Bagaimana cara budidaya tanaman Aglonema?

Aglaonema

Aglaonema berasa dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu Aglaos dan Nema. Aglaos yang berarti terang dan nema yang berarti benang, dari kata tersebut maka Aglaonema diartikan sebagai tanaman pembawa “energi terang”. Selain nama tersebut Aglaonema juga disebut sebagai “Chinese evergreen” hal ini dikarenakan orang yang pertama kali melakukan budidaya tanaman ini berasal dari Cina.

Teknik budidaya tanaman aglaonema dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai berikut.

Persiapan Lahan

Ada dua macam tempat penanaman Aglaonema yaitu di tanah dan di dalam pot. Apabila Aglaonema akan ditanam pada tanah, tahap-tahap yang harus dilakukan utuk pengolahan lahan adalah sebagai berikut :

  • Lakukan pengolahan tanah dilokasi yang telah dipilih.

  • Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul agar tanah menjadi gembur, dengan kedalaman 20 cm.

  • Tambahkan humus dan pasir halus secukupnya agar subur dan bersifat porous, dengan perbandingan 1:1.

  • Humus dan pasir diaduk merata sampai homogen.

  • Pemberian pupuk kandang diawal penanaman dengan dosis 20-30 ton/ha.

  • Dilakukan penanaman benih atau bibit yang telah disiapkan dengan jarak tanam 50 cm-100 cm.

Media Tanam


Media tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman atau bahan tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang. Disamping itu media tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana untuk menghidupi tanaman. Tanaman mendapatkan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangannya dengan cara menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalam media tanam. Media tanam yang paling umum digunakan adalah tanah.

Media tanam adalah bahan atau material tempat biji atau stek dapat tumbuh dan berkembang. Media tanam tidak hanya tanah saja tetapi dapat berupa material yang berasal dari alam atau buatan manusia. Media menyediakan kebutuhan tanaman yaitu air, unsur hara, oksigen dan penopang akar (Sukanto, 2001).

Aglaonema di habitat aslinya tumbuh dilapisan tanah paling atas yang umumnya berupa tumpukan sisa-sisa daun dan ranting tanaman yang telah terdekomposisi menjadi kompos. Aglaonema di alam umumnya tumbuh di bawah rindangnya pepohonan besar dan tinggi dengan daun yang rimbun. Hal ini menyebabkan lingkungan tumbuh asli Aglaonema merupakan daerah yang subur, lembab dan terlindung dari sinar matahari langsung. Oleh karena itu untuk menghasilkan Aglaonema yang prima, maka diperlukan media tanam yang subur, mempunyai derajat keasaman sekitar 6-7 dan bersifat porous tetapi tetap bisa menjaga kelembaban dalam jumlah cukup.

Media tanam Aglaonema pada prinsipnya tidak harus menggunakan media khusus. Namun yang pasti media tersebut harus dapat menjaga kelembaban atau tidak terlalu basah dan mempunyai drainase yang baik. Beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai media tanam antara lain potongan pakis, sekam bakar, pasir, dan cocopeat (Leman, 2006).

Perbanyakan Tanaman


Perbanyakan secara generatif

Aglaonema mulai berbunga setelah dewasa. Bunga tersebut berbentuk sepadiks dengan bunga berwarna putih. Bunga tersebut akan berkembang menjadi buah bila telah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Buah yang terbentuk mulanya berwarna hijau, sedangkan bijinya berwarna putih. Kulit buah muda agak sulit dipisahkan dari bijinya. Setelah matang warna kulit buah akan berubah menjadi merah dan bijinya akan berwarna kecoklatan. Kulit buah matang ini akan mudah dikupas dari bijinya. Biji yang telah tua dapat disemai di media yang steril. Media yang digunakan berupa campuran sekam bakar, cocopeat dan pasir. Sekitar 4-6 bulan kemudian akan tumbuh tanaman-tanaman kecil. Bila telah mempunyai 3-5 daun, tanaman muda tersebut dapat dipindah ke dalam pot tunggal (Leman, 2006).

Perbanyakan Secara Vegetatif

Pada Aglaonema stek hanya dapat dilakukan dengan satu bagian tanaman, yaitu batangnya sehingga sering disebut dengan stek batang. Stek batang tersebut bisa menyertakan daun dan akar atau tanpa daun dan akar. Dengan demikian dari batang Aglaonema yang akan diperbanyak dengan stek minimum diperoleh tiga potongan stek, yaitu bagian paling atas yang menyertakan daun, bagian tengah yang hanya berupa batang dan bagian bawah yang menyertakan akar (Subono dan Andoko, 2005).

