Bagaimana Asuhan Gizi pada Penyakit TBC?

image

Bagaimana Asuhan Gizi pada Penyakit TBC?

Tujuan memberikan asuhan gizi pada pasien TB adalah mempertahankan atau mencapai status gizi normal. Penyakit TB merupakan penyakit saluran pernafasan yang berbahaya, karena bisa menjadi penyakit kronik yang panjang bahkan mematikan jika tidak melakukan pengobatan dengan baik. Kunci utama disiplin dalam melakukan terapi obat dan asuhan gizi yang adekuat. Ironisnya banyak sekali pasien TB yang kurang memperhatikan gizi karena merasa bahwa gizi itu mahal. Oleh karena dalam mmeberikan asuhan gizi proses pengkajian gizi sebaiknya dilakukan secara komprehensif, sehingga dalam intervensi disesuaikan dengan kondisi nyata pasien, dan jika ada perlu tenaga kesehatan termasuk ahli gizi membantu pemecahan masalah sehingga makanan yang adekuat dapat disiapkan, tetapi dengan kondisi yang terbatas. Langkah-langkah dalam memberikan asuhan gizi diuraikan berikut ini:

Assesement :

  • Medis : diagnosa kondisi kesehatan sebelumnya.

  • Obat : jenis obat yang diberikan apakah ada yang antagonis dengan zat gizi.

  • Riwayat sosial: status ekonomi, daya beli terhadap makanan, dukungan keluarga/teman, tingkat pendidikan, lokasi rumah.

  • Antropometri: TB; BB saat ini, riwayat BB (BB tertinggi yang pernah dicapai, BB biasanya). IMT bagi dewasa, dan anak adalah BB/TB dengan standar pertumbuhan anak, WHO 2005.

  • Biokimia: Protein visceral (albumin, prealbumin), Hematologi (haemoglobin, hematokrit),kemampuan imunologi hasil lab, elektrolit, pH, glukosa, gas darah arteri, serum alkalin phosphate (vitamin D), protombrin time (vitamin K); serum carotene, retinol binding protein (vit. A), serum tocopherol (vit E), erytrosit hemolysis (vitamin E), serum seng (seng).

  • Klinis : lemas,

  • Riwayat gizi : kebiasaan makan, food recall 1 x 24 jam, apakah ada gangguan fungsi menelan/mengunyah, apakah ada kemampuan untuk memasak atau menyediakan makan, alergi makanan, makanan yang dibatasi sebelumnya, agama, budaya, suku yang terkait dengan pola makan, edukasi gizi yang pernah diperoleh.

Diagnosa gizi

Diagnosa gizi yang sering ditemui pada pasien penyakit TB adalah:

  1. Inadekuat asupan makanan/minuman.

  2. Hypermetabolime.

  3. Inadekuat asupan energi.

  4. Ianadekuat asupan protein.

  5. Interaksi makanan dan obat.

  6. Gizi kurang.

  7. Penurunan berat badan yang tidak disengaja.

  8. Kesulitan menelan/kesulitan mengunyah.

Contoh: NC. 3.2. Pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak disengaja yang dibuktikan dengan terjadi penuruan BB yang tidak direncanakan 10% dalam 3 bulan terakhir yang diikuti dengan lemas.

Intervensi

  • Pasien akan mengkonsumsi minimum 2200 kkal per hari.

  • Meningkatkan densitas gizi makanan yang dikonsumsi dengan memberikan edukasi dengan untuk memilih dan menyiapakan makanan.

  • Memberika regimen diet dengan cukup lemak, tinggi asam lemak tidak jenuh tunggal, tinggi vitamin C, zat besi, tinggi vitamin A, B6, B1 dan D.

  • Bentuk makanan lunak, cukup cairan dan serat.

Monitoring dan evaluasi :

  1. Monitor berat badan minimal satu minggu seklai.

  2. Pasien akan dimonitor asupan makanan perhari.

  3. Indikator keberhasilan pengobatan TB salah satunya adalah peningkatan BB dan protein darah (albumin dan haemoglobin).

CONTOH KASUS PENYAKIT TB


Kasus dengan ADIME dan rencana terapi gizinya lengkap dengan rencana menunya: Anak laki-laki, usia 5 tahun. BB 6 bulan yang lalu 14 kg, BB sekarang 11 kg, TB 90 cm. LILA = 9 cm. Masuk rumah sakit karena TB dan Gizi kurang. Keluhan yang dirasakan adalah diare, demam, batuk, lemas, kaki lemas, bengkak pada kaki dan tangan. Diagnosa dokter adalah TB Miller dan Gizi Buruk Marasmik-Kwashiorkor. Kondisi klinis adalah mata pucat, pupil bulat isokor, wajah seperti prang tua. Hasil Laboratorium menun jukkan kadar Hb 7.9 gr/dl, hematokirit 24,7%, leukosit 1130 rb/ml, dan trombosit 573.000 rb/ml. Kebiasaan makan adalah Makanan utama 3x sehari: bubur 5 sdm + ikan rebus ½ potong +sayur wortel 2 sdm, Snack 2x sehari :Biskuit 3 keping, susu 1 gelas ( 2 sdm susu bubuk + gula 1 sdm).

Assessment

  • Diagnosa Penyakit dan Riwayat Personal Pasien laki-laki, usia 5 tahun

  • Diagnosis Dokter: TB Miller dan Gizi Buruk Marasmik-Kwashiorkor.

  • SMRS : Diare, batuk, lemas, kaki lemas, bengkak pada kaki dan tangan.

  • MRS: demam.

Data Antropometri

  1. TB : 90 cm AD-1.1.1
  2. BB sekarang : 11 kg AD-1.1.2
  3. BB SMRS : 14 kg
  4. LILA : 9 cm
  5. Perubahan BB : turun 3 kg dalam 3 bulan AD-1.1.4
  6. IMT/U SMRS : 17,28 kg/m2
    IMT/U sekarang : 13,58 kg/m2

Data Biokimia
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hb 7,9 gr/dl 16-Dec Rendah
Ht 24,7 % 36-46 Rendah
Leukosit 1130 rb/ml 5000-10.000 Rendah
Trombosit 573000 rb/ml 150.000-400.000 Tinggi

Klinis/Fisik

  • Mata pucat, pupil bulat isokor.

  • Gigi dan mulut mukosa lembab, wajah seperti orang tua Iga gambang dan odema di perut ,tangan, dan kaki.

Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan Hasil Kadar Normal Satuan
Tekanan Darah 90/50 (rendah) 130-150/80/90 mmHg Rendah
Nadi 140 (tinggi) 70-80 x / menit Rendah
Suhu Tubuh 39 (tinggi) 36,6-37,2 x / menit Rendah
Trombosit 573000 rb/ml 150.000-400.000 Tinggi

Dietary History
Kebiasaan Makan

  1. Makanan utama 3x sehari : bubur 5 sdm (¼ p) + ikan rebus ½ potong (½ p) + sayur wortel 2 sdm (1/4 p).

  2. Snack 2x sehari :

  3. Biskuit 3 keping (¾ p), susu 1 gelas (susu bubuk ½ p + gula 1p).

  4. Selama hari ke-3 di rumah sakit mendapat makanan formula untuk anak gizi buruk dan dapat menghabiskan 80%.

Analisis Kuantitatif

Jenis Porsi Energi(kkal) Protein(gr) Lemak(gr) KH(gr)
Makanan
Karbohidrat 2 ¼ P 393,75 9 - 90
Protein 1 ½ P 75 10,5 3 -
Hewani
Protein - - - - -
nabati
Sayur ¾ p 18,75 0,75 - 3,75
Buah - - - - -
Minyak - 45 - 5 -
Gula 2P 102,44 - - 24,4
Susu 1p 75 7 - 10
JUMLAH 710,27 27,25 8 128,15

Analisis Kualitatif

  • Kurang energi.

  • Kurang asupan protein.

  • Kurang asupan karbohidrat dan sayur.

Perhitungan Kebutuhan:


Kebutuhan Energi : (BB CDC + penambahan BB/minggu – oedema) x Kebutuhan
Energi Fase Transisi

  • BB CDC = 14 kg

  • Penambahan BB (50 gr/kgBB) = 50 gr/kgBB x 11 kg = 550 gr = 0,55 kg

  • Koreksi Odem Tingkatan Oedema Berat = 30 x BB sekarang = 30 x 11 kg = 3,3 kg

  • Kebutuhan Energi Fase Transisi (100-150 kkal/kgBB/hr)

  • Kebutuhan energinya :14 + 0,55 – 3,3 = 11,25 kg x 120 kkal/kgBB/hr = 1350 kkal

  • Kebutuhan protein (34gr) : 11,25 kg x 4 gr = 45 gr (13.3 %)

  • Kebutuhan lemak : 40 % x 1350/ 9 = 60 gr

  • Kebutuhan karbohidrat : 46.7 % x 1350 kkal /4 = 157,6 gr

Kebutuhan energi Fase Rehabilitasi (150-200 kkal/kgBB/hari)

  • Diasumsikan BB anak sudah naik menjadi 12 kg, sudah tidak oedema dan tidak ada diare, maka kebutuhan gizinya: 12 kg x 150 kkal/kg/BB = 1800kkal

  • Kebutuhan proteinnya = 12 kg x 5 g = 60 g

  • Kebutuhan lemak = 30 % x 1800 kkal= 540 kkal/9= 60 gr

  • Kebutuhan CHO = 1800- {(60x4) – 540 kkal }= 205 kkal

Perbandingan Asupan Makanan dengan Kebutuhan

  • Energi = 710 / 1350 x100% = 52,59 % (kurang)
  • Protein = 27,25 / 45 x100% = 69,55 % (normal)
  • Lemak = 8 / 60 x 100% = 13,3 % (kurang)
  • Karbohidrat = 128.15 / 151,9 x100%= 84,4% (normal)

Diagnosis Gizi
image
image

Penetapan Diagnosis Gizi:

  • PES : Inadekuat asupan energi (NI.4.3) berhubungan dengan penyakit infeksi ditandai dengan asupan energi 49.2%.

  • PES: Inadekuat asupan lemak (NI. 51.1.) yang berhubungan dengan penyakit infeksi

  • yang ditandai dengan asupan lemak kurang 4.3%.

  • PES : Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (NC.2.2) yang disebabkan adanya

  • penyakit infeksi TB yang ditandai dengan nilai Haemoglobin, hematocrit, leukosit yang rendah dan nilai trombosit tinggi.

  • PES : status gizi kurang (NC.3.1) berkaitan dengan asupan makanan yang rendah ditandai dengan nilai Z-score -3.

  • PES : pemilihan dan penggunaan bahan makanan yang salah disebakan kurangnya pengetahuan yang ditandai dengan kurang tepatnya pemilihan makanan sehingga supan rendah.

Intervensi Gizi Penetapan tujuan:

  1. Meningkan asupan energi, dan zat gizi secara bertahap untuk mencapai status gizi normal.

  2. Memberikan makanan dengan 1350 kkal pada tahap transisi sampai keluahan diara dan demam dapat diatasi.

  3. Meningkatkan nilai laboratorium menjadi normal.

  4. Memberikan edukasi kepada keluarga /pengasuh mengenai bagaimana menyaipakan makanan pada tahap transisi dan kapan pasien diberikan boleh kembali diberikan.

Syarat diet :

  • Energi diberikan 1350 kkal dengan 6 kali pemberian yaitu (3 x 250 cc dan 3 x 200 cc) tahap transisi, jika aman akan diteruskan sampai 1500 kkal untuk mengembalikan berat badan semula.

  • Upayakan semua peralatan dan bahan makanan bersih.

  • Cukup cairan, vitamin dan mineral tertutama vitamin A,C, D, B6, seng dan Fe).