Ketika Allah mengusir setan atau iblis dari surga-Nya, ia bersumpah dengan nama Allah untuk menyesatkan semua keturunan Nabi Adam (manusia), kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas. Allah SWT. berfirman:
“Iblis menjawab: Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” QS. Sād: 82-83.
Berbagai cara dan upaya dilakukan oleh setan untuk menyesatkan manusia sesuai dengan tingkatan orang yang dihadapinya. Allah Swt. berfirman:
“Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu berjanjilah kepada mereka. Pada hal Setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.” QS.al-Isrā: 64.
Ayat ini mengandung arti bahwa setan akan berusaha menguasai manusia dengan berbagai cara yang mungkin dapat dilakukan. Kata al-khail yang berarti pasukan berkuda, dan kata ar-rajil yang berarti pasukan yang berjalan kaki, adalah merupakan kinayah bagi upaya dan strategi setan dalam menyesatkan manusia.
Bisikan jahat
Al-Waswās merupakan ajakan setan kepada manusia untuk mentaatinya melalui bisikan yang tidak tardengar,tetapi dapat dipahami oleh hati. Setan mendatangi hati manusia dan membisikkan ke dalamnya apa saja yang ia kehendaki, dan Allah telah memberikan kepadanya akses menuju hati tersebut karena setan berjalan dalam diri manusia seperti darah yang mengalir. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian.”
Jika setan menemukan hati orang yang lalai, maka ia akan menempati dan menguasai hati itu, kemudian menebarkan berbagai bisikan jahat yang merupakan perbuatan dosa. Namun, jika orang tersebut ingat kepada Allah maka setan akan menjauh.
Di antara bisikan setan adalah sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam salah satu hadisnya yang diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, beliau bersabda:
“Setan mendatangi seseorang di antara kalian, kemudian ia berkata, siapakah yang menciptakan ini dan itu? Hingga ia bertanya kepadanya, siapakah yang menciptakan tuhan kalian? Jika keadaan seseorang sudah sampai pada tahap itu, maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dan menghentikan pertanyaannya.”
Imam an-Nawawi menjelaskan makna hadis ini sebagai berikut:
“Jika seseorang menghadapi bisikan seperti itu, hendaklah ia berlindung kepada Allah untuk menolak kejahatannya, menyingkirkan pikiran tentang hal itu dan hendaknya ia mengetahui atau menyadarinya bahwa bisikan itu datang dari setan. Karena setan berupaya merusak keimanan manusia dan menyesatkannya. Jadi, janganlah seseorang mendengarkan bisikannya dan segeralah ia menghentikannya dengan melakukan sesuatu yang lain yang bermanfaat. Oleh karena pertanyaan seperti itu muncul tanpa memiliki dasar atau dalil, maka juga harus ditolak tanpa mempertimbangkan dalilnya.Sebab memang tidak ada dalil yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini.”
Di antara bisikan jahat setan adalah sebagaimana diriwayatkan dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim, Rasulullah bersabda:
“Ketika azan dikumandangkan, setan pergi sambil kentut sehingga ia tidak mendengarnya. Manakala azan selesai ia kembali, dan ketika iqamat dikumandangkan ia pergi lagi, dan setelah iqamat selesai ia kembali lagi dan membisikkan orang yang shalat dengan bisikan- bisikannya, ingat ini, ingat itu, sampai-sampai orang tersebut tidak ingat lagi berapa rakaat ia shalat.”
Begitulah keadaan setan bersama manusia yang senantiasa membisikkan bisikan jahatnya dalam segala hal.Ia masuk ke dalam hati manusia berupa keraguan, dorongan hawa nafsu, menganggap remeh perintah Allah dan perbuatan maksiat. Seorang mukmin adalah orang yang cerdas dan berakal, ia harus berhati-hati terhadap musuhnya. Adapun musuh pertama yang harus diwaspadai adalah setan. Orang- orang yang telah dihinggapi penyakit waswas sesungguhnya setan telah menguasai mereka sehingga mereka mendengar, mentaatinya dan berpaling dari Rasulullah dan para sahabatnya.
Setan itu ibarat virus. Dia ada dalam diri manusia, tapi keberadaannya tidak dapat dilihat oleh mata. Virus tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Namun virus sangat terasa keberadaannya ketika ia menyerang manusia pada saat stamina tubuh mengalami penurunan. Manusia mengalami kekalahan sehingga timbullah berbagai macam penyakit karena virus itu. Hal itu disebabkan oleh karena daya tahan tubuh yang lemah. Ketika daya tahan tubuh kita ini kuat, maka kita akan imun atau kebal terhadap penyakit, termasuk penyakit yang di timbulkan oleh virus tersebut. Walaupun dia masih tetap ada dalam diri kita namun keberadaannya tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh, apabila daya tahan tubuh kita tetap prima.
Demikian juga setan, ia ada di dalam diri manusia, walaupun keberadaannya tidak dapat dilihat oleh panca indra manusia. Setan akan menyerang manusia pada saat stamina keimanan seseorang mengalami penurunan. Kelemahan keimanan seseorang inilah yang menyebabkan kekalahannya melawan setan, sehingga manusia terjangkit berbagai macam penyakit hati yang merusak moralitas seseorang. Ketika daya tahan keimanan seseorang itu kuat, maka manusia tidak mudah ditaklukkan oleh setan.
Keimanan yang kokoh inilah yang menjadi benteng pertahanan seseorang. Keimanan seperti ini sebagaimana digambarkan oleh al-Qur’an merupakan keimanan yang dimiliki oleh hamba-hamba-Nya yang ikhlas. Mereka itulah yang dapat selamat dari bisikan dan tipu daya setan.
Membuat manusia lupa
Sebagian ulama berpendapat bahwa kata manusia, berasal dari kata yang artinya lupa. Karena manusia adalah mahluk yang memiliki sifat lupa. Memang sifat lupa ada segi positifnya tapi ada juga segi negatifnya.Seandainya manusia tidak lupa, maka pengalaman-pengalaman pahit yang pernah dilaluinya dapat menghambat ketenangan hidupnya dan hubungan harmonis antar manusia. Faktor negatifnya adalah dapat menjadi lahan yang subur bagi setan untuk melakukan aktifitasnya dalam menyesatkan manusia.
Dalam hal lupa manusia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
-
Pertama, sekelompok manusia yang telah dikuasai oleh setan, sehingga mereka lupa sama sekali kepada Allah. Sebagaimana firman Allah:
“Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah, mereka itulah golongan Setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Setan itulah golongan yang merugi.” QS. al-Mujādalah: 19.
Mereka itulah kaum munafik yang lisannya mengaku beriman tetapi hatinya kafir.Setan telah merangkul, memperdaya dan menguasai mereka sehingga menjadikan mereka lupa kepada Allah, perintah-perintahnya dan larangan-larangan-Nya.
-
Kedua, Kelompok yang dibuat lupa oleh setan dalam melakukan beberapa perintah yang seharusnya mereka laksanakan. Kebanyakan manusia masuk dalam kelompok ini, baik yang mukmin maupun yang kafir, sebagaimana keumuman makna sabda Rasulullah Saw.:
“Adam lupa sehingga keturunannya pun lupa”
Allah menyebutkan di dalam al-Qur’an beberapa ayat yang membicarakan tentang jenis lupa yang kedua ini, diantaranya adalah:
“Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua: “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu.”Maka Setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya.Karena itu tetaplah dia (Yusuf) di dalam penjara beberapa tahun lamanya.” (QS. Yūsuf: 42)
Ketika Yusuf menakwilkan mimpi dua orang pemuda, ia berkata kepada salah seorang yang diketahuinya akan selamat, “Ceritakanlah tentang diriku kepada raja, dan sesungguhnya aku orang yang dizhalimi.”Atau “Ceritakanlah pengetahuanku tentang ta’bir mimpi kepada raja” Yusuf berkata demikian agar ia dapat memberikan petunjuk kepada pemuda tadi atau untuk mengisyaratkan kepadanya bahwa ia akan segera keluar.
Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat, “Maka setan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya.”Maksud dari orang yang dibuat lupa oleh setan ada dua pendapat:
-
Pertama, Dia adalah Yusuf. Pendapat ini disandarkan kepada Mujahid sebagaimana dikutip oleh at-Tabari. Arti ayat tersebut menurut pendapat ini adalah bahwa setan membuat Yusuf lupa kepada Allah dan lupa memohon pertolongan-Nya agar ia terbebas dari penjara.
Dalil yang dipegang oleh pendapat ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh at-Ta brani dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah bersabda yang artinya,
“Seandainya Yusuf tidak mengucapkan kalimat yang ia ucapkan, tentu ia tidak akan tinggal lama di penjara.”
-
Kedua, dia adalah pemuda yang dikabarkan oleh Yusuf akan keluar dari penjara. Pendapat ini dikutip oleh Ath-ftabari dari Muhammad bin Ishaq dan pendapat ini pula yang dipilih oleh Abu Hayyan, Ibnu Katsir dan Syaikh Abdurrahman as-Sa`di.32 Sebagaimana firman Allah;
“Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat kepada Yusuf sesudah beberapa waktu lamanya, “Aku akan memberitahukan kepadamu tentang orang yang pandai menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku kepadanya.” QS. Yūsuf: 45.
Maksudnya adalah bahwa pemuda itu teringat dengan Yusuf dan pesannya kepadanya setelah beberapa waktu lamanya. Dari sini dapat dipahami mengapa al-Qur’an berkali-kali mengingatkan manusia agar banyak berzikir kepada Allah, sebagaimana firman- Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama Allah), zikir yang sebanyak-banyaknya.” QS. Al-Ahzāb: 41.
Al-Qur’an menegaskan bahwa salah satu faktor ketergelinciran Adam dan Hawa adalah karena lupa:
“Dan sesungguhnya telah kami pesankan kepada Adam dahulu, tetapi dia lupa (akan pesan itu), dan kami tidak dapati padanya kemauan yang kuat”. QS. Tāhā: 115.
Memberi janji dan angan-angan
Manusia pada umumnya senang, apabila diberikan janji dan angan-angan terhadap sesuatu yang disukainya. Inilah rupanya, salah satu peluang yang dimanfaatkan setan untuk menyesatkan manusia. Sebagaimana firman Allah:
“Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal Setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” QS. An-Nisā’: 120.
Perbedaan antara janji dan pemberian angan-angan dari setan adalah bahwa setan selalu menjanjikan sesuatu yang batil dan memberikan angan-angan terhadap sesuatu yang mustahil. Pada akhirnya nanti setan mengakui bahwa janjinya adalah dusta belaka. Allah berfirman:
“Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku.Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” QS. Ibrāhīm: 22.
Setan pernah memberikan dua janji kepada kaum Quraisy sebelum perang Badar. Setan berkata kepada mereka, sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur’an:
“Dan (ingatlah) ketika setan menjadikan terasa bagi mereka perbuatan dosa mereka, dan mengatakan, tidak ada seorang manusia yang dapat mengalahkan mu pada hari ini. Dan sungguh aku adalah penolongmu. Maka ketika kedua pasukan itu telah saling melihat (berhadapan), setan balik kebelakang seraya berkata, sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, aku dapat melihat apa yang kamu tidak dapat melihat, sesungguhnya aku takut pada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” QS. Al-Anfāl: 48.
Janji pertama, mereka tidak dapat dikalahkan dan pasti akan menang melawan kaum mukmin, karena jumlah mereka lebih besar dibanding jumlah kaum mukmin. Janji kedua, setan akan melindungi mereka dan membela mereka dari serangan Bani Kinanah. Kaum Quraisy ragu untuk maju ke medan perang, karena mereka terlibat pertikaian dengan Bani Kinanah. Lalu setan menampakkan diri sebagai Suraqah bin Malik –seorang tokoh yang disegani di Bani Kinanah- dan berkata,
“Kaum mukmin tidak akan dapat mengalahkan kalian dan aku akan melindungi kalian dari kaumku Bani Kinanah sehingga mereka tidak dapat mencelakakan kalian”.
Tetapi ketika kedua pasukan saling berhadapan, dan setan melihat para malaikat, maka ia melemparkan dirinya ke laut dan berkata,
“… Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, sesungguhnya aku dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat, sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.”
Setan menggiring mereka kepada peperangan dan setelah itu ia meninggalkan mereka.
Memalingkan manusia dari jalan Allah
Cara berikutnya yang ditempuh oleh setan dalam menyesatkan manusia adalah memalingkan manusia dari jalan Allah.Tujuannya adalah agar manusia tersesat dari jalan yang benar. Allah telah memperingatkan hal itu di dalam al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu sekali-kali dipalingkan oleh Setan, sesungguhnya Setan itu musuh yang nyata bagimu.” QS. Az-Zukhruf: 62.
Berkaitan dengan hal itu, Allah berfirman:
“Sesungguhnya Setan itu musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).” QS. Al-Qasas: 15.
Dan juga firman Allah:
“Iblis menjawab, karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” QS. Al-A’raf: 16-17.
Maksudnya adalah sebagaimana Engkau (Allah) telah menyesatkan aku (setan), maka aku sungguh akan menghalang-halangi hamba-Mu untuk menempuh jalan kebenaran dan keselamatan, kemudian aku akan menyesatkan mereka dari-Nya.
