Bagaimana cara atau proses pemilihan dan pengembangan produk pada e-commerce yang sukses?

Perdagangan elektronik (electronic commerce atau e-commerce) adalah penyebaran, penjualan, pembelian, pemasaran barang dan jasa yang mengandalkan sistem elektronik, seperti internet, televisi, atau jaringan komputer lainnya yang melibatkan transfer dana dan pertukaran data elektronik, sistem manajemen dan pengumpulan data secara otomatis. E-commerce adalah salah satu bisnis yang paling sering digeluti oleh masyarakat di Indonesia karena memberikan keuntungan yang menjanjikan.startup ini berpotensi kuat mencapai nilai investasi sembilan digit dollar.Terbukti dengan keberhasilan mereka menggaet klien besar seperti contohnya Lippo Group, MatahariMall, dan Sinar Mas. aCommerce juga mencetak rekor pendanaan seri A terbesar di Indonesia.

Bagaimana proses sistem pemilihan dan pengembangan produk pada e-commerce sehingga berpotensi mencapa nilai investasi sembilan digit dolar?

Menurut Patricia Seyboald, peneliti dan konsultan terkemuka di Amerika, baru-baru saja menyelesaikan risetnya terhadap lebih dari 40 perusahaan yang berhasil mengembangkan bisnis e-commerce-nya. Berdasarkan kajian yang dilakukan terhadap sejumlah perusahaan tersebut, yang bersangkutan menemukan kesamaan strategi yang masing-masing perusahaan jalankan dalam merencanakan dan mengembangkan bisnis di dunia maya tersebut.

Terdapat 5 (lima) langkah yang mereka jalankan seperti yang dijelaskan sebagai berikut (Seybold, 1998).

  1. Set Strategy
    Hal yang pertama kali harus dilakukan adalah menyusun suatu strategi dengan berpegang pada suatu prinsip,yaitu bagaimana memudahkan konsumen dalam melakukan bisnis dengan perusahaan.Perlu diperhatikan,bahwa konsumenlah yang akan menjadi sumber pendapatan perusahaan karena merekalah yang akan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

  2. Focus on the End-Customer
    Setiap proses bisnis pasti memiliki konsumen yang secara langsung maupun tidak langsung “menkonsumsi” produk atau jasa yang ditawarkan.Pada tahapan ini, adalah penting bagi perusahaan untuk mengkaji dan mendefinisikan siapa sebenarnya konsumen lansung (end-customer) dari produk atau jasa yang ditawarkan.

  3. Redesigning Customer-Focus Business Process
    Ketika konsep Business Process Reengineering (BPR) diperkenalkan sejalan dengan perkembangan teknologi informasi, banyak perusahaan yang mulai melakukan rancang ulang terhadap proses dan aktivitas internalnya agar tercipta suatu alur yang efisien (cheaper, better, and faster).

  4. Wire Company for Profit
    Setelah proses bisnis selesai dirancang ulang untuk menyesuaikan dengan karakteristik bertransaksi di dunia maya, langkah selanjutnya adalah mempersiapkan infrastruktur perusahaan untuk memungkinkan terjadinya mekanisme bisnis yang diinginkan.Yang paling penting untuk dikathui di sini adalah bagaimana mentransformasikan kebutuhan bisnis dengan spesifikasi teknologi informasi yang ada (business and information technology alignment).

  5. Foster Customer Loyalty
    Langkah yang terakhir adalah berusaha untuk membuat konsumen loyal terhadap perusahaan e-commerce yang ada, hanya karena dengan loyalitas mereka sajalah maka profitabilitas usaha dapat tercapai.

Strategi produk adalah suatu kemampuan tertentu dalam kustomisasi produk atau jasa yang sudah ada. Fase terpenting dalam strategi produk adalah fase pemilihan dan pengembangan produk atau jasa.

Fase pemilihan produk adalah proses memilih produk atau jasa yang layak untuk didistribusikan kepada pelanggan atau klien.

Fase pengembangan produk adalah proses menghubungkan keputusan produk dengan arus kas, dinamika pasar, siklus hidup produk, dan kemampuan organisasi.

Sedangkan e-commerce adalah istilah untuk semua jenis bisnis atau transaksi komersial yang melibatkan transfer informasi di internet. E-commerce memungkinkan konsumen untuk menukar barang dan jasa secara elektronik tanpa hambatan waktu atau jarak. Selama kurun waktu lima tahun terakhir, e-commerce mengalami perkembangan yang sangat pesat dan diprediksi akan terus berlanjut. Bahkan tidak lama lagi, jenis perdagangan “konvensional” akan ditinggalkan dan beralih ke jenis perdagangan “elektronik”.

Menurut sebuah penelitian oleh Forrester Research, kira-kira seperlima dari total penjualan ritel akan dilakukan secara online pada 2021 di Asia Pasifik, dengan 78% berasal dari smartphone, naik dari 63% di tahun 2016.

Grafik di atas menambahkan informasi bahwa ritel online melalui smartphone akan tumbuh sebesar 15,6%, mencapai $1 triliun pada tahun 2020, naik dari $539 miliar pada tahun 2016.

Bagaimana tidak? Kita hidup di dunia di mana kita lebih sering berkomunikasi satu sama lain melalui smartphone daripada bertatapan muka. Untuk tetap berhubungan, belanja, memanggil taksi, atau memesan makanan semuanya dimulai dan diakhiri dengan smartphone. Maka tidak heran jika e-commerce mencapai nilai investasi hingga sembilan digit dollar.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa e-commerce merupakan bentuk strategi produk dari bisnis ritel virtual yang menjanjikan dan sudah menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat modern.

http://www.networksolutions.com/education/what-is-ecommerce/
https://blog.lemonstand.com/just-how-big-is-the-ecommerce-market-youll-never-guess/
https://yourstory.com/2017/02/e-commerce-forrester-research/

Perusahaan yang sukses saat ini adalah perusahaan yang sedekat mungkin dengan kebutuhan konsumen (Federal Reserve Board).

Sebuah perusahaan dapat menghasilkan keuntungan dengan memusatkan perhatian pada:

  1. Memahami pelanggan

  2. Perubahan ekonomis yang menyebabkan meningkatnya kemakmuran jangka panjang

  3. Perubahan sosiologis dan demografis, ex: berkurangnya jumlah keluarga

  4. Perubahan teknologi

  5. Perubahan lain yang dapat muncul melalui kebiasaan pasar

Pentingnya produk baru tidak dipungkiri lagi, semakin tinggi persentase penjualan lima tahun terakhir, maka semakin besar kemungkinan perusahaan menjadi pemimpin pasar.

Perusahaan yang memimpin pasar mendapatkan sebagian besar penjualannya dari produk yang berumur kurang dari 5 tahun.