Aglaonema berkembang biak dengan anakan. Tunas anakan muncul pada batang yang terbenam di dalam media. Anakan sangat mudah dikembangbiakan dengan cara menanam potongan batang yang mengandung tunas vegetatif. Kelebihannya, penanaman bibit hasil anakan tidak harus memerlukan persemaian. Meski demikian, ada hal yang harus diperhatikan. Anakan sebaiknya dipisahkan dari induk bila telah memiliki 3-5 daun, karena pada saat itu akar telah tumbuh cukup banyak. Penanaman tanpa akar dapat menyebabkan kematian (Budiana, 2006).

Perbanyakan tanaman yang menggunakan stek dan anakan memiliki kelemahan, antara lain membutuhkan waktu lama, daun yang muncul kecil-kecil, dan hanya sedikit jumlah bibit yang didapat. Untuk memperoleh jumlah bibit yang lebih banyak, ada cara lain yang bisa dilakukan, yaitu cangkok.

Cara mencangkok Aglaonema sebagai berikut :

  • Pilih tanaman yang sudah memenuhi syarat untuk dicangkok. Tanaman yang akan dicangkok harus sehat, bebas dari hama dan penyakit, serta batang harus sudah di permukaan tanah.

  • Gunakan wadah berupa gelas (pot) cangkok. Jika tidak ada, bisa juga digunakan gelas plastik. Sobek bagian samping pot hingga bagian dasar, agar pot mudah dilingkarkan pada batang Aglaonema.

  • Toreh batang Aglaonema yang akan dicangkok, sedalam 2 mm. Oleskan zat perangsang tumbuh akar pada bekas luka tersebut.

  • Tempatkan pot yang sudah disobek melingkupi batang tanaman pada bagian yang ditoreh tersebut, kemudian satukan lagi bekas sobekan dengan setaples.

  • Siapkan media tanam berupa arang sekam yang sudah direndam fungisida dan vitamin B1 selama semalam. Masukkan media tanam ke dalam pot cangkok yang sudah ditempatkan tadi.

  • Pemelihara cangkokan dengan disiram 2-3 hari sekali.

  • Setelah dua bulan, akar-akar mulai tumbuh dan terlihat dari balik pot-pot plastik. Inilah saatnya memisahkan cangkok dari induknya. Bila dalam satu batang ada lebih dari satu cangkok, pastikan pot kedua juga sudah muncul akar.

  • Pisahkan setiap cangkokan yang telah ditumbuhi akar dengan cara memotong batang tanaman persis dibawah masing-masing pot cangkokan.

  • Biarkan pot berisi tanaman seperti apa adanya selama 2 bulan hingga berdaun 5–6 helai, kemudian baru dipindah ke media baru.

  • Sejak pencangkokan hingga menjadi tanaman dewasa memerlukan waktu 5 bulan. Empat bulan kemudian, indukan sudah siap dicangkok lagi (Ari W. Purwanto, 2006).

Secara teknis kultur jaringan atau cloning terhadap Aglaonema dapat dilakukan, tetapi secara ekonomis dan praktis tidaklah efisien. Biaya yang dikeluarkan relatif mahal, sedangkan tanaman tersebut relatif membutuhkan waktu pertumbuhan lebih lama.

Perbanyakan dengan kultur jaringan biasanya dilakukan untuk menghasilkan tanaman berjumlah banyak dan seragam pertumbuhannya (Leman, 2006).

Penanaman


Media tanah tetap tidak tergantikan oleh media alternatif (non tanah) karena kelebihannya dalam mengikat nutrisi, air dan menjaga keseimbangan kehidupan mikrobiologi tanah. Penanaman Aglaonema dengan menggunakan kombinasi antara media alternatif (sekam bakar, cocopeat, pakis, pasir malang, dan sebagainya) dangan media tanah dan pupuk organik dapat memberikan sinergi yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Agar tanaman kokoh setelah proses penanaman media dipadatkan dengan cara menepuk-nepuk dan menekan sedikit permukaannya (Anonimd, 2009).

