Bagaimana asal usul kuliner angkringan di Indonesia?

Bagaimana asal usul kuliner Angkringan di Indonesia?

Angkringan (berasal dari bahasa Jawa angkring yang berarti alat dan tempat jualan makanan keliling yang pikulannya berbentuk melengkung ke atas) adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman di pinggir jalan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Beroperasi mulai sore hari, ia mengandalkan penerangan tradisional yaitu senthir (ind.lentera, penerangan sangat sederhana tanpa kaca semprong dibanding dengan lampu tempel atau teplok yang terdiri dari botol biasanya berukuran pendek lengkap dengan sumbu dan minyak tanah atau minyak kelentik sebagai bahan bakarnya), dan juga dibantu oleh terangnya lampu jalan.

Istilah angkringan berasal dari kata angkring atau nangkring yang dalam bahasa Jawa memiliki arti duduk santai. Konsep warung angkringan ini berbentuk gerobak yang atasnya dilapisi dengan terpal ataupun tenda plastik. Warung angkringan ini biasanya buka dari siang hingga menjelang shubuh. Sungguh pas buat anak muda yang suka nongkrong dengan duit pas pas an.

Istilah angkringan sangat identik dengan kota Yogyakarta. Pada tahun 1950-an, tempat angkringan lahir dari Kota Pelajar ini. Warung angkringan ini memiliki menu yang sangat digemari yaitu nasi kucing – kalau orang Jawa menyebutnya sego kucing. Kenapa nasi kucing sebagai menu favorit? Konon katanya, zaman dahulu kala orang orang yang berkunjung ke angkringan merupakan orang kasta bawah (wong cilik). Nah karena yang beli adalah wong cilik maka menu yang dihidangkan pun harus sesuai.

Nasi kucing ini selain harganya murah, makan 3 atau 4 bungkus juga membuat perut kenyang. Biasanya lauk pauk seperti tempe sambal kering, teri goreng, sate telur puyuh, sate usus, sate ceker, dan ikan bandeng menjadi menu tambahan. Sedangkan untuk minuman, umumnya menjual wedang jahe, susu jahe, teh manis, air jeruk dan kopi.