjadi kronik dan kambuhan.
UJI TEMPEL (+) setelah 24-48 jam. Bertambah besar dan menetap (+) pada pasien dan control setelah beberapa menit-jam. Tidak bertambah besar dan memudar (-) (positif palsu pada konsentrasi tinggi)
AREA TERSERING Tangan, wajah, lengan bawah, leher, axial, genital, kepala, kaki Tangan dan lengan bawah Tangan dan lengan bawah, punggung, lengan