Bagaimana cara agar jantung tetap sehat dan mencegah penyakit jantung?

Jantung

Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat vital, oleh karena itu harus kita jaga kesehatannya, agar kita tidak terkena penyakit jantung. Bagaimana cara agar jantung tetap sehat dan mencegah penyakit jantung?

Gaya hidup yang menjaga kesehatan jantung :

  • Olahraga ringan tetapi teratur misalnya bersepeda ria, lari santai, jalan cepat atau senam yang di iringi musik
  • Bergeraklah dibawaah sinar matahari pagi
  • istirahat cukup
  • Minum air putih setidaknya 8 gelas sehari
  • Berhenti merokok atau bagi yang sudah kecanduan, belajarlah untuk mengurangi rokok
  • Berhenti mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang tidak masuk akal
  • Menghindari obat obatan yang tidak perlu
  • berinteraksi dengan hal hal yang menyenangkan misalnya berlibur
  • Selalu berfikir positif

Sumber

Upaya pencegahan penyakit jantung secara konvensional pada dasarnya adalah pengendalian risiko. Yayasan jantung Indonesia memperkenalkan panca usaha kesehatan jantung yang menganjurkan pola “sehat”, dengan singkatan:

S: Seimbang Gizi
E: Enyahkan rokok
H: Hindari Stres
A: Awasi tekanan darah secara teratur
T: Teratur berolahraga

Selain itu, secara komprehensif dan sistematik, upaya pencegahan penyakit kardiovaskular, salah satunya yaitu pada penyakit jantung koroner terbagi atas empat tahap: (Bustan, 1995)

  1. Tahap primordial
    Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap faktor predisposisi penyakit kardiovaskular pada kelompok individu yang belum menampakan tanda faktor risiko penyakit. Hal ini identik dengan upaya promosi kesehatan yang ditujukan pada kelompok orang sehat yang belum beresiko.

  2. Pencegahan primer
    Upaya awal pencegahan penyakit kardiovaskular sebelum seorang menderita, dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor-faktor risiko penyakit terutama pada kelompok berisiko tinggi. Sasaran pada pencegahan primer ini terhadap pencegahan berkembangnya
    proses aterosklerosis secara dini atau pada kelompok usia muda.

  3. Pencegahan sekunder
    Upaya pencegahan keadaan penyakit kardiovaskular yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Diperlukan perubahan pola hidup dan kepatuhan berobat terhadap mereka yang sudah menderita penyakit. Pencegahan ini ditujukan untuk mempertahankan nilai prognostik yang lebih baik dan menurunkan mortalitas.

  4. Pencegahan tersier
    Upaya mencegah komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan ini dapat dilakukan melalui terapi farmakologik.

Selain itu, terdapat upaya pencegahan yang sederhana yang dikembangkan oleh Guru Besar FK UI, Prof. Dede Kusmana. Upaya pencegahan dilakukan berdasarkan tingkat risiko penyakit kardiovaskular yang disesuaikan dengan faktor-faktor risiko penyakit, seperti Diabetes Mellitus, aktivitas fisik, merokok, hipertensi, dan obesitas, yang dikenal dengan nama skor kardiovaskular Jakarta.

Seperti yang terdapat pada panduan AHA (2002) mengenai upaya preventif primer penyakit kardiovaskular pada individu dewasa yang berumur diatas 20 tahun untuk mengukur nilai faktor risiko kardiovaskular. Pemeriksaan faktor risiko tersebut dilakukan sekurang-kurangnya 5 tahun sekali dan 2 tahun sekali khususnya pada individu berusia ≥ 40 tahun atau yang mempunyai faktor risiko. (Pearson, et al, 2007)

Skor Kardiovaskular Jakarta


Skor Kardiovaskular Jakarta mengacu pada studi Framingham yang dimodifikasi sehingga lebih sederhana dan dapat dipakai pada masyarakat. Skor risiko diperoleh dari nilai risiko pada variabel jenis kelamin, umur, aktivitas fisik, tekanan darah, tinggi dan berat badan, riwayat diabetes, serta perilaku merokok. Skorring ini dapat dijadikan prakiraan kejadian kardiovaskular yang dilakukan dengan sederhana dan mudah tanpa melakukan pemerikasaan laboratorium untuk mengukur kadar kolesterol. Begitu halnya untuk penderita diabetes dapat dilakukan dengan menelusuri riwayat penyakit dari tenaga kesehatan setempat.
Skor Kardiovaskular Jakarta mempunyai sensitifitas (77,9%) dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90%, nilai prediksi positif sebesar 92,2% dan nilai prediksi negatif 72,8% terhadap skoring studi Framingham. Skor tersebut didasarkan atas jenis kelamin, umur, tekanan darah (kritera JNC-VI), merokok, Diabetes Mellitus, indeks massa tubuh, dan aktivitas fisik mingguan.

