Bagaimana anatomi sistem respirasi atau sistem pernapasan pada manusia?

Pernapasan adalah peristiwa menghirup atau pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh. (Syaifudin, 1997).

Bagaimana anatomi sistem pernapasan pada manusia ?

Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O2) yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.

STRUKTUR SISTEM RESPIRASI

Sistem pernapasan atau respirasi terdiri dari:

  1. Saluran napas bagian atas
    Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disaring dan dilembabkan

  2. Saluran napas bagian bawah
    Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli

  3. Paru, terdiri dari :

    • Alveoli, terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2
    • Sirkulasi paru. Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
  4. Rongga Pleura
    Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura viseralis

  5. Rongga dan dinding dada
    Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi

Saluran Nafas Bagian Atas

1. Rongga hidung

image

Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal :

  • Dihangatkan
  • Disaring
  • Dan dilembabkan

Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari : Psedostrafied ciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel goblet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara).

Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke :

  • Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius)
  • Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah)
  • Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

Saluran Napas Bagian Bawah

image

  1. Laring
    Terdiri dari tiga struktur yang penting

    • Tulang rawan krikoid
    • Selaput/pita suara
    • Epilotis
    • Glotis
  2. Trakhea
    Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus.

  3. Bronkhi
    Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea.

    • Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior.
    • Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior
  4. Alveoli

    image

    Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial.

    • Membran alveolar :

      • Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
      • Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant.
      • Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel
  • Ruang Interstisial (Interstitial space) merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.

Surfactant

Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normal surfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat dihindari.

Sirkulasi Paru

Mengatur aliran darah vena – vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali ke ventrikel kiri.

Paru

Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

Rongga dan Dinding Dada

Rongga ini terbentuk oleh:

  • Otot –otot interkostalis
  • Otot – otot pektoralis mayor dan minor
  • Otot – otot trapezius
  • Otot –otot seratus anterior/posterior
  • Kosta- kosta dan kolumna vertebralis
  • Kedua hemi diafragma

Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.

image

PARU-PARU

Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

image

SIRKULASI PARU

  1. Pulmonary blood flow total = 5 liter/menit
    Ventilasi alveolar = 4 liter/menit
    Sehingga ratio ventilasi dengan aliran darah dalam keadaan normal = 4/5 = 0,8

  2. Tekanan arteri pulmonal = 25/10 mmHg dengan rata-rata = 15 mmHg.
    Tekanan vena pulmonalis = 5 mmHg, mean capilary pressure = 7 mmHg
    Sehingga pada keadaan normal terdapat perbedaan 10 mmHg untuk mengalirkan darah dari arteri pulmonalis ke vena pulmonalis

  3. Adanya mean capilary pressure mengakibatkan garam dan air mengalir dari rongga kapiler ke rongga interstitial, sedangkan osmotic colloid pressure akan menarik garam dan air dari rongga interstitial kearah rongga kapiler. Kondisi ini dalam keadaan normal selalu seimbang.Peningkatan tekanan kapiler atau penurunan koloid akan menyebabkan peningkatan akumulasi air dan garam dalam rongga interstitial.

TRANSPOR OKSIGEN

  1. Hemoglobin
    Oksigen dalam darah diangkut dalam dua bentuk:

    • Kelarutan fisik dalam plasma
    • Ikatan kimiawi dengan hemoglobin

    Ikatan hemoglobin dengan tergantung pada saturasi O2, jumlahnya dipengaruhi oleh pH darah dan suhu tubuh. Setiap penurunan pH dan kenaikkan suhu tubuh mengakibatkan ikatan hemoglobin dan O2 menurun.

  2. Oksigen content
    Jumlah oksigen yang dibawa oleh darah dikenal sebagai oksigen content (Ca O2 )

    • Plasma
    • Hemoglobin

REGULASI VENTILASI

Kontrol dari pengaturan ventilasi dilakukan oleh sistem syaraf dan kadar/konsentrasi gas-gas yang ada di dalam darah

Pusat respirasi di medulla oblongata mengatur:

  • Rate impuls
  • Respirasi rate
  • Amplitudo impuls
  • Tidal volume

Pusat inspirasi dan ekspirasi : posterior medulla oblongata, pusat kemo reseptor : anterior medulla oblongata, pusat apneu dan pneumothoraks : pons.

Rangsang ventilasi terjadi atas : PaCO2, pH darah, PaO2

Anatomi Pernapasan pada Manusia


Anatomi saluran napas atas terdiri atas hidung, sinus paranasal, tulang turbinasi, faring, laring dan trakea. Hidung terdiri atas bagian internal (bagian yang menonjol pada wajah) dan eksternal (rongga berlorong yang dipisahkan septum). Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang banyak mengandung vaskular (mukosa hidung). Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang (nasofaring) dengan adanya gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dalam paru-paru, sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru.

