Bagaimana Cara Komunikasi pada Bakteri?

https://i1.wp.com/warstek.com/wp-content/uploads/2017/04/ITESM14_module3header.png?resize=800%2C445&ssl=1

Selalu menarik dan menyenangkan bila kita bisa mencari tahu dan mempelajari suatu bahasa baru yang memudahkan kita berinteraksi satu sama lain. Melalui interaksi dengan sesama, maka akan memungkinkan pertukaran informasi tentang berbagai hal menarik. Interaksi menggunakan bahasa antarvirus dengan meninggalkan sejumlah jejak kimiawi telah Warstek bahas pada kesempatan yang lalu. Sempat kami sebutkan pula bahwa bakteri yang hidup miliaran tahun lebih awal dari manusia ini dapat berkomunikasi menggunakan bahasa antar sesamanya melalui sebuah mekanisme yang dinamakan “Quorum Sensing”. Agar lebih memahami apa yang juga terjadi dalam keseharian bakteri ketika berkomunikasi, mari cari tahu bersama Warstek lebih lanjut.

Mekanisme komunikasi pada bakteri pertama kali ditemukan oleh dua peneliti dari Universitas Harvard, yaitu J. Woodland Hastings bersama mahasiswa postdoc-nya Kenneth Nealson pada akhir tahun 1960-an ketika mereka mempelajari tentang Bioluminesensi pada bakteri gram negatif Vibrio fischeri yang hidup di laut. Bioluminesensi sendiri adalah suatu kemampuan organisme dalam memancarkan cahaya, seperti pada kunang-kunang, yang dihasilkan melalui suatu proses reaksi kimia. Studi bioluminesensi pada bakteri tersebut kemudian mengarah pada temuan mekanisme komunikasi pada bakteri. Hastings pertama kali menyebut proses komunikasi yang terjadi melalui pertukaran sinyal kimiawi antar bakteri tersebut dengan istilah Autoinduction, kemudian lebih dikenal dengan istilah Quorum sensing yang diperkenalkan oleh Dr. Steven Winans di tahun 1994.

Pembentukan dan pengaturan komponen protein menjadi kunci untuk menjelaskan terjadinya fenomena quorum sensing. Mekanisme quorum sensing bakteri ini merupakan serangkaian jalur pengambilan-keputusan, baik dalam menentukan suatu respon atas kondisi lingkungan, berkomunikasi, mengolah informasi hingga menentukan jalur regulasi yang dapat terjadi setelah bakteri mencapai jumlah populasi tertentu. “Bahasa” yang digunakan pada kelompok bakteri ini melibatkan pembentukan dan pelepasan suatu komponen zat kimia spesifik yang disebut sebagai auto inducer. Komponen zat kimia spesifik yang dihasilkan sangat bervariasi bergantung pada jenis bakteri, untuk dikeluarkan ke lingkungan sehingga sinyal komponen dapat ditangkap oleh bakteri lain yang sejenis yang berada di sekitar. Bakteri dapat mengenali satu sama lain termasuk jumlahnya berdasarkan jenis dan konsentrasi dari auto inducer ini. Jika jenis dan konsentrasi suatu auto inducer sudah mencukupi, maka mereka akan melakukan tindakan tertentu.

Sumber: