Bagaimana Cara Hidup Bahagia dengan Menjadi Diri Sendiri?

Kita mulai dengan pertanyaan mudah, apakah anda bahagia? Mau dijawab iya, tetapi sering banyak masalah. Mau dijawab tidak, kok rasanya hidup terasa tidak relevan jika dijawab tidak bahagia. Bukankah bahagia merupakan alasan klasik banyak orang.

Bahagia akan membawa kualitas hidup seseorang menjadi lebih baik, karena ada semangat, harapan, dan keceriaan dalam hidup. Anak yang dibiasakan dan dididik dengan bahagia akan menjadi anak yang cerdas dan kreatif.

Bahagia itu menular, sama halnya dengan ketakutan dan kekhawatiran. Misalnya, anda tersenyum menyapa orang lain dengan tulus, biasanya akan membalas senyuman anda, memuji penampilan teman dengan baik biasanya akan meningkatkan intensitas rasa bahagianya, memberikan bantuan kecil juga bisa membantu menjadikan orang lebih bahagia.

Bahagia itu seperti jatuh cinta, saat anda jatuh cinta terhadap orang, barang, atau pekerjaan semua terasa baik, dijalankan dengan penuh semangat dan ceria. Nah, pada kondisi seperti ini biasanya “performa” seseorang akan sangat baik. Jika orang itu bekerja di kantor maka hasilnya akan maksimal.

Karena bahagia bisa ditularkan, maka pertanyaannya adalah apakah orangtua anda bahagia? Apakah keluarga anda bahagia? Jadikan ini sebagai perenungan sesaat.

Mengapa orang tidak bahagia? Satu jawaban yang mudah adalah, karena tidak menjalani hidup sebagaimana mestinya. Atau yang lebih parah lagi, tidak tahu maksud hidupnya. Tidak menjalani hidup sebagaimana mestinya. Tidak paham, mengapa dia harus ada di dunia ini, dan apa fungsi hidupnya.

Ada orang yang merasa jatuh cinta dengan musik, tetapi sekolahnya adalah akuntansi (karena desakan orang tua), sehingga dia menjalani hidup terasa berat. Seperti ikan yang harus hidup di dalam air, tetapi dipaksa hidup di darat.

Atau seorang yang sangat suka dengan olah raga, katakanlah sepak bola, tetapi dipaksa belajar ilmu hukum. Apakah dia bisa perform dengan baik dalam sekolahnya? Bisa maksimal dalam sekolahnya? Tidak bisa.

Biasanya pada titik tertentu akan terjadi kejenuhan dan off sementara. Keadaan off merupakan keadaan dimana hidup begitu menjemukan, bosan, dan membuat frustasi.

Bagaimana mengatasi semua ini? Ambil sikap untuk tidak perlu menyalahkan orang lain, walau hidup ini terkadang menjadi salah kaprah karena ulah dan kontribusi orang lain. Berespon tenang dan baik dulu. Marah dan menyalahkan seringkali tidak membuat keadaan menjadi lebih baik.

Kembangkan kesadaran bersyukur. Anda perlu disiplin dalam bersyukur, lakukan secara sengaja dan rutin. Bukan hanya anak saja, tetapi orangtua juga perlu. Lakukan saja secara rutin.

Tulis 10 hal yang anda syukuri hari ini, misalnya “Saya mensyukuri udara yang sejuk dan bersih, saya mensyukuri adanya makanan yang layak, saya mensyukuri adanya pekerjaan hari ini, tubuh yang sehat, uang yang tersedia, dan masih banyak lagi.”

Saat anda bersyukur anda berterima kasih, saat berterima kasih anda seakan-akan menerima suatu kebaikan dalam hidup. Entah itu lingkungan yang nyaman, udara yang bersih dan lain-lain. Saat hal ini dibiasakan, maka temperatur bahagia dalam hidup anda otomatis meningkat. Mudah bukan?