Urutan faktor risiko yang dilakukan pengukuran dan upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

  1. Jenis Kelamin
    Jenis kelamin perempuan mendapat skor 0 sedangkan jenis kelamin laki- laki mendapat skor 1. Tidak ada upaya pengendalian untuk jenis kielamin karena jenis kelamin merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi.

  2. Umur
    Kategori umur 25-49 tahun mempunyai nilai skor -4, kategori umur 35-39 tahun mempunyai nilai skor -3, kategori umur 40-44 tahun mempunyai nilai skor -2, kategori umr 45-49 tahun mempunyai nilai skor 0, kategori umur 50-54 tahun mempunyai nilai skor 1, kategori umur 55-59 mempunyai niai skor 2, sedangkan skor tertinggi yaitu 3 terdapat pada umur 60-64 tahun.

  3. Tekanan Darah
    Skor minimal yang dicapai pada pada faktor risiko tekanan darah adalah skor 0 pada tekanan darah normal (< 130/<85 mmHg). Pada tekanan darah 130-139/85-89 mempunyai skor 1, pada tekanan darah 140-159/90-99 mempunyai skor 2, pada tekanan darah 160-179/100-109 mempunyai skor 4, sedangkan skor tertinggi pada hipertensi tingkat 3 yaitu tekanan darah

180/>110 mmHg) dengan nilai skor 4.

  1. Indeks massa tubuh
    Obesitas dengan IMT > 30 kg/m2 mempunyai skor tertinggi yaitu 2, pada IMT 26-29 mempunyai skor 1, sedangkan untuk kategori normal yaitu IMT <25 kg/m2 mendapat nilai skor minimal yaitu 0.

  2. Merokok
    Perilaku merokok yang diukur meliputi tidak merokok sama sekali dengan atau berhenti merokok > 10 tahun nilai skor 0, mantan perokok yaitu tidak merokok atau stop merokok > 2 tahun dan < 10 tahun dengan nilai skor 3, dan perokok atau baru berhenti merokok < 2 tahun dengan nilai skor 4.

  3. Diabetes Mellitus (DM)
    Penderita DM mempunyai skor 2, sedangkan yang bukan penderita DM mempunyai skor 0.

  4. Aktivitas Fisik
    Kategori tidak ada aktivitas fisik mendapat nilai skor 2, ringan nilai skor 1, dan sedang nilai skor 0, sedangkan yang dinyatakan dengan aktivitas fisik berat mendapat nilai skor -3.

Nilai skor yang dihasilkan merupakan penjumlahan dari masing-masing variabel tersebut, antara lain:

  1. Skor -7 sampai 1 digolongkan risiko rendah
  2. Skor 2 sampai 4 digolongkan risiko sedang
  3. Skor ≥ 5 digolongkan risiko tinggi.

Skor kardiovaskular Jakarta ini digunakan dengan tujuan mencegah penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan stroke) pada 10 tahun mendatang. Berdasarkan skor tersebut setiap orang dapat melakukan upaya pencegahan secara aktif dengan meminimalkan skor yang saat ini dimilikinya. Selain itu semakin rendah skor yang dihasilkan maka semakin kecil kemungkinan terkena penyakit kardiovaskular. Skor risiko rendah mempunyai persentase kemungkinan mengalami penyakit kardiovaskular sebesar < 10%, skor risiko sedang mempunyai persentase kemungkinan 10-20% dan skor tinggi mempunyai persentase kemungkian > 20%.

Upaya pencegahan yang dilakukan bergantung pada skor yang dimiliki. Upaya yang dilakukan untuk skor rendah adalah mempertahankan kebisaan hidup sehat, skor risiko sedang dengan mengubah gaya hidup sehingga faktor risiko dapat diatasi dan skor menjadi lebih rendah. Sedangkan untuk skor tinggi adalah segera berkonsultasi dengan dokter, mengatasi faktor-faktor risiko kardiovaskular yang ada, dan mengubah gaya hidup tidak sehat.