Sinus paranasal berfungsi sebagai bilik peresonansi saat berbicara. Sinus menjadi tempat yang biasanya terjadi infeksi. Tulang turbinasi dengan bentuk dan posisinya mampu meningkatkan permukaan membran mukosa saluran hidung dan untuk sedikit menghambat aurs udara yang mengalir. Arus udara yang memasuki lubang hidung bersentuhan dengan permukaan membran mukosa yang luas, lembab dan hangat yang menangkap partikel-partikel debu dan organisme dalam udara yang dihirup. Udara yang dilembabkan dan dihangatkan tersebut sesuai dengan suhu tubuh dan dihubungkan dengan saraf sensitif. Saraf tersebut dapat mendeteksi bau dan mencetuskan bersin untuk mengeluarkan debu yang mengiritasi.

Faring merupakan penghubung hidung dan rongga mulut ke laring. Faring terbagi menjadi tiga bagian, yaitu nasal, oral dan laring. Faring dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut merupakan penghubung penting ke nodus limfe dagu yang menjaga tubuh dari serangan organisme yang memasuki hidung dan tenggorok. Faring berfungsi sebagai penyedia saluran pada traktus respiratoris dan digestif.

Laring merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea. Laring berfungsi untuk terjadinya vokalisasi, melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk

Anatomi Paru


Paru merupakan struktur elastik yang dibungkus dalam toraks sebagai suatu bilik udara kuat dengan dinding (pleura) yang dapat menahan tekanan. Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan diafragma. Gerakan ini meningkatkan dan menurunkan kapasitas dada. Kapasitas dalam dada meningkat, maka udara masuk melalui trakea, terjadilah inspirasi dikarenakan adanya penurunan tekanan di dalam dan pengembangan paru. Sementara itu, ekspirasi terjadi ketika dinding dada dan diafragma kembali pada ukurannya semula dimana paru-paru mengempis dan mendorong udara keluar melalui bronkus dan trakea. Fase inspirasi dari penapasan normal membutuhkan energi, sedangkan fase ekspirasi secara normal bersifat pasif. Inspirasi menempati sepertiga dari siklus pernapasan dan ekspirasi sebanyak dua pertiganya.

  • Pleura

    Pleura merupakan bagian terluar paru-paru yang dikelilingi oleh membran halus, licin, dan meluas untuk membungkus dinding interior toraks dan permukaan superior diafragma. Pleura parietalis melapisi toraks dan pleura viseralis melapisi paru-paru. Antara kedua pleura ini terdapat ruang, yakni spasium pleura yang mengandung sejumlah kecil cairan yang melicinkan permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama proses ventilasi.

  • Mediastinum

    Mediastinum merupakan dinding yang membagi rongga toraks menjadi dua bagian dan terbentuk dari dua lapisan pleura.

  • Lobus

    Paru-paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri atas lobus bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas, tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua segmen yang dipisahkan oleh fisura sebagai perluasan pleura.

  • Bronkus dan bronkiolus

    Bronkus yang terdapat di dalam setiap lobus paru terbagi-bagi. Pertama, bronkus lobaris yang terdapat tiga pada paru kanan dan dua pada paru kiri. Bronkus lobaris itu sendiri dibagi menjadi bronkus segmental (sepuluh pada paru kanan dan delapan pada paru kiri). Bronkus segmental dibagi lagi menjadi bronkus subsegmental dan dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik, dan saraf.

    Bronkus segmental membentuk percabangan menjadi bronkiolus yang tidak mempunyai kartilago di dalamnya. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir dengan membentuk selimut tidak terputus untuk lapisan bagian dalam jalan napas. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel- sel yang permukaannya dilapisi oleh rambut pendek (silia). Silia menghasilkan gerakan menyapu yang konstan dan berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan benda asing menjauhi paru menuju laring.

    Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara konduksi dan jalan udara pertukaran gas. Bronkiolus respiratori mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar kemudian alveoli.

  • Alveoli

    Paru-paru terbentuk oleh 300 juta alveoli yang tersusun ke dalam kluster- kluster yang mencapai 15 hingga 20 alveoli. sel-sel alveolar terbagi ke dalam tiga jenis, tipe I merupakan sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel-sel alveolar tipe II merupakan sel-sel yang aktif secara metabolik, mensekresi surfaktan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III merupakan makrofag yang memakan benda asing, seperti lendir dan bakteri dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan.

Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya. Secara umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air. Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar.

Sistem Respirasi untuk Hidup

Pernapasan pada manusia mencakup dua proses, yaitu :

  • Pernapasan eksternal
    Adalah pernapasan dimana pertukaran oksigen dan karbon dioksida yang terjadi antara udara dalam gelembung paru-paru dengan darah dalam kapiler.

  • Pernapasan internal
    Adalah pernapasan dimana pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh.

Dalam proses pernapasan, oksigen dibutuhkan untuk oksidasi (pembakaran) zat makanan. Zat makanan yang dioksidasi tersebut yaitu gula (glukosa). Glukosa merupakan zat makanan yang mengandung energi. Proses oksidasi zat makanan, yaitu glukosa, bertujuan untuk menghasilkan energi. Jadi, pernapasan atau respirasi yang dilakukan organisme bertujuan untuk mengambil energi yang terkandung di dalam makanan.
Hasil utama pernapasan adalah energi. Energi yang dihasilkan digunakan untuk aktivitas hidup, misalnya untuk pertumbuhan, mempertahankan suhu tubuh, pembelahan sel-sel tubuh, dan kontraksi otot.

