Berpikir abstraktif, salah satu elemen/bagian dari CT (Computational Thinking) yang apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia ialah Berpikir Komputasi. CT merupakan sebuah pendekatan dalam proses pembelajaran dan teknik pemecahan masalah yang sangat luas wilayah penerapannya.
Dengan CT memungkinkan kita untuk mengambil masalah yang kompleks, memahami apa masalahnya dan mengembangkan solusi yang mungkin, kemudian dapat menyajikan solusi tersebut dengan cara melalui komputer, manusia maupun keduanya yang dapat dimengerti.
Berpikir abstraktif, tidak terlepas dari pengetahuan tentang konsep, karena memerlukan bayangan atau penggambaran. Yang berarti, berpikir memnemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek permasalahan tersebut secara nyata, dalam arti mahasiswa melakukan kegiatan berpikir secara simbolik atau imajinatif terhadap objek permasalah tersebut.
Abtraktif merupakan melakukan generalisasi dan mengidentifikasi prinsip-prinsip umum yang menghasilkan pola, tren dan keteraturan. Misalnya dengan menempatkan semua file sistem di folder Windows, file program di folder Program Files, file data/dokumen di Folder My Document dan file pendukung di Drive/Directory.
Salah satu karakteristik berpikir komputasi berdasarkan abstraktif yang dibahas yaitu : “mampu melakukan representasi data melalui abstraktif dengan suatu model atau simulasi.”
CONTOH :
Bagaimana membuat “Kue Browniz” yang lezat sebanyak 100 box dengan efiktif dan efisien ?
- Berdasarkan blockquote abstraktif diatas, maka didapatlah prosesnya.
Misalnya, dengan melihat dan mengidentifikasi pola pembuatan kue browniz secara umum. Jika dalam 1 jam dengan 1 unit oven/pemanggang diperoleh 1 box kue browniz maka perlu 100 jam (4,16 hari) untuk menghasilkan 100 box kue browniz. Tentu tidak efektif dan efesien !
Karena proses pembuatan kue browniz ini merupakan proses yang berulang maka kita dapat melakukan generalisasi bahwa proses ini tidak harus menunggu semua proses selesai baru dilakukan dari awal. Dengan kata lain, saat kue browniz sudah masuk oven, kita dapat melakukan proses pembuatan adonan kembali tanpa harus menunggu hingga semua proses dilaksanakan.
Dengan demikian 60 menit >= 3 Box atau 1 jam >= 3 Box
Sehingga untuk menghasilkan 100 box kue browniz dengan 1 unit oven diperlukan waktu 33 jam atau 1,3 hari. Pertanyaan selanjutnya bagaimana jika kita sediakan 2 buah oven, maka jawabnya kita hanya memerlukan waktu 16,5 jam untuk menghasilkan 100 box kue Browniz.
Kemampuan berpikir secara abstraktif dapat diukur dengan tes.
Kemampuan berpikir abstraktif yang merupakan subtes dari DAT (Differential Aptitude Test), tes ini terdiri dari delapan subtes, yaitu :
-
Verbal reasoning : Subtes ini merupakan suatu tes bakat yang mengungkapkan kemampuan untuk memahami konsep-konsep dalam bentuk kata-kata (verbal). Tes ini bertujuan menilai kemampuan mahasiswa untuk mengabstraktifkan (meringkas) atau menggeneralisir serta berpikir secara konstruktif dibanding dengan kepastian atau pengenalan kata terutama sekali sesuai untuk mengungkapkan kemampuan penalaran.
-
Numerical Ability : Subtes ini berbaur butir-butir soal tes kemampuan angka yang dirancang untuk mengungkap pemahaman relasi angka dan mempermudah dalam menangani konsep-konsep menurut angka-angka. Masalah-masalah disusun dalam tipe soal yang biasanya disebut “perhitungan aritmatik” daripada apa yang biasanya disebut penalaran aritmatik. Ini didorong oleh adanya suatu keinginan untuk menghindari unsur-unsur bahasa yang biasanya berupa masalah penalaran aritmatik, dimana kemampuan membaca memiliki peran yang sangat berarti. Bentuk perhitungan memberikan keuntungan sehingga tidak akan merugikan sebagai suatu ukuran kemampuan.