Setelah itu aku akan mendatangi mereka dari semua arah, baik yang hak maupun yang batil hingga aku memalingkan mereka dari kebenaran dan memperindah kebatilan bagi mereka. Dan begitulah setan akan mendatangi mereka dari empat penjuru.
Oleh karena itu setan berhasil menyesatkan banyak manusia dari kebenaran. Sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebagian besar diantaramu. Maka apakah kalian tidak berpikir?” QS. Yasin: 62.
Mereka yang disebut-sebut sebagai orang-orang yang telah disesatkan oleh setan dari kebenaran adalah:
-
Kaum ‘Ād dan Samud. Berkaitan dengan mereka ini, Allah berfirman:
“Juga (ingatlah) kaum Ad dan S|amud, sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan (buruk) mereka, sehingga (hal tersebut) menghalang-halangi mereka dari jalan Allah, sedang mereka adalah orang-orang yang berpandangan tajam.” QS. Al-Ankabūt: 38.
-
Kaum Saba’. Allah berfirman:
“Aku (burung Hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari bukan kepada Allah, dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga (hal tersebut) menghalang-halangi mereka dari jalan Allah, maka mereka tidak mendapat petunjuk.” QS. An-Naml: 24.
-
Orang-orang yang berhukum kepada selain syariat Allah. Sebagaimana firman-Nya:
“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hokum kepada Thaghut, pada hal mereka
telah diperintahkan untuk mengingkari Tagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.” QS. An-Nisā’: 60.
-
Peminum khamr (pemabuk) dan penjudi. Allah berfirman:
“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu karena (meminum) khamr dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan salat, maka berhentilah kamu (dari perbuatan itu).” QS. Al-Māidah: 91.
Setan akan menghalang-halangi manusia secara bertahap menurut keadaan mereka, sebagaimana terdapat dalam riwayat Rasulullah Saw. bahwasanya beliau bersabda:
“Sesungguhnya setan memperdaya Bani Adam melalui berbagai cara. Maka dia meperdaya orang tersebut melalui jalan Islam, dia berkata, “Kamu masuk Islam dan meninggalkan agama bapak-bapakmu dan kakek-kakekmu” tetapi orang itu tidak menggubrisnya lalu masuk Islam. Kemudian setan menghalang-halangi orang tersebut melalui jalan hijrah dan berkata, “Kamu berhijrah dan meninggalkan bumi dan langitmu, dan sesungguhnya perumpamaan bagi orang yang berhijrah adalah seperti kuda dalam jauhnya (menempuh perjalanan), tetapi orang itu tidak menggubrisnya dan tetap berhijrah. Kemudian setan memperdaya orang tersebut melalui jalan jihad dan berkata, “apakah kamu akan berjihad dengan mengorbankan jiwa dan harta, lalu terbunuh kemudian istri dikawini oleh orang lain dan harta benda dibagi-bagikan kepada ahli waris”, tetapi orang itu pun tidak menggubrisnya dan berjihad.”
Setan pertama-tama akan menghalang-halangi manusia dari agama Allah dan menjauhkan mereka dari-Nya. Jika dia berhasil membuat manusia menjadi kufur dan syirik, maka dia akan merasa tenang dan puas. Jika dia tidak berhasil, maka dia akan berusaha menghalang-halangi orang tersebut dengan berbagai bid’ah.
Jika ternyata tidak berhasil, maka dia akan menghalang-halangi dari mengamalkan kewajiban-kewajibannya, dan membuatnya melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Jika tidak berhasil pula, maka dia akan menghalang-halangi dari keutamaan- keutamaan dan menjadikannya berbuat dosa-dosa kecil, sehingga dia menjadi hina karenanya. Jika ternyata tidak berhasil juga, maka dia akan menyibukkan dengan hal-hal yang mubah sehingga setan berhasil menghalang-halangi untuk berbuat taat dan beribadah. Dan jika masih tidak berhasil juga, maka selanjutnya dia berusaha menyibukkannya dengan amalan yang kurang utama untuk bisa menghalang-halangi dari amalan yang lebih utama darinya, sehingga dengan demikian dia mampu melalaikannya dari ibadah-ibadah yang fardu (meninggalkan ibadah yang wajib) dengan ibadah-ibadah sunah (lebih mengutamakan ibadah yang sunnah).
Mengganggu manusia dengan kepayahan
Di antara cara-cara setan untuk menyesatkan manusia adalah mengganggu manusia dengan kepayahan yaitu dengan menyakiti badan atau pikiran mereka.Allah telah menyebutkan hal ini dalam beberapa ayat. Diantaranya, Allah berfirman:
“Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Rabbnya: ‘Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” QS. Sad: 41.
