Bagaimana cara kita mengurangi risiko-risiko yang ada pada sebuah perusahaan/usaha kecil?

image
Untuk memulai sebuah usaha memang tidaklah mudah. Diperlukan keberanian dan strategi bisnis yang matang. Semua peluang bisnis memang memiliki resiko, walaupun tingkat resiko yang dimiliki berbeda-beda. Ada usaha yang beresiko besar adapula yang resikonya kecil, namun bukan berarti resiko-resiko tersebut tidak bisa diatasi dan diminimalisir. munculah sebuah pertanyaan,

Bagaimana cara kita mengurangi resiko-resiko yang ada pada sebuah perusahaan/usaha kecil?

Pada saat sebuah perusahaan memulai sebuah bisnis tentu banyak sekali resiko yang akan di hadapi sebuah perusahaan, dan pada saat itu yang paling dibutuhkan oleh sebuah perusahaan adalah manajemen resiko. sebuah manajemen resiko sangat bermanfaat sekali untuk melihat resiko-resiko yang ada dan akhirnya sebuah perusahaan dapat meminimalisir kerugian yang akan terjadi. berikut adalah langkah-langkah yang dapat meminimalisir sebuah resiko yang ada didalam suatu bisnis perusahaan:

Langkah 1 Identifikasi Resiko

Proses ini meliputi pengidentifikasian kerugian yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi secara akurat dan komplek sangatlah vital dalam manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi resiko adalah mendaftar kemungkinan kerugian yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:

  • Brainstorming => Teknik kreativitas yang mengupayakan pencarian penyelesaian dari suatu masalah tertentu dengan mengumpulkan gagasan secara spontan dari anggota kelompok (organisasi dan perusahaan).

  • Survei => Penelitian secara komprehensif, Survei yang dilakukan dalam melakukan penelitian biasanya dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, dengan tujuan untuk mengetahui : siapa mereka (audien), apa yang mereka pikir, rasakan, atau kecenderungan suatu tindakan. Survei biasanya dilakukan dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, survei lebih merupakan pertanyaan tertutup, sementara dalam penelitian kualitatif berupa wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka.

  • Wawancara (interview) => Percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Tujuan dari wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang tepat langsung dari narasumber yang terpercaya (berkaitan dengan resiko dan kerugian). Wawancara dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber.

  • Informasi historis => Pengumpulan data dari kejadian-kejadian dimasa lalu yang relevan dengan saat ini, sehingga dengan demikian informasi tersebut dapat dijadikan acuan untuk mengidentifikasi resiko yang sejenis. Teknik lainnya seperti kelompok kerja dan sebagainya bisa dilakukan untuk mengidentifikasi resiko.

Langkah 2 Analisis Resiko

Setelah melakukan identifikasi, maka tahap berikutnya adalah mengukur resiko (measurement) dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya resiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event lebih bersifat subjektif berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa resiko memang mudah untuk diukur, namun sangat sulit untuk memastikan probabilitas (kemungkinan) suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya anda dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen resiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil (bukan berbentuk fisik).

Langkah 3 Pengelolaan Resiko

Apapun perlu pengelolaan, termasuk resiko. Pengelolaan yang baik akan berdampak positif terhadap pencegahan dampak kerusakan yang terjadi akibat ketidakpastian. Jenis-jenis cara mengelola resiko, diantaranya :

  • Risk avoidance => Memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.

  • Risk reduction (mitigation) => Merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu resiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu resiko.

  • Risk transfer => Memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging (lindung nilai).

  • Risk deferral => Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. Contohnya menunggu proyek pembangunan jembatan ketika perekonomian cenderung tidak stabil.

  • Risk retention => Walaupun resiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

Langkah 4 Implementasi Manajemen Resiko

Proses implementasi resiko adalah tahap dimana strategi dan semua perencanaan yang disebutkan diatas dilaksanakan. Tentu saja anda harus memutuskan terlebih dahulu mana yang dipilih untuk ditetapkan.

Langkah 5 Monitoring Resiko

Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal, dimulai dari identifikasi resiko dan pengukuran resiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih serta untuk mengidentifikasi adanya resiko yang baru atau bahkan perubahan resiko. Sehingga, ketika suatu saat terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai juga diimplementasikan secara efektif.

Referensi

Manajemen Resiko Menangani Kerugian dari Ketidak Pastian Perusahaan