Penanaman Aglaonema yang terpenting, saat penanaman awal media diusahakan lembab (tidak kering kerontang dan jangan pula basah). Sehabis menanam jangan langsung disiram. Baru disiram 1-2 hari kemudian dengan cara menyiram permukaan medianya saja (nanti airnya akan meresap ke bawah sehingga medianya jadi lembab tapi tidak basah). Setelahnya siram setelah 3 hari atau lebih (tergantung kondisi lingkungan). Begitu kira-kira akar jalan, boleh disiram sampai basah pakai air biasa dan tunggu sampai media kering baru disiram lagi. Biasanya Aglaonema busuk jika media masih lembab sudah disiram lagi (Anonime, 2008).

Aglaonema memiliki preferensi terhadap jenis tanah yang lembab tapi tidak becek. Aglaonema umumnya ditanam dalam pot dengan media tanam sekam bakar. Media tanam yang lazim dipakai para pecinta Aglaonema di Thailand, yaitu tanah dan sekam dicampur sedikit kompos daun dan tambahan cocopeat. Alat yang dibutuhkan dalam menanam Aglaonema adalah: sarung tangan karet, gunting tanaman, pot, media tanah, dan pupuk. Langkah pertama yang harus dilakukan sebelum menanam Aglaonema tentu saja memilih bibit yang baik. Jika akar bibit terlalu berantakan, sebaiknya dipotong atau dirapikan dengan gunting tanaman. Langkah selanjutnya adalah membelah bibit menjadi empat bagian agar memiliki banyak bibit Aglaonema. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan membuat potongan membujur dari bagian batang ke arah akar dan membagi dua bibit tersebut. Kemudian, belah lagi tiap potongan sebelumnya sehingga mendapatkan 4 belahan bibit. Benamkan bibit Aglaonema hingga hanya sedikit pucuk yang terlihat mencuat di permukaan tanah. Siram bibit dengan air hingga media cukup basah.

Penyiraman


Aglaonema membutuhkan air dalam jumlah memadai, tapi tidak menyukai media basah atau tergenang. Penyiraman menggunakan sprayer dengan butiran air halus mencegah daun rusak atau sobek. Semprotkan air pada daun, mulai dari bagian atas hingga seluruh permukaannya basah. Media tanam juga disemprot air, tetapi jangan terlalu basah sampai akar-akarnya. Pada hari berikutnya, bila matahari bersinar dengan terik maka tanaman cukup disiram sedikit ke daun untuk mengurangi penguapan. Frekuensi penyiraman untuk setiap lokasi berbeda. Bila ditanam di dataran rendah penyiraman dapat dilakukan seminggu sekali hingga basah. Lain halnya dengan lokasi di dataran sedang, penyiraman hingga jenuh (basah) sekali seminggu (Budiana, 2006).

Aglaonema termasuk jenis tanaman yang suka keadaan semi basah. Oleh karena itu Aglaonema perlu diberi air secukupnya, karena air memang sangat diperlukan untuk kehidupan tanaman. Dalam menyiram yang terpenting adalah penyiraman sempurna. Artinya perakaran seluruhnya basah, kemudian sisa air terbuang lewat lubang drainase. Suatu penyiraman sempurna harus selalu diikuti oleh periode di mana tanah akhirnya mengering sehingga rongga-rongganya dapat dilewati udara untuk pernapasan akar (Subono dan Andoko, 2005).

Frekuensi penyiraman yang baik ialah dua atau tiga hari sekali. Jika diantara waktu tersebut lingkungan sangat kering maka dapat dilakukan penyemprotan air yang halus untuk meningkatkan kelembaban. Usahakan penyiraman merata dari ujung daun sampai media tanam, tetapi jangan terlalu kebanyakan air. Pada saat musim penghujan atau bila menggunakan plastik UV, penyiraman dilakukan bila kelembaban media telah berkurang (Leman, 2006).

Aglaonema yang masih kecil (seedling, stek) membutuhkan air lebih sedikit. Aglaonema remaja sel-selnya masih terus aktif membelah membutuhkan air dalam jumlah banyak untuk mengisi sel-sel tersebut. Sementara, Aglaonema dewasa membutuhkan air lebih banyak lagi. Cuaca panas dengan kelembaban rendah dan lingkungan kering menyebabkan air lebih banyak ditranspirasikan. Pada saat ini, frekuensi penyiraman dapat ditambah, misalnya pada siang hari dengan metode pengkabutan. Sebaliknya, apabila cuaca mendung, frekuensi penyiraman dikurangi (Ari W. Purwanto, 2006).

