Bagaimana Asuhan Gizi pada Penyakit Hati?

image

Bagaimana Asuhan Gizi pada Penyakit Hati?

Penderita penyakit hati mengalami berbagai masalah gizi yang dapat mempengaruhi status gizinya. Asuhan gizi bagi penderita penyakit hati akan berhasil dengan baik, jika dilakukan dengan langkah-langkah pada proses asuhan gizi terstandar. Langkah pertama adalah asesmen gizi untuk mengkaji masalah gizi yang mungkin terjadi pada penderita penyakit hepatitis. Penderita penyakit hepatitis dengan manifestasi yang ada dapat memberikan implikasi gizi. Implikasi gizi pada penderita penyakit Hepatitis adalah sebagai berikut :

Asupan oral inadekuat, hal ini dapat terjadi karena adanya gejala-gejala mual, muntah, hilang nafsu makan, nyeri abdomen, anoreksia, demam, dll.

  • Penurunan berat badan yang tidak diharapkan, dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat.

  • Defisiensi zat gizi dapat terjadi karena asupan oral yang inadekuat.

  • Interaksi obat dan makanan (treatment HCV).

Untuk mendapatkan data asupan makanan untuk menentukan konsumsi makanan/cairan dan yang dapat diterima oleh pasien, dilakukan dengan metode survei konsumsi 24-hour recall, diet history, atau food diary. Selain data asupan, pada langkah asesmen gizi juga dibuthkan data biokimia dan data fisik klinis untuk menunjang penetapan diganosa gizi (langkah kedua dari proses asuhan gizi terstandar).

Berikut adalah contoh komponen yang dikumpulkan untuk dikaji pada langkah asesmen gizi pada pasien dengan hepatitis, berikut interpretasinya.

image
image

Setelah dilakukan asesmen gizi, akan didapatkan kemungkinan-kemungkinan masalah gizi pada pasien penyakit hepatitis, yang akan disebut sebagai diagnosa gizi. Beberapa kemungkinan masalah gizi pada pasien penyakit hepatitis adalah:

inadekuat asupan oral; inadekuat asupan protein dan energi; interaksi obat dan makanan; gangguan utiliasi zat gizi (perubahan kemampuan memetabolisme zat gizi dan substansi bioaktif); dan penurunan berat badan yang tidak diharapkan.

Beberapa contoh diagnosa gizi pada pasien dengan hepatitis :

  1. Gangguan utilisasi zat gizi (P atau Problem) berkaitan dengan hepatitis (E atau Etiologi) ditandai / dibuktikan dengan SGOT dan SGPT abnormal, bilirubin tinggi, tampak kuning (SS atau Signs dan Symtomps).

  2. Asupan oral tidak adekuat (P atau Problem) berkaitan dengan mual, muntah (E atau Etiologi) ditandai / dibuktikan dengan asupan energi kurang dari kebutuhan, penurunan berat badan, dan tampak kurus (SS atau Signs dan Symtomps).

Catatan : Ingat penulisan Diagnosa Gizi dengan PES.

INTERVENSI GIZI

Setelah diagnosa gizi ditetapkan, langkah selanjutnya adalah Intervensi gizi. Intervensi gizi yang direncanakan harus ada benang merahnya dengan diagnosa gizi yang telah ditetapkan. Dimana P (Problem) pada diagnosa gizi mengarahkan tujuan intervensi; dan E (Etiologi) pada diagnosa gizi menentukan strategi intervensi gizi yang terdiri dari 4 domain.

Secara umum tujuan intervensi gizi pada penyakit hati adalah untuk mencapai status gizi optimal atau mempertahankan status gizi optimal tanpa memberatkan fungsi hati. Tujuan intervensi disesuaikan dengan masalah gizi yang ada dan untuk mendukung regenerasi sel; memberikan makanan dan cairan yang terbaik; memodifikasi frekuensi makan yang sering dengan porsi kecil untuk mengatasi anoreksia; dan tidak ada pembatasan makanan selain alkohol.

image

Intervensi Gizi terdiri dari 4 domain, yaitu pemberian diet, edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi.

Pemberian diet atau preskripsi diet pada penyakit hepatitis (Penuntun Diet, 2004):

  • Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein, yaitu 40-45 Kalori/kg berat badan

  • Protein agak tinggi sebagai upaya anabolisme protein, 1.2 – 1.5 gram/kg berat badan

  • Kebutuhan lemak cukup, yaitu 20-25% total energi dengan bentuk mudah cerna atau emulsi. Bila ada gangguan utilisasi lemak (jaundice atau steatorrhea), maka diberikan :

    • pembatasan lemak < 30%

    • kurangi lemak sumber Long Chain Triglycerides (LCT) atau lemak dengan rantai carbon panjang dan gunakan lemak sumber Medium Chain Triglycerides (MCT) atau lemak dengan rantai karbon sedang, karena lemak ini tidak membutuhkan aktivasi enzim lipase dan empedu dalam metabolismenya. Namun penggunaan harus hati-hati jika ada risiko diare

  • Kebutuhan karbohidrat, merupakan sisa total energi, dan didistribusikan dalam satu hari dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia.

  • Kebutuhan Vitamin sesuai tingkat defisiensi. Bila perlu dengan suplemen vitamin B kompleks, vitamin C, dan vitamin K.

  • Kebutuhan Mineral sesuai kebutuhan, jika perlu diberikan suplemen zat besi (Fe), seng (Zn), Magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan Fosfor §. Untuk natrium (Na) dibatasi bila ada udema atau asites, yaitu 2 gram/hari.

  • Kebutuhan cairan diberikan lebih dari biasa, kecuali bila ada kontraindikasi, seperti udema atau asites.

  • Bentuk makanan lunak (bila ada mual dan muntah) atau bentuk makanan biasa.

  • Rute makanan disesuaikan dengan kondisi pasien.

  • Pemilihan bahan makanan, ada bahan makanan yang dibatas dan tidak dianjurkan. Bahan makanan yang dibatasi adalah bahan makanan sumber lemak (daging berlemak), dan bahan makanan yang mengandung gas, seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun, durian, nangka. Sedangkan bahan makanan yang tidak dianjurkan adalah makanan dan minuman mengandung alkohol, teh dan kopi kental.

Contoh preskripsi gizi dengan tujuan memberikan makanan sesuai kemampuan tubuh dengan gangguan metabolisme zat gizi.

Diet 1500 Kalori, 30 gram protein, 184 gram karbohidrat, 60 gram lemak, cairan 750 ml. Batasi bahan makaan sumber lemak dan gas dan bahan makanan yang mengandung kafein, pemberian makan dengan frekuensi 6 kali dengan porsi kecil, rute oral.

Untuk intervensi gizi domain edukasi, konseling dan koordinasi gizi, dapat direncanakan sebagai berikut :

  1. Edukasi gizi dengan memberi motivasi dan informasi serta bekerjasama dalam mencapai tujuan terapi diet.

  2. Konseling gizi direncanakan dengan merancang bersama untuk memodifikasi diet (jumlah, jenis, dan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi untuk mencapai status gizi yang optimal)

  3. Koordinasi gizi adalah konsultasi, merujuk atau koordinasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian asuhan gizi bagi pasien hepatitis agar tercapai.

MONITORING DAN EVALUASI GIZI

Langkah terakhir dari asuhan gizi dengan Proses Asuhan Gizi Tersatndar adalah Monitoring dan Evaluasi Gizi. Tujuan langkah ini adalah untuk melihat efektifitas intervensi gizi dan progres dari tujuan perencanaan yang telah dibuat. Komponen yang dimonitor dan dievaluasi sesuai dengan tanda dan gejala (Sign dan Symptom atau SS) dari masalah gizi yang telah ditetapkan, yaitu : toleransi pasien terhadap makanan yang diberikan, perubahan berat badan pasien, perubahan nilai laboratorium, serta kenyamanan pasien terutama dalam hal makan

image

image