Kata an-nasab di sini berarti: kecapekan dan kepayahan. Sedangkan kata al-‘azab berarti: setiap apa yang dirasa sakit oleh manusia dari sesuatu yang mengenai badannya, keluarganya dan hartanya.
Allah menguasakan setan atas Nabi Ayyub adalah sebagai cobaan dan ujian baginya untuk menampakkan kualitas kesabarannya dan memberikan akhir yang baik baginya di dunia dan di akhirat, yaitu dengan mengembalikan lagi semua yang diujikan kepadanya berupa kesehatan, keluarga, dan harta.
Gangguan setan terhadap manusia ini bermacam-macam, di antaranya:
-
Pertama, setan mengganggu setiap bayi ketika dilahirkan, kecuali Nabi Isa beserta ibunya. Sebagaimana hadis riwayat Bukhari dari Abu Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah Saw.bersabda:
“Tidaklah seorang dari Bani Adam dilahirkan melainkan setan akan mengganggunya ketika ia dilahirkan, sehingga bayi itu pun menjerit karena gangguan setan, kecuali Maryam dan putranya. Lalu Abu Hurairah berkata (mengutip ayat), Dan sesungguhnya aku memohonkan perlindungan untuknya (Maryam) juga keturunannya kepadaMu dari godaan setan yang terkutuk.”
-
Kedua, setan mengganggu tubuh manusia dan berusaha menguasainya. Sebagaimana yang pernah dialami oleh Nabi Ayyub a.s. berupa suatu penyakit. Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Nabi Muhammad Saw.bersabda:
“Ta’un (wabah penyakit menular) adalah tikaman musuh-musuh kalian dari (golongan) jin, dan ia bagi kalian merupakan kematian syahid.”
-
Ketiga, menggoda manusia di saat dia sedang tidur, melalui mimpi yang menakutkannya. Mimpi buruk tersebut adalah merupakan gangguan setan terhadap manusia ketika dalam keadaan tidur.Hal ini telah disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah Saw.bersabda:
“Jika seseorang di antara kalian melihat sesuatu yang ia sukai di dalam mimpinya, maka sesungguhnya itu berasal dari Allah, dan hendaklah dia memuji Allah karenanya dan menceritakannya. Dan jika dia melihat selain itu, berupa mimpi yang dia benci, maka sebenarnya itu berasal dari setan, dan hendaklah dia segera berta’awuz\ (berlindung kepada Allah) dari kejahatannya dan tidak menceritakannya kepada seseorang pun, karena mimpi-mimpi buruk tersebut tidak akan pernah memberi madharat kepadanya.”
Terdapat pula di dalam Shahih Muslim, bahwa seorang Arab (badui) berkata kepada Nabi Muhammad saw:
“Sungguh aku telah bermimpi bahwa kepalaku terputus, lalu aku mengikutinya, kemudian Nabi pun mencegahnya dan bersabda: “janganlah kamu ceritakan godaan setan kepadamu yang terjadi di dalam mimpi.”
Hadis di atas memberikan penjelasan bahwa di saat manusia sedang tidur setan pun masih bersama kita, karena ia terus mengalir mengikuti aliran darah. Hampir setiap orang pasti mengalami mimpi dalam tidurnya.Mimpi itu dapat berupa mimpi yang buruk ada pula mimpi yang indah atau baik.Oleh karena itu Rasulullah Saw. memberikan tuntunan kepada umatnya agar selalu berdoa ketika beranjak tidur, agar Allah menjaga kita dari mimpi-mimpi buruk.
Referensi :
- Al-Bukhāri, Sahih al-Bukhari, (Istanbul: Al-Maktabah al-Islāmiyyah, t.th.)
- An-Nawawi, Sahih Muslim fi Syarh an-Nawawi (Riyad: Dār Ihyā at-Tūrās\ al-Arabi, t.th.)
- Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Igāsah al-Lahfān min Masaid asy-Syaitan (Ka - ro: an-Nūr al-Islāmi, t.th.)
- Al-Qurthubi, al-Jami’ li Ahkam al-Qurān
- At-Tirmizi, Sunan at-Tirmizi (Mesir: Al-Hilabi, t.th.)
- Ibn Qayyim al-Jauziyah, Bada’i al-Fawaid (Kairo: Dār al-Kutub, t.th.)
- Abdurrahman ibn Nasir As-Sa’di, Tafsir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan (Mekkah: Muassasah Makkah, 1376 H).