Pemupukan


Pupuk yang biasa dipakai ialah pupuk NPK. Perbandingan ketiga unsur yang baik digunakan ialah 1 : 1 : 1 atau 3 : 1 : 2. Unsur N diperlukan lebih banyak karena unsur merangsang pertumbuhan daun yang sehat dan segar, serta memperbanyak anakan. Unsur P bisa diberikan lebih sedikit karena unsur ini membantu pembentukan akar, bunga, dan biji. Unsur K diberikan dengan dosis yang cukup. Unsur K berguna memperlancar semua proses yang ada di dalam tanaman dan memperkuat jaringan sehingga tanaman tidak mudah terserang penyakit (Leman, 2006).

Pemupukan sebaiknya menggunakan pupuk majemuk, yakni pupuk yang memiliki kandungan nutrisi lebih dari satu unsur. Di pasaran banyak tersedia pupuk majemuk dengan berbagai merk dagang. Pupuk majemuk dilarutkan dalam air sesuai dosis anjuran dan disemprotkan pada daun (lebih baik bagian bawah daun) seminggu sekali. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada pagi hari (Ari W. Purwanto, 2006).

Unsur di dalam pupuk yang mutlak dibutuhkan Aglaonema adalah N, P dan K yang berguna untuk pertumbuhannya. Ada beberapa pupuk kimia yang beredar di pasaran antara lain Hyponex, Gandasil, Vitablom, dan Growmoore. Gunakan pupuk sesuai dengan dosis yang ditentukan. Pemupukan dilakukan seminggu sekali pada daun dan media. Pemupukan cara lain dilakukan dengan menaburkan pupuk di dekat akar, agar zat hara terserap sempurna oleh tanaman. Setelah 3 bulan, pemupukan ini dapat dilakukan kembali (Budiana, 2006).

Pemupukan Aglaonema dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu melalui akar dan melalui daun. Apabila melalui akar, pupuk dapat ditaburkan atau dibenamkan kemudian ditutup dengan tanah dan di siram. Pada waktu akan membenamkan pupuk, tanah harus dalam keadaan basah agar tanaman tidak menjadi hangus. Cara pemupukan melalui daun adalah dengan jalan menyemprotkan larutan pupuk kedaun-daun tanaman. Terlebih dahulu pupuk daun dilarutkan ke dalam air dengan dosis sesuai dengan petunjuk. Untuk lebih meratakan larutan pada permukaan daun, dapat ditambahkan zat perata pada larutan pupuk (Putri, 1990).

Penyiangan


Kegemburan dapat dijaga dengan cara media didangir atau disiangi secara teratur. Maksudnya agar kelembaban dan aerasi media tetap terjaga. Saat mendangir, jangan sampai merusak atau memutus akar. Gunakan sebatang kayu kecil untuk mendangir. Saat mendangir sekitar batang, harus dilakukan secara hati-hati karena akar muda biasanya terletak disekitar batang. Rumput atau gulma dicabut agar tidak terjadi rebutan unsur hara yang menghambat pertumbuhan Aglaonema (Budiana, 2006).

Sangatlah penting untuk menghindarkan tanaman dari tanaman atau serangga yang mengganggu. Bila menemukan gulma atau tanaman pengganggu, maka harus dilakukan penyiangan atau pembubunan tanaman yang mengganggu tersebut. Gulma yang tumbuh di sekitar tanaman seperti rumput atau semak-semak dapat dihilangkan dengan pembubunan tanah di sekitar tanaman. Penyiangan ini hendaknya dilakukan rutin selama 2 atau 3 kali seminggu atau disesuaikan dengan kondisi.

Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tanaman-tanaman yang tidak diinginkan yang tumbuh di sekitar tanaman utama, umumnya disebut gulma. Gulma atau rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman utama (tanaman hias) akan merebut nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman utama. Tidak hanya itu, dalam mendapatkan sinar matahari antara tanaman utama dan gulma akan saling berebut. Sebaiknya, penyiangan dilakukan secara berkala, misalnya sebulan sekali. Penyiangan bisa dilakukan secara manual dengan tangan atau menggunakan cangkul.