Kita tidak dibiasakan dan diajarkan disiplin untuk bersyukur. Padahal ini penting, untuk performa keseharian kita dalam beraktivitas. Bagi anda seorang guru yang membaca tulisan ini, mungkin ini bisa menjadi tips untuk dilakukan di sekolah.

Bagi orangtua, setiap anak biasanya sudah bisa diamati apa yang menjadi minat dan bakatnya. Jika anda egois untuk menetapkan tujuan dan standar anda pada anak, secara tidak langsung anda sedang merusak masa depannya yang bahagia. Jika anak anda suka dengan musik tetapi anda paksakan belajar dan sekolah bisnis maka anda sedang memendam bakatnya.

Tahukah anda, bahwa di masa sekarang ini, setiap minggunya ada 5 profesi lama yang hilang dan muncul 7 profesi baru. Contohnya, sekarang penjaga pintu tol sudah mulai digantikan dengan mesin, begitu pula penjaga karcis parkir, dan lain-lain.

Jangan paksa anak hidup di jaman anda, atau jaman pola pikir anda. Bebaskan kreatifitas dan minat mereka berkembang, sebab di jamannya akan sangat berbeda dengan masa kini.

Saya sempat berbicara kepada pemilik salon langganan saya yang saya kenal baik selama 5 bulan. Dia bercerita dan berkonsultasi kepada saya setelah mengetahui latar belakang saya sebagai pendidik. Anaknya yang berusia 13 tahun, sudah membongkar 2 laptop senilai 4 jutaan dan 8 jutaan.

Tetapi orangtua yang baik ini tidak menyerah, dia tahu kesukaan anaknya. Dia ingin mencarikan sekolah terbaik untuk anaknya belajar hardware dan software computer, mulai mau diarahkan dari sekarang sesuai kehendak anaknya. Sang anak juga diajak diskusi tentang kesukaan dan studinya. Senang saya mendengar hal ini. Anak yang tahu tujuannya dan orangtua yang benar-benar dewasa.

Bagaimana dengan anda? Anda peduli dengan kebahagiaan anak anda? Anda dapat mengikuti tes kepribadian secara gratis di website ini. Tes ini dapat membantu anda dalam mengenal dan berkomunikasi lebih baik dengan anak anda.

Semoga bermanfaat.

Sumber

3 Likes

Kunci dari bahagia memang rasa syukur itu sendiri. Ada pembeda yang jelas antara kebahagiaan dan kesenangan.

Itulah mengapa ada kaya dan miskin. Mungkin kesempatan untuk mendapatkan kesenangan lebih besar didapat oleh orang kaya dibandingkan orang miskin, tetapi kebahagiaan berbeda.

Orang kaya dan miskin mempunyai peluang yang sama untuk mendapatkan kebahagiaan.

2 Likes

Kebahagiaan memang miliki siapa pun yang menginginkannya, tidak terkecuali si miskin dan si kaya, semua berhak mendapat kebahagiaan. Tetapi untuk mendapat kebahagiaan yang sejati saya kira semua orang memiliki jalannya masing-masing.

Bagi saya, kebahagiaan adalah ketika saya dapat membantu orang lain, ketika saya dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah mereka disitulah kebahagiaan dapat saya rasakan, saya mengakui bahwa untuk membantu orang lain pun tidak mudah, banyak hal yang harus kita ketahui ketika akan membantu sesama. Dan terkadang ketika akan membantu pun kita masih merasa sungkan atau melu, malu jika kita salah atau malu jika kita tidak dapat membantu mereka.

Hal semacam ini sering saya rasakan, dan terkadang sedikit membingungkan ketika memutuskan apakah akan membantu atau tidak.

Menurut teman-teman bagaimana cara kita untuk berani membantu sesama tanpa merasa malu atau sungkan jika terjadi kegagalan atau malah kita akan menambah masalah yang lain.