Alat Pernafasan Pada Manusia

  1. Rongga Hidung
    Rongga hidung merupakan jalan masuk oksigen untuk pernapasan, dan jalan keluar karbon dioksida serta uap air sisa pernapasan. Di dalam rongga hidung terjadi penyaringan udara dari debu-debu yang masuk bersama udara. Udara yang masuk ke dalam rongga hidung juga mengalami proses penghangatan agar sesuai dengan suhu tubuh kita. Demikian juga pula kelembapan udara diatur agar sesuai dengan kelembapan tubuh kita.

  2. Faring (tekak)
    Faring berbentuk seperti tabung corong yang terletak di belakang rongga hidung dan mulut. Faring berfungsi sebagai jalan bagi udara dan makanan. Selain itu, faring juga berfungsi sebagai ruang getar untuk menghasilkan suara.

  3. Laring (pangkal tenggorokan)
    Laring terdapat di antara faring dan trakea. Dinding laring tersusun dari sembilan buah tulang rawan. Salah satu tulang rawan tersusun dari dua lempeng kartilago hialin yang menyatu dan membentuk segitiga. Bagian ini disebut jakun. Di dalam laring terdapat epiglotis dan pita suara. Epiglotis merupakan kartilago elastis yang berbentuk seperti daun. Epiglotis dapat membuka dan menutup. Pada saat menelan makanan, epiglotis menutup sehingga makanan tidak masuk ke tenggorokan tetapi menuju kerongkongan. Pita suara merupakan selaput lendir yang membentuk dua pasang lipatan dan dapat bergetar menghasilkan suara.

  4. Trakea (batang tenggorokan)
    Trakea berbentuk seperti pipa yang terletak memanjang di bagian leher dan rongga dada (toraks). Trakea tersusun dari cincin tulang rawan dan otot polos. Dinding bagian dalam trakea berlapis sel-sel epitel berambut getar (silia) dan selaput lendir. Trakea bercabang dua, yang satu menuju paru-paru kiri dan yang lain menuju paru-paru kanan. Cabang trakea disebut bronkus.

  5. Pulmo (paru-paru)
    Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas. Rongga dada dan rongga perut dipisahkan oleh sekat, yaitu diafragma. Paru-paru terbagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan dan paru-paru kiri. Paru-paru kanan terdiri dari tiga gelambir dan paru-paru kiri terdiri dari dua gelambir. Paru-paru dibungkus oleh selaput paru-paru tipis yang disebut pleura.

Mekanisme Pernafasan

Pernapasan merupakan suatu proses yang terjadi dengan sendirinya (secara otomatis). Walaupun kita dalam keadaan tidur, proses pernapasan berjalan terus. Pada saat kita bernapas ada dua proses yang terjadi yaitu inspirasi (proses masuknya udara ke dalam paru-paru) dan ekspirasi (proses keluarnya udara dari paru-paru). Inspirasi dan ekspirasi terjadi antara 15 – 18 kali setiap menit. Proses inspirasi dan ekspirasi diatur oleh otot-otot diafragma dan otot antartulang rusuk.

  1. Pernapasan Dada
    Terjadi karena aktivitas otot antartulang rusuk. Bila otot antartulang rusuk berkerut (berkontraksi), maka tulang-tulang rusuk akan terangkat dan volume rongga dada akan membesar. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan udara di dalam paru-paru. Karena tekanan udara di luar tubuh lebih besar, maka udara dari luar yang kaya oksigen masuk ke dalam paru-paru. Dengan demikian terjadilah inspirasi.
    Bila otot-otot antartulang rusuk mengendor (relakasasi), yaitu kembali pada posisi semula, maka tulang-tulang rusuk akan tertekan. Akibatnya, volume rongga dada mengecil. Keadaan ini mengakibatkan naiknya tekanan udara di dalam paru-paru.

  2. Pernapasan Perut
    Pernapasan perut terjadi karena aktivitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Bila otot diafragma berkontraksi, maka diafragma akan mendatar. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar sehingga tekanan udara di paru-paru mengecil. Akibatnya, udara luar yang kaya oksigen masuk ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan. Dengan demikian, terjadilah inspirasi.

    Sebaliknya, bila otot diafragma relaksasi (kembali pada posisi semula), maka kedudukan diafragma melengkung ke atas. Keadaan ini mengakibatkan rongga dada membesar. Akibatnya, udara dari paru-paru yang kaya karbon dioksida terdorong ke luar. Dengan demikian terjadilah ekspirasi.

Volume Dan Kapasitas Paru-Paru

Volume Paru

Terdapat 4 volume paru dan bila semua dijumlahkan sama dengan volume maksimal paru yang mengembang.

