Bagaimana Cara Kalian Menghadapi Fake Friends?


Sumber foto
Fake Friends merupakan sebuah teman/sahabat yang sering main dengan kita, tetapi mereka tidak tulus dengan kita. Biasanya fake friends ini datang ketika ada maunya saja, dan biasanya mereka juga sering banget menjelekkan kita di belakang. Nah, bagaimana cara kalian menghadapi fake friends yang ada di sekitar kalian?

1 Like

Saya akan memanfaatkan dia balik​:rofl::rofl:
Saya juga orang yang mengkategorikan “datang hanya saat ada maunya” sebagai fake friends. Mungkin lebih tepatnya mengerjai ya, bukan memanfaatkan. Contoh sederhananya, ketika dia ingin melihat tugas. Saya akan beralasan sedang ada di luar dan tidak membawa file tugas tersebut bersama saya. Yang saya lakukan adalah memberikan dia clue tentang apa-apa yang saya kerjakan, tapi tidak pernah serius. Dalam artian, saya membuat dia bingung terlebih dahulu sampai dia menyerah dan berkata “yaudah deh aku tanya yang lain aja”. Hehe

Saya tidak menyarankan teman-teman untuk melakukan ini. Memang benar alangkah lebih baik dibicarakan dengan yang bersangkutan, apalagi jika berani mengkritiknya secara langsung. Menurut saya, orang-orang seperti ini terkadang tidak sadar akan perilaku mereka, jadi perlu seseorang untuk menegurnya supaya tidak terkesan memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya sendiri.

Cukup tahu dan membatasi interaksi dengan yang bersangkutan. Saya rasa orang yang hanya datang ketika ada maunya saja belum tentu bisa disebut dengan fake friends. Saya memiliki sahabat yang hanya komunikasi dua atau tiga bulan sekali. Bukannya menanyakan kabar terlebih dahulu, justru ia meminta bantuan saya. Dan saya pun sering melakukan hal serupa padanya. Dalam hal ini bisa sama-sama membantu, adanya komunikasi pun membuat kami paham bagaimana karakter satu sama lain sehingga tidak merasa dimanfaatkan. Beda halnya ketika dia meminta bantuan dan kita bersedia, namun ketika keadaan berbalik yang ada justru dia menghindar.

Menurut saya, fake friends merupakan orang-orang yang memanfaatkan status pertemanan sebagai alat untuk mendapatkan keinginan pribadi. Dalam menghadapi orang seperti itu, saya rasa kita perlu bersikap tegas. Apabila sudah sering dibuat merasa bersalah apabila menolak dan dirugikan, maka perlu untuk membuat batasan pada mereka. Belajar untuk menolak dan membuat alasan terkadang bukan hal yang buruk untuk dilakukan, terlebih bila berhadapan dengan fake friends. Daripada terus menerus menyiksa diri sendiri, lebih baik memberi batasan dan mencoba untuk mencari teman baru.

cara saya menghadapi fake friends adalah dengan membiarkannya lalu pergi menjauh. Saya tipe orang yang selektif dalam memilih teman. Ketika saya menemukan teman say aternyata seorang pembohong saya akan meninggalkannya, karena menurut saya berteman dengan orang yang fake akan menghabiskan waktu kita. Akan lebih baik jika mungkin kita masih memiliki rasa tidak enak, kita bisa menghindarinya pelan-pelan. Karena Fake friends adalah teman yang wajib diwaspadai dan satu lagi, jangan sampai kita mudah percaya dengan orang lain dalam menceritaan hal-hal personal.

biasanya saya menanggapinya dengan biasa saja. selain itu mengurangi insentitas untuk bertemu hanya berdua, lebih baik jika ada orang lain lagi supaya tidak terlalu membebani saya karena saya pasti sudah memandang dia dengan kurang baik sehingga agar pertemanannya terlihat baik-baik saja dannantinya jadi hanya sebatas mengenal tanpa ada masalah yang harus dibesar-besarkan dan jadi seperti musuhan.

karena menurut saya, Tuhan dengan mudah membolak balikan hati manusia, bisa jadi saat ini kita benci dengan dia tetapi tidak tau ternyata 3 tahun mendatang malah menjadi teman dekat.

Kalau saya pribadi akan memperlakukan mereka seperti biasa. Jika mereka memerlukan sesuatu, dalam hal ini bertemu atau meminta tolong, saya tinggal menolaknya secara halus. Penolakan secara halus dan dilakukan secara terus menerus akan membuat mereka kesal atau bertanya kenapa selalu menolak saat dibutuhkan. Dari sini, mungkin saja mereka akan perlahan mengurangi bertemu atau chat saya yang membuat saya tidak perlu mengotori tangan saya sendiri untuk memutus pertemanan dengan mereka.

kalau aku si lebih selektif aja gitu kalau mau cerita sama temen yang fake, karena gak tau kan dia beneran amanah atau nggak.
selebihnya ya biasan aja, aku gk mempermasalahkan dia kayak gini atau gitunya. tinggal aku aja yang harus lebih keep sama kehidupan aku ke dia.