Bagaimana cara melakukan Akuntansi untuk bahan baku sisa (scrap material)?

Bahan baku sisa

Bahan baku sisa (scrap material) merupakan segala macam bentuk sisa material yang dihasilkan dari proses pembuatan suatu produk (produksi).

Bagaimana cara melakukan Akuntansi untuk bahan baku sisa (scrap material) ?

Bahan baku sisa terdiri atas :

  1. serbuk atau sisa atau potongan-potongan yang tertinggal setelah bahan baku diproses,
  2. bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok dan
  3. bagian-bagian yang rusak akibat kecerobohan karyawan atau kegagalan mesin.

Bahan baku sisa ini kadangkala masih memiliki nilai ekonomis, tetapi ada juga yang sudah tidak dapat dimanfaatkan sedikitpun. Meskipun demikian suatu catatan atas jumlah atau nilai bahan baku sisa sebaiknya disimpan walaupun pada kenyataannya tidak ada biaya yang dapat dibebankan ke persediaan bahan baku sisa tersebut.

Jumlah bahan baku sisa sebaiknya ditelusuri sepanjang waktu dan dianalisis untuk menentukan apakah hal tersebut terjadi karena penggunaan bahan baku yang tidak efisien dan apakah inefisiensi ini dapat dihilangkan sebagian ataupun seluruhnya.

Perlakuan terhadap bahan baku sisa sangat tergantung oleh harga jual dari bahan baku sisa tersebut. Jumlah yang diperoleh dari penjualan bahan baku sisa dapat dipertanggungjawabkan dengan berbagai cara, selama alternatif yang dipilih digunakan secara konsisten di setiap periodenya.

Apabila harga jual bahan baku sisa tidak signifikan biasanya tidak dilakukan pencatatan sampai saat penjualan.

  1. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat ditutup ke ikhtisar laba rugi dan ditampilkan sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

    image

  2. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke harga pokok penjualan, sehingga mengurangi total biaya yang dibebankan ke pendapatan penjualan untuk periode tersebut. Mengurangi harga pokok penjualan menyebabkan peningkatan laba untuk periode tersebut yang sama halnya dengan melaporkan hasil penjualan tersebut sebagai penjualan bahan baku sisa atau pendapatan lain-lain. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

    image

  3. Hasil akumulasi penjualan bahan baku sisa dapat dikreditkan ke pengendali overhead pabrik, sehingga mengurangi biaya overhead pabrik dalam periode tersebut. Apabila menggunakan tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan sebelumnya untuk dibebankan pada masing-masing pesanan, maka nilai realisasi bersih dari bahan baku sisa yang diperkirakan untuk periode tersebut harus diestimasi dan dikurangkan dari estimasi biaya overhead pabrik sebelum tarif biaya overhead pabrik dihitung. Apabila tidak dilakukan maka tarif biaya overhead pabrik akan dibebankan terlalu tinggi. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

    image

  4. Jika bahan baku sisa dapat ditelusuri langsung ke masing-masing pesanan, jumlah yang direalisasi dari penjualan bahan baku sisa dapat diperlakukan sebagai pengurang biaya bahan baku yang dibebankan ke pesanan tersebut. Biaya bahan baku di kartu biaya pesanan dikurangi dengan nilai bahan baku sisa. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

    image

    Jika harga jual bahan baku sisa memiliki nilai yang signifikan, maka bahan baku sisa akan dicatat sebagai ”Persediaan” dalam kartu persediaan pada saat bahan baku sisa diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang sampai menunggu untuk dijual. Ayat jurnal pada saat penjualan bahan baku sisa adalah sebagai berikut:

    image

    Jika bahan baku sisa merupakan hasil dari bahan baku cacat atau bagian- bagian yang rusak, maka harus dianggap sebagai biaya kegagalan internal yang seharusnya dapat dikurangi atau dihilangkan. Bahan baku sisa jenis ini harus ditentukan dan dilaporkan ke manajemen. Manajemen sebaiknya mengambil langkah-langkah untuk mengidentifikasikan penyebabnya.

Sumber :
Sofia Prima Dewi, Septian Bayu Kristanto, Akuntansi Biaya, In Media