  1. Volume Tidal
  2. Volume Cadangan Inspirasi
  3. Volume Cadangan Ekspirasi
  4. Volume Sisa

Kapasitas Paru

  1. Kapasitas Inspirasi
  2. Kapasitas Sisa Fungsional
  3. Kapasitas Vital
  4. Kapasitas Total Paru

Pengaturan Pernafasan

  1. Kontrol saraf pada waktu bernapas
  2. Pusat-pusat medulla oblongata
  3. Pengaruh pons dan vagus
  4. Pengaturan irama

Cara Kerja Pernafasan

  1. Pernapasan luar : kecenderungan kekutan teknan molekul gas yang meningkat sampai pada ketidak seimbangan menjadi tidak setabil.

  2. Pernapasan dalam : hasil O2 yang disebarkan keluar pembuluh kapiler dan CO2 diterima oleh pembuluh kapiler sampai tekanan bagian kepiler (bagian membrane).

Sistem Respirasi untuk Bicara

Proses Fisiologi Bicara

Menurut beberapa ahli komunikasi, bicara adalah kemampuan anak untuk berkomunikasi dengan bahasa oral (mulut) yang membutuhkan kombinasi yang serasi dari sistem neuromuskular untuk mengeluarkan fonasi dan artikulasi suara. Proses bicara melibatkan beberapa sistem dan fungsi tubuh, melibatkan sistem pernapasan, pusat khusus pengatur bicara di otak dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak dan struktur artikulasi, resonansi dari mulut serta rongga hidung.

Terdapat 2 hal proses terjadinya bicara, yaitu proses sensoris dan motoris. Aspek sensoris meliputi pendengaran, penglihatan, dan rasa raba berfungsi untuk memahami apa yang didengar, dilihat dan dirasa. Aspek motorik yaitu mengatur laring, alat-alat untuk artikulasi, tindakan artikulasi dan laring yang bertanggung jawab untuk pengeluaran suara.

Pada hemisfer dominan otak atau sistem susunan saraf pusat terdapat pusat- pusat yang mengatur mekanisme berbahasa yakni dua pusat bahasa reseptif area 41 dan 42 (area wernick), merupakan pusat persepsi auditori-leksik yaitu mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang berkaitan dengan bahasa lisan (verbal). Area 39 broadman adalah pusat persepsi visuo-leksik yang mengurus pengenalan dan pengertian segala sesuatu yang bersangkutan dengan bahasa tulis. Sedangkan area Broca adalah pusat bahasa ekspresif. Pusat-pusat tersebut berhubungan satu sama lain melalui serabut asosiasi.

Saat mendengar pembicaraan maka getaran udara yang ditimbulkan akan masuk melalui lubang telinga luar kemudian menimbulkan getaran pada membran timpani. Dari sini rangsangan diteruskan oleh ketiga tulang kecil dalam telinga tengah ke telinga bagian dalam. Di telinga bagian dalam terdapat reseptor sensoris untuk pendengaran yang disebut Coclea. Saat gelombang suara mencapai coclea maka impuls ini diteruskan oleh saraf VIII ke area pendengaran primer di otak diteruskan ke area wernick. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan dalam bentuk artikulasi, diteruskan ke area motorik di otak yang mengontrol gerakan bicara. Selanjutnya proses bicara dihasilkan oleh getaran vibrasi dari pita suara yang dibantu oleh aliran udara dari paru-paru, sedangkan bunyi dibentuk oleh gerakan bibir, lidah dan palatum (langit-langit). Jadi untuk proses bicara diperlukan koordinasi sistem saraf motoris dan sensoris dimana organ pendengaran sangat penting.

Proses reseptif – Proses dekode

Segera saat rangsangan auditori diterima, formasi retikulum pada batang otak akan menyusun tonus untuk otak dan menentukan modalitas dan rangsang mana yang akan diterima otak. Rangsang tersebut ditangkap oleh talamus dan selanjutnya diteruskan ke area korteks auditori pada girus Heschls, dimana sebagian besar signal yang diterima oleh girus ini berasal dari sisi telinga yang berlawanan.

Girus dan area asosiasi auditori akan memilah informasi bermakna yang masuk. Selanjutnya masukan linguistik yang sudah dikode, dikirim ke lobus temporal kiri untuk diproses. Sementara masukan paralinguistik berupa intonasi, tekanan, irama dan kecepatan masuk ke lobus temporal kanan. Analisa linguistik dilakukan pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angular dan supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta perwakilan linguistik. Proses dekode dimulai dengan dekode fonologi berupa penerimaan unit suara melalui telinga, dilanjutkan dengan dekode gramatika. Proses berakhir pada dekode semantik dengan pemahaman konsep atau ide yang disampaikan lewat pengkodean tersebut.

Proses ekspresif – Proses encode

Proses produksi berlokasi pada area yang sama pada otak. Struktur untuk pesan yang masuk ini diatur pada area Wernicke, pesan diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut. Signal kemudian melewati korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi dan artikulasi. Ini merupakan proses aktif pemilihan lambang dan formulasi pesan. Proses enkode dimulai dengan enkode semantik yang dilanjutkan dengan enkode gramatika dan berakhir pada enkode fonologi. Keseluruhan proses enkode ini terjadi di otak/pusat pembicara.