Pengendalian Hama dan Penyakit


Hama

  • Mealybugs
    Mealybug adalah jenis kutu berwarna putih, termasuk ordo Homoptera. Serangga ini berukuran kecil dan mempunyai semacam tepung pada tubuhnya yang dilapisi lilin, berwarna putih seperti kapas. Pada umumnya, kutu putih ini menempel pada bawah daun atau batang tanaman, bahkan pada musim kemarau juga menempel pada akar tanaman. Mealybug menusuk dan menghisap cairan sel-sel daun serta mengakibatkan daun berkeriput. Kutu ini dapat diberantas dengan insektisida (Ari W. Purwanto, 2006).

  • Kutu Perisai
    Kutu Perisai kutu ini menyerang bagian daun, kutu ini biasanya terdapat koloni dengan membentuk barisan di bagian tulang daun, kutu ini memiliki bentuk seperti perisai pada bagian punggungnya.

  • Ulat
    Ulat akan meludeskan batang dan daun Aglaonema. Bila populasi ulat belum banyak, cukup diambil dengan jepitan atau pinset. Bagian daun yang terserang dipotong, sementara ulatnya dibunuh. Namun, jika serangan ulat pada tahap serius ada baiknya menyemprot insektisida seperti Sevin atau Metindo secara rutin sebulan sekali (Budiana, 2006).

  • Semut
    Semut biasanya sembunyi pada pangkal batang, di dalam media tanam atau di bawah pot. Keberadaan semut akan merusak daerah perakaran dan tunas-tunas muda sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Semut dapat diberantas dengan insektisida, misalnya Sevin, Chlordaane, Bayrusil, atau Tamaron dengan dosis sesuai anjuran (Ari W. Purwanto, 2006).

  • Siput
    Adakalanya siput menempel di dedaunan. Dikhawatirkan juga memakan daun. Cara pengendaliannya, binatang bercangkang keras ini cukup dipunguti lalu dibuang.

  • Belalang
    Daun yang rusak ternyata tidak hanya ulah ulat, tetapi juga ulah belalang. Belalang muda yang belum mempunyai sayap mudah ditangkap, tetapi jika sudah dewasa bisa terbang dan hinggap dari satu Aglaonema ke Aglaonema lain. Untuk menghalaunya gunakan insektisida, seperti Confidor 200 SL dengan frekuensi penyemprotan 2 minggu sekali (Junaedhie, 2006).

Penyakit

  • Busuk Lunak (Bacterial stem rot)
    Penyebabnya bakteri Erwinia carotovora. Bakteri tersebut menyerang daun dan tangkai batang. Gejala serangan diawali keluarnya lendir, lalu lama-kelamaan berbau tidak sedap dan berubaha warna coklat kehitaman. Umumnya terjadi saat musim penghujan saat kondisi lingkungan lembab dan kurang cahaya. Cara mengatasinya dengan menyemprot Agrept 20 WP yang berisi Streptomycin atau Terramycin 21,6 SP yang mengandung Tetracyclin. Bila serangan parah, tanaman dicabut, batang sakit dipotong dan dibakar atau ditimbun. Bagian batang yang masih sehat dapat ditanam setelah dilapisi penutup luka (Budiana, 2006).

  • Jamur Fusarium (Fusarium Stem Rot)
    Sesuai dengan namanya, Penyakit ini disebabkan oleh jamur fusarium dengan gejala serangan bagian tanaman membentuk bercak berwarna merah cerah dengan tepi berwarna ungu kemerahan. Jika gejala penyakit Fusarium Stem Rot muncul, bagian tanaman yang terserang secepatnya harus dipotong dan dibuang agar penyakit tidak meluas ke mana-mana. Penyakit akibat jamur biasanya muncul karena kelembaban yang tinggi, sehingga usaha pencegahan dapat dilakukan dengan cara mengatur penempatan tanaman tidak terlalu rapat (Subono dan Andoko, 2005).

  • Botrytis
    Penyakit ini disebabkan oleh cendawan yang dapat merusak tangkai dan daun. Apabila terserang Botrytis, tangkai dan daun akan berubah menjadi coklat kelabu dan akhirnya membusuk. Cara mengatasinya dengan membuang daun yang terserang dan menyemprot tanaman dengan Dichloran. Sedangkan untuk mencegah dan menjauhkan diri dari serangan penyakit ini adalah dengan mengusahakan ventilasi udara yang cukup baik dan menghindarkan suasana pengap di dalam ruang (Putri, 1990).

  • Busuk Akar
    Busuk akar disebabkan oleh jamur Pythum. Jamur ini muncul apabila kondisi media tumbuh terlalu basah. Apabila jamur ini telah menyerang maka satu-satunya cara mengendalikan agar serangan tidak meluas adalah mengangkat tanaman dan memotong akar yang busuk. Kemudian, perakaran tanaman dicuci hingga bersih dan direndam sebentar dalam larutan fungisida, misalnya Aliette dengan dosis sesuai anjuran yang tertera pada labelnya. Selanjutnya, tanaman ditanam dalam media baru. Media yang lama sebaiknya dibakar karena telah tercemar spora jamur (Ari W. Purwanto, 2006).

  • Virus
    Serangan virus banyak dilaporkan terjadi pada daun. Tanaman yang terinfeksi akan terlihat berkeriput dan keriting daunnya. Meskipun tidak berakibat fatal, serangan virus akan membuat penampilan Aglaonema tak lagi cantik. Satu-satunya cara untuk mengatasi serangan virus adalah dengan mengarantina tanaman yang terinfeksi agar tidak menulari tanaman lain, bahkan jika perlu tanaman dimusnahkan (Ari W. Purwanto, 2006).

Referensi :

  • Sukanto, 2001. Pengaruh Cara Sterilisasi Media Pembibitan Terhadap Pertumbuhan Bobot Kopi Arabica ( Coffee Arabica ). Ilmiah ilmu pertanian Agros 2 (2):89-95.
  • Leman, 2006. Aglaonema Tanaman Pembawa Keberuntungan. Penebar Swadaya Jakarta.
  • Subono, M dan Andoko, A. 2005. Meningkatkan Kualitas Aglaonama. Cet IV. Agromedia Pustaka. Depok.
  • Budiana, N.S., 2006. Agar Aglaonema Tampil Memikat. Penebar Swadaya.
  • Jakarta.
  • Purwanto, Ari .W. 2006. Aglaonema, Pesona Kecantikan Sang Ratu Daun.
  • Kanisius. Yogyakarta.
  • Putri, S., S Sulistiorini dan Tjondro. 1990. Aglaonema. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tanaman Aglaonema merupakan family dari Araceae, tanaman ini memiliki tinggi cukup beragam berkisar antara puluhan hingga ratusan sentimeter, tergantung dari jenisnya. Seperti tanaman lain Aglaonema juga mempunyai bagian akar, batang, daun, bunga, dan buah. Buah Aglaonema pada awalnya berwarna hijau dan semakin tua berubah menjadi merah, di dalam buah terdapat biji tunggal yang berwarna coklat. Bunga tanaman ini muncul di ketiak daun, berbentuk bulir, berwarna putih kehijauan, bunga tersusun dalam spadiks dan tertutup oleh seludang (spata). Batangnya berukuran pendek, tertutup oleh pelepah daun, umumnya berwarna hijau muda, putih, atau merah muda, batang tidak berkayu dan banyak mengandung air.

Akar tampak berisi/gemuk dan berwarna putih dengan akar serabut, akar tanaman yang sakit akan tampak kurus dan berwarna coklat. Beberapa bagian tanaman Aglaonema dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan. Buah dan biji merupakan bagian penting untuk bahan perbanyakan generatif melalui proses penyerbukan. Bunga yang muncul dapat disilangkan dengan jenis lain sehingga bisa diperoleh variasi Aglaonema yang lebih beragam. Batang dan anakan Aglaonema dapat dimanfaatkan sebagai bahan perbanyakan secara vegetatif (Saraswati, 2007).

Perbanyakan Aglaonema secara Generatif


Aglaonema dapat memperbanyak diri secara alami dengan biji. Keuntungan perbanyakan melalui biji yaitu dihasilkan tanaman baru yang terkadang berbeda dengan sifat induknya sehingga diperoleh Aglaonema varietas baru. Sifat yang muncul merupakan perpaduan dari sifat kedua induknya. Tingkat keberhasilan tumbuh sangat tergantung pada jumlah biji yang dihasilkan, kualitas biji, dan cara perawatannya.

Proses penyemaian Aglaonema yaitu;

  1. Petik buah Aglaonema yang sudah matang dengan tanda buah berwarna merah, buah tersebut dibuang kulitnya, oleskan biji-biji tersebut pada serbuk fungisida,

  2. Siapkan media tanam untuk penyemaian berupa campuran sekam bakar dan pasir (1:1), buat lubang dengan telunjuk tangan sedalam 0,5 cm, masukkan biji kedalam lubang, masing-masing lubang berisi 1 biji, tutup biji dengan media tanam secara tipis di atas permukaan lubang tersebut,

  3. Empat bulan setelah penyemaian, muncul tunas-tunas muda dari biji yang tertanam disela-sela media, setelah daun tumbuh 2-3 helai, bibit ditanam secara soliter di pot, sebaiknya pemindahan dilakukan secara hati-hati, bibit yang masih kecil dan belum kuat diberi kawat penyangga agar tidak rebah, rawat bibit secara rutin dan hati-hati, penyiraman yang dilakukan sebaiknya menggunakan sprayer (Saraswati, 2007).

Perbanyakan Aglaonema secara Vegetatif


Selain dengan biji, tanaman Aglaonema dapat diperbanyak secara vegetatif yaitu melalui setek, pemisahan anakan, dan cangkok. Perbanyakan secara vegetatif sering dilakukan oleh para pembudidaya untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak serta mempunyai sifat dan sosok mirip induknya. Media tanam yang digunakan untuk perbanyakan umumnya sama dengan tanaman Aglaonema dewasa dan perbanyakan melalui generatif. Pada prinsipnya media tanam yang dipilih harus steril, porous, dapat menjaga kelembapan atau tidak terlalu basah, serta mempunyai aerasi dan drainase yang baik. Bila semua kondisi tersebut terpenuhi maka tanaman ini bisa tumbuh dengan sehat. Perbanyakan secara vegetatif adalah;

  1. Setek batang, siapkan batang tanaman tua dan sehat yang akan digunakan sebagai bahan perbanyakan. Potong batang sepanjang 3-5 cm atau minimal ada tunas pada setiap potongan dengan pisau tajam dan steril. Oleskan atau celupkan bagian yang terpotong dengan cairan penutup luka, biarkan selama 30 menit. Cairan penutup luka terbuat dari campuran obat merah dan kapur sirih. Tujuan pencelupan agar luka bekas potongan terhindar dari serangan cendawan.

    Benamkan setek secara horizontal ke media berupa campuran sekam bakar, pakis, dan humus dengan perbandingan 1:1:1. Usahakan agar batang setek tidak terbenam seluruhnya. Letakkan pot di tempat teduh, siram bila media telah kering, tunas baru dan akar akan muncul setelah 6 minggu.

  2. Setek pucuk, pilih tanaman yang sudah berakar banyak dan berbatang sehat, potong bagian bawah batang, minimal ada 2-3 akar pada batang atas. Pisahkan batang tanaman atas yang telah dipotong dengan pangkal batang, oleskan cairan penutup luka pada bagian pangkal batang bekas potongan. Batang bawah yang tersisa akan tumbuh tunas baru, oleskan pula cairan penutup luka pada pangkal batang atas/pucuk. Tanam batang atas/pucuk di pot terpisah yang telah diisi media tanam berupa sekam bakar, pakis, dan humus. Semprot tanaman dengan sprayer hingga basah, letakkan tanaman di tempat teduh, akar baru mulai terbentuk setelah 3 minggu.

  3. Pemisahan anakan/rumpun, pilih tanaman yang sudah tampak rimbun dengan jumlah anakan yang banyak. Kurangi sedikit medianya agar batang yang menghubungkan induk dan anakan terlihat, potong batang yang menghubungkan induk dan anakan dengan pisau yang tajam dan steril. Usahakan akar induk dan anakan tidak rusak atau putus, oleskan bekas luka pada tanaman induk dan anakan dengan cairan penutup luka.

    Siapkan pot sebagai wadah anakan Aglaonema, masukkan Styrofoam ke dalam pot sekitar 1/4 - 1/5 bagian tinggi pot, tambah media tanam hingga setengah tinggi pot. Media yang digunakan telah ditambah pupuk slow release, misalnya Dekastar, sebanyak 1 sendok teh. Tambahkan media lagi hingga pot terisi penuh dan menutupi seluruh akar, letakkan tanaman di tempat yang teduh dan terlindungi dari sengatan sinar matahari atau hujan, akar akan terbentuk setelah 3 minggu.