-
Abstract reasoning : Subtes ini dimaksudkan sebagai instrumen non-verbal yang mengungkapkan kemampuan penalaran mahasiswa. Rangkaian ini disajikan dalam masing-masing persoalan yang memerlukan persepsi pengoperasian prinsip dalam mengubah diagram-diagram. Misalnya mahasiswa harus menemukan asas-asas atau prinsip-prinsip yang menentukan perubahan gambar-gambar dan memberikan tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk yang dipahaminya dengan menunjukkan (menandai) diagram-diagram yang seharusnya diikuti secara logis.
-
Clerical speed and accuracy : Subtes ini dimaksudkan untuk mengukur kecepatan memberikan jawaban atau tanggapan dalam suatu tugas persepsi yang sederhana. Pertama-tama mahasiswa harus memilih kombinasi yang telah ditandai dalam tes, kemudian akan tercetus suatu pikiran untuk mencari kombinasi yang sama dalam suatu kelompok kombinasi yang sama pada gambar jawaban secara terpisah, dan terakhir dapat ditemukan kombinasi yang identik yang diberikan garis bawah.
-
Mechanical reasoning : Subtes ini pada dasarnya suatu bentuk baru dari serangkaian uji pemahaman mekanikal (Mechanical Comprehension Test) yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh salah seorang pengarang. Masing-masing soal berisi situasi mekanikal yang disajikan berupa gambar-gambar sekaligus bersama dengan pertanyaan yang susunan kata-katanya sederhana. Diusahakan agar soal-soal yang disajikan menggunakan istilah-istilah yang sederhana dan acap ditemui pada mesin-mesin atau peralatan yang tidak menyerupai gambar-gambar dalam buku tes atau memerlukan pengetahuan khusus. Dalam tes penalaran mekanik ini sedapat mungkin diperlukan penalaran yang tepat dan logis. Tes ini disusun berdasarkan pengalaman dari tes pemahaman mekanikal dari Bennett.
-
Space relation : Subtes ini merupakan tipe soal yang direncanakan, bagi tes ini menyajikan suatu kombinasi dari dua bentuk pendekatan terdahulu dengan pengukuran kemampuan ini. Kemampuan membayangkan suatu obyek yang dikonstruksi dari suatu gambar dalam suatu pola yang telah sering digunakan dalam tes visualisasi struktural. Demikian juga kemampuan untuk membayangkan bagaimana suatu objek akan nampak jika diputar putar dalam beberapa cara tertentu yang telah dipergunakan secara efektif dalam pengukuran persepsi ruang.
-
Spelling : Subtes ini tipe soal yang digunakan dalam bagian mengeja pada subtes penggunaan bahasa bukanlah tipe soal-soal yang baru. Kata-katanya dipilih dengan teliti. Semua kata-kata diseleksi dari daftar Gate’s Spelling Difficulties dalam 3.876 kata. Kata-kata lainnya diseleksi sebagai tajuk rencana yang mereka tonjolkan dalam setiap kosa-kata. Ejaan yang tidak tepat atau salah dipilih dari penelitian Gates dan orang-orang yang lainnya. Subtes mengeja mengukur bagaimana baiknya seseorang dapat mengeja kata-kata umum dalam bahasa Indonesia (Inggris). Juga, skor tes ini merupakan suatu prediktor terbaik kemampuan mempelajari stenografi dan pengetikan.
-
Language usage : Subtes ini tes pemakaian bahasa terdiri dari dua sub, yaitu: mengeja dan tata bahasa. Tes ini terdiri dari dua tes prestasi belajar yang singkat yang mengukur kemampuan-kemampuan penting yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang bersama-sama dengan tes bakat lainnya yang dinilai oleh tes bakat perbedaan.
Mengapa abstraksi penting ? Abstraksi memungkinkan kita untuk membuat gambaran umum tentang apa masalahnya dan bagaimana mengatasinya. Proses memerintahkan kita untuk menghapus semua detail tertentu, dan setiap pola yang tidak akan membantu kita untuk memecahkan masalah kita. Ini membantu kita membentuk ide kita dari masalah. Ide ini dikenal sebagai ‘model’.
Setelah kita memiliki model masalah kita, kemudian kita bisa ke elemen/bagian CT berikut yaitu, bisa merancang sebuah algoritma untuk menyelesaikannya.
SUMBER :