Di antara proses dekode dan enkode terdapat proses transmisi, yaitu pemindahan atau penyampaian kode atau disebut kode bahasa. Transmisi ini terjadi antara mulut pembicara dan telinga pendengar. Proses decode-encode diatas disimpulkan sebagai proses komunikasi. Dalam proses perkembangan bahasa, kemampuan menggunakan bahasa reseptif dan ekspresif harus berkembang dengan baik.

Struktur Fungsional Organ Pengucapan, Suara, dan Bicara

Bicara adalah pembentukan dan pengorganisasian suara menjadi simbol atau lambang yang merupakan interaksi sejumlah organ yang terdiri dari:

  • Organ Respirasi terdiri dari trakea, bronkus, dan paru-paru. Aliran udara respirasi merupakan sumber kekuatan yang diperlukan untuk mencetuskan suara dan diatur tekanannya mulai dari paru-paru.

  • Organ Fonasi Laring dengan otot-otot instrinsik dan ekstrinsiknya dan pita suara yang merupakan bagian terpenting laring. Laring merupakan penghubung antara faring dan trakea, didesain untuk memproduksi suara (fonasi). Laring ini terdiri dari 9 kartilago, 3 kartilago yang berpasangan, dan 3 yang tidak berpasangan. Organ ini terletak pada midline di depan cervikal vertebra ke 3 sampai 6.

  • Organ ini dibagi ke dalam 3 regio:Vestibule, Ventricle, Infraglotitic.

Pergerakan pita suara (abduksi, adduksi dan tension) dipengaruhi oleh otot-otot yang terdapat disekitar laring, dimana fungsi otot-otot tersebut adalah:

  • M. Cricothyroideus : menegangkan pita suara
  • M. Tyroarytenoideus (vocalis) : relaksasi pita suara
  • M. Cricoarytenoideus lateralis : adduksi pita suara
  • M. Cricoarytenoideus posterior : abduksi pita suara
  • M. Arytenoideus transversus : menutup bagian posterior rima glotidis

Proses Pernapasan Untuk Bicara

Setelah udara meninggalkan paru-paru, udara mengalir melalui laring yang berfungsi sebagai vibrator yang diperankan oleh pita suara

Pita suara diregangkan serta diatur posisinya oleh beberapa otot khusus laring, dengan adanya perbedaan regangan dan ruang yang dibentuknya, maka terbentuk celah dengan macam-macam ukuran yang menghasilkan suara sebagai berikut:

  • Voiceless, yaitu pita suara membuka penuh waktu inspirasi, pita suara saling menjauh, sehingga udara bebas lewat di antaranya.

  • Voiced, yaitu pita suara bergetar ke arah lateral. Udara mendorong pita suara saling menjauh, aliran udara lewat dengan cepat yang menarik kembali pita suara untuk asling mendekat, proses ini berlangsung berulang-ulang sehingga terjadi getaran pita suara. Suara yang dihasilkan oleh proses fonasi memiliki nada (frekuensi), kekerasan (intensitas), dan kualitas lemah. Suara hasil produksi laring yang hanya berkaitan dengan bicara disebut fonasi-suara-bisikan, sebaliknya suara lain yang diproduksi laring yang tidak berkaitan dengan bicara tidak dapat disebut suara fonasi (batuk, berdehem, tertawa).

Organ Resonansi

Terdiri dari rongga faring, rongga hidung, dan sinus paranasalis. Sumber suara fonasi pada pita suara intensitasnya lemah, tidak berwarna dan sulit dikenal. Dengan adanya alat-alat resonansi yang berfungsi sebagai resonator, maka suara tersebut mendapat variasi pada frekuensi tertentu, intensitasnya meningkat, demikian juga pada kualitasnya (warna suara) dan idenitasnya, tetapi suara yang sudah diresonansi ini masih bukan merupakan suara bicara. Ciri-ciri resonansi sangat bervariasi pada setiap orang dan merupakan aspek yang sangat penting bagi efektivitas bicara.

Organ Artikulasi

Adalah bibir, palatum mole-durum, lidah, pipi, gigi, mandibular.

Vocal Tract

Vocal tract pada manusia merupakan acoustic tube dari cross section dengan panjang sekitar 17 cm dari vocal fold hingga bibir. Area cross section ini bervariasi dari 0-20 cm2 dengan penempatan bibir, rahang, lidah, dan velum (palatum lunak). Perangkap (trap-door action) yang dibuat sepasang velum pada vocal tract membuat secondary cavity yang berpartisipasi dalam speech production- nasal tract. Kavitas nasalis memiliki panjang sekitar 12 cm dan luas 60 cm3.

Untuk bunyi suara, sumber rangsang adalah velocity volume dari udara yang melewati vocal cords. Vocal tract bertindak pada sumber ini sebagai filter dengan frekuensi yang diinginkan, berkorespondensi dengan resonansi akustik dari vocal tract.

Voiced Sounds

Suara diproduksi dengan meningkatkan tekanan udara di paru-paru dan menekan udara untuk bergerak ke glottis (lubang antara vocal cords), sehingga vocal cords bergetar. Getaran tersebut mengganggu aliran udara dan menyebabkan getaran broad spectrum quasi-periodic yang berada di vocal tract. Ligament yang bergetar dari vocal cords memiliki panjang 18 mm dan glottal yang secara khusus bervariasi dalam area dari 0-20 mm2. Otot laryngeal yang mengatur vocal folds dibagi menjadi tensors, abductors, dan adductors. Naik dan turunnya pitch dari suara dikontrol oleh aksi dari tensor– cricothyroid dan otot vocalis. Variasi dalam tekanan subglottal juga penting untuk mengatur derajat getaran laryngeal.

Otot-otot Pernafasan

Respirasi merupakan proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara sel-sel tubuh dan lingkungan eksternal. Menurut fisiologi sistem pernapasan, proses respirasi dapat dibagi menjadi dua jenis; respirasi sel dan respirasi eksternal. Respirasi seluler meliputi proses metabolisme intraseluler terjadi di dalam mitokondria.

Respirasi eksternal adalah seluruh proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh. Namun, sistem pernapasan tidak terlibat dalam setiap tahapan respirasi, tetapi hanya terlibat dalam langkah awal termasuk ventilasi pertukaran gas antara paru-paru dan darah. Sisa dari langkah- langkah yang dilakukan oleh sistem peredaran darah yang meliputi transportasi oksigen dan karbon dioksida antara paru-paru dan jaringan melalui darah, dan difusi gas di kapiler sistemik.
Mekanisme pernapasan melibatkan aksi otot-otot pernapasan, yang menyebabkan udara bergerak masuk dan keluar dari paru-paru.

Udara berpindah ke bagian dalam paru-paru yang dikenal sebagai inhalasi, atau inspirasi, dan udara yang bergerak keluar disebut ekshalasi, atau ekspirasi.
Otot-otot utama yang terlibat dalam gerakan pernapasan adalah diafragma, otot besar yang membentuk lantai dari rongga dada, dan otot-otot interkostal, yang melekat pada tulang rusuk.

Ketika menghirup, otot-otot bekerja sama untuk meningkatkan ukuran ruang dada, menurunkan tekanan di dalam paru-paru dan menarik udara dari luar.
Hembusan melibatkan relaksasi diafragma dan otot interkostal, mengurangi volume rongga dada dan ini, dikombinasikan dengan elastisitas alami paru-paru ‘, berfungsi untuk meningkatkan tekanan di dalam paru-paru dan memindahkan udara keluar.
Pada orang dewasa saat istirahat, mekanisme biasanya pada tingkat antara 16 dan 20 napas per menit. Hal ini dicapai dengan meningkatkan dan menurunkan kapasitas rongga dada secara bergantian. Ukuran ruang dada dapat ditingkatkan dalam arah vertikal dengan menurunkan lantai, yang dicapai dengan kontraksi diafragma.

Kontraksi menyebabkan bentuk kubah diafragma menjadi meratakan keluar, sehingga secara efektif turun dan meningkatkan dimensi vertikal dari rongga dada. Jumlah ruang di dada dari depan ke belakang meningkat oleh aksi otot interkostal. Ini bekerja untuk mengangkat tulang rusuk, menarik mereka bersama-sama dan mengangkat mereka ke arah tulang rusuk paling atas, yang ditetapkan oleh otot-otot leher. Gerakan tulang rusuk bagian atas menyerupai pegangan pompa yang mengangkat, mendorong bagian bawah tulang dada depan dan meningkatkan diameter dada dari belakang ke depan. Aspek mekanisme pernapasan akan meningkatkan ukuran ruang dada yang diukur dari sisi ke sisi.

Selama pernapasan, saat otot-otot rileks, semua tindakan yang terkait dengan inhalasi terbalik, dan dimensi ruang dada berkurang. Secara normal, pernapasan tenang adalah proses tak sadar, yang dilakukan seseorang tanpa harus berpikir tentang hal itu untuk hal itu terjadi.

Mekanisme pernapasan melibatkan penggunaan otot-otot pernafasan untuk membawa
udara masuk dan keluar dari paru- paru. Otot-otot interkostal, yang mengelilingi tulang rusuk, yang terlibat dalam mekanisme bernapas.

Kadang-kadang, apa yang dikenal sebagai respirasi paksa terjadi, di mana seseorang mengambil kontrol sadar pernapasan, misalnya ketika memainkan alat musik tiup atau mengambil olahraga berat. Di sini, mekanisme pernapasan sedikit berbeda dan otot ekstra dibawa ke dalam tindakan, termasuk beberapa dari leher dan perut.

Inhalasi dan Ekshalasi adalah proses ventilasi (ventilasi paru), yang mengatur pergerakan udara antara lingkungan dan alveoli pada paru-paru.

  1. Inhalasi
    Inhalasi adalah proses aktif dimana seseorang mengambil udara ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung dan mendorong udara ke paru-paru. Inhalasi dikendalikan oleh otak. Selama proses inhalasi, kontraksi otot diafragma dan interkostal menyebabkan pembesaran rongga dada. Hal ini menciptakan kondisi sedikit vakum karena penurunan tekanan udara pada paru-paru. Karena gradien tekanan antara atmosfer dan rongga dada, udara bergerak ke paru-paru melalui trakea. Ketika tekanan udara telah sama, inhalasi berhenti.

  2. Ekshalasi
    Ekshalasi adalah proses pemindahan keluar udara dari paru-paru ke atmosfer luar selama ventilasi. Ini adalah proses pasif yang tidak melibatkan kontraksi otot. Meskipun pasif, hal itu bisa dilakukan secara aktif oleh kontraktor otot- otot dinding dada dan perut. Selama proses ekshalasi, otot diafragma dan interkostal rileks, menyebabkan rongga dada untuk mengurangi ukuran. Akhirnya menciptakan tekanan tinggi pada paru-paru karena pengurangan volume sehingga gradien tekanan yang dihasilkan menyebabkan udara keluar dari paru-paru melalui trakea ke atmosfer.

Fungsi utama dari sistem respirasi adalah pertukaran gas, dimana oksigen akan diambil dari alveolus dan akan dibawa oleh haemoglobin menuju ke jaringan yang akan diperlukan dalam proses metabolisme, di sisi lain karbondioksida, sebagai hasil sisa dari metabolisme dibuang melalui pernapasan saat ekspirasi (Basuki, 2009). Untuk itu diperlukan alat pernapasan yang berfungsi untuk pertukaran gas. Adapun alat-alat pernapasan manusia terdiri dari :

Saluran Pernapasan Atas


1) Hidung

Hidung berfungsi sebagai penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru. Hidung terdiri dari 2 lubang yaitu naces dextra dan naces sinistra. Bagian anterior lubang nasal terbuka untuk atmosfer terletak pada nostrilis yang dilindungi oleh bulu-bulu seperti rambut.

2) Pharynx

Pharynx adalah suatu saluran yang berbentuk lubang corong yang panjangnya sekitar 15 cm dan berfungsi sebagai saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru. Pharynx terdiri dari 3 bagian yaitu :

  • Nasopharynx

    Terletak di belakang lubang nasal. Nasopharynx di atas langit-langit mulut bersifat lembut yang membagi pharynx satu dengan yang lain selama proses menelan. Saluran eusthacius terbuka satu ke bagian yang lain dan nasopharynx yang berhubungan dengan lubang timpani. Pengaturan tekanan
    udara pada 2 bagian melalui membran timpani.

  • Oropharynx

    Terletak di belakang mulut, di bawah langit-langit mulut dan memanjang ke bawah seperti larynx, tonsil adalah 2 kantong jaringan limpoid yang terletak pada dinding lateral oropharynx, serta membentuk kelompok silkular dari jaringan limphoki yang bersifat sebagai filter, pelindung pada saluran pernapasan dalam melawan infeksi.

  • Laringopharynx

    Terletak di belakang larink. Udara dihatarkan melalui hidung melewati nasopharynx dan akhirnya ke bagian atas larynx dan trachea. Saluran napas atas memiliki 3 fungsi utama yaitu menyaring dan melembabkan udara yang di inspirasi dan jika memungkinkan berfungsi untuk meningkatkan suhu tubuh.

3) Larinx

Larinx berfungsi sebagai saluran penghantar udara yang membawa udara kedalam paru. Terletak sejajar dengan vertebra cervical ke 3 sampai vertebra cervical ke 6 dan di atas larynx terdapat pharynx. Bagian bawah larynx ada trakhea.

4) Trakhea

Trakhea merupakan lanjutan dari larinx yang dibentuk oleh 16- 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan berbentuk tapal kuda yang membagi dalam 2 cabang yaitu bronkhus kanan dan bronkhus kiri. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel silia, yang berfungsi mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan untuk mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka.

Saluran Pernapasan Bawah


1) Bronkhus

Bronkhus merupakan percabangan trakhea setinggi VTh 5 dan terdapat 2 bronkhus, yaitu kanan dan kiri. Bronkhus kanan lebih pendek dan lebar dari pada yang kiri. Bronkhus-bronkhus tersebut ketika akan masuk pulmo menjadi bronkhus pulmonalis.

2) Bronkhiolus

Percabangan dari bronkhus yang ukurannya semakin kecil disebut bronkhiolus. Fungsi dari bronkhiolus adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru.

3) Alveolus

Alveolus pada hakekatnya merupakan suatu gelembung gas yang dikelilingi oleh jaringan kapiler sehingga batas antara cairan dan gas membentuk tegangan permukaan yang cenderung mencegah pengembangan saat inspirasi dan cendrung mencegah kolaps pada waktu ekspirasi. Tetapi untunglah alveolus dilapisi oleh zat lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi mencegah kolaps alveolus pada waktu ekspirasi( Soemantri,2008)

4) Paru

Paru merupakan organ utama respirasi yang elastis, berbentuk kerucut dan terletak dalam rongga dada atau toraks terbungkus oleh pleura. Paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru kanan dan paru kiri.

Paru kanan tidak simetris dengan paru kiri karena paru kanan mempunyai tiga lobus dan dua fissura interlobaris (mayor dan minor), sedangkan paru kiri terdiri dari dua lobus dan bronkopulmonal atau segmen paru, yang mana merupakan sebagian jaringan paru yang disuplai oleh bronkus segmental dengan arteri dan vena pulmonalnya (Pearce,2004)

  • Paru Kanan

    Batas atas dimulai dari puncak cavum pleura kanan menuju ke bawah sampai facies superior diafragma, ke atas sampai sebelah kanan mediastrium. Sebelah kanan berhubungan dengan trakhea, nasophagus bagian atas, vena cava superior dan jantung. Paru kanan terdiri dari 3 lobus, antara lain :

    1. Lobus Kanan Atas

      Bronkhus lobus kanan atas merupakan cabang pertama dari lobus utama kanan menuju ke lateral dekat pada percabangan trakhea yang panjangnya 1 cm. Bronkhus ini dibagi menjadi 3 bronkhus segmental.

      • Bronkhus segmental apical yang hampir vertical ke atas

      • Bronkhus segmental posterior yang mengarah ke belakang

      • Bronkhus segmental anterior yang mengarah ke depan dan seringkali agak ke bawah

    2. Lobus Medius

      Bronkhus lobus medius keluar dari bagian depan bronkhus kanan. Bronkhus lobus medium arahnya kedepan, lateral dan bawah dan bercabang menjadi dua bronkhus segmental.

    3. Lobus Kanan Bawah

      Segmen superior lobus interior secara anatomis dan patologis berbeda dengan segmen lainnya. Biasanya bercabang menjadi tiga sub segmental, segmen lobus ini mungkin amat besar dan menjorok jauh ke belakang atas hampir ke puncak paru.

  • Paru Kiri

    Batasnya di ujung cavum pleura sampai facies superior diafragma. Terletak di sebelah kiri mediastrium berhubungan dengan trakhea, aorta, ascenden, discenden esophagus dan jantung sebelah kiri.

    Paru kiri memiliki empat lobus, pada masing-masing lobus memiliki beberapa segmen, antara lain :

    1. Lobus superior, sebanding dengan lobus superior kanan dengan 3 segmen apical, anterior dan posterior.

    2. Lobus medius (lingual), lobus ini sebenarnya adalah segmen inferior lobus superior kiri tetapi sebanding dengan lobus medius kanan, letaknya anterior.

    3. Lobus nelson, lobus ini sebanding dengan lobus nelson kanan, letaknya anterior.

    4. Lobus inferior dengan tiga segmen, anterior, internal, posterior.

Bronkhus utama kiri lebih panjang dari pada bronkhus utama kanan dan tampaknya mempunyai sudut yang lebih besar pada trakhea, paru kiri mempunyai dua lobus dan volume total 20%. Lebih kecil dari volume paru kanan. Lobus kiri atas adalah sebanding dengan lobus kanan atas dan lobus medius, lobus kiri atas sebanding dengan lingula. Bronkhus cabang atas mempunyai dua cabang yaitu apical posterior yang biasanya menjadi bronkhus subsegmental apical dan segmen posterior lobus kanan atas, segmen anterior biasanya cabang sendiri (Pearce,2004)

Pembagian lobus-lobus paru dapat dilihat pada gambar dibawah ini


Gambar Rongga toraks dan segmen bronkopulmonar (Spalteholz,2010)

Gerakan pernapasan, saat bernapas gerak dinding thoraks dan diafragma menghasilkan perubahan diameter dan volume rongga thoraks. Saat inspirasi adalah proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi terjadi bila diafragma telah mendapat rangsangan dari n. prenikus lalu mengerut datar. Proses respirasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

Sedangkan otot-otot yang berfungsi pada proses tersebut adalah :

  • Otot inspirasi utama : diafragma, external intercostalis, levator costalis dan scaleni.

  • Otot bantu inspirasi : sternocleiomastoideus, trapezius, seratus anterior, pectoralis mayor dan minor, latisimus dorsi.

  • Otot ekspirasi utama : internal intercostalis.

  • Otot bantu ekspirasi : internal obliq, eksternal obliq, rectus abdominis, longisimus, iliocostalis lumborum.

Fisiologi pernapasan


Pernapasan adalah usaha tubuh untuk memenuhi kebutuhan oksigen untuk proses metabolisme dan mengeluarkan karbondioksida sebagai hasil metabolisme. Pernapasan sebagai istilah yang umum digunakan mencakup 2 proses :

  • Pernapasan eksterna
    Pernapasan eksterna adalah absorsi O2 dan pembuangan CO2 dari badan secara keseluruhan.

  • Pernapasan interna
    Pernapasan interna adalah penggunaan O2 dan produksi CO2 oleh sel dan pertukaran gas antara sel dan medium cairannya (Ganong, 1992).

Proses fisiologi pernafasan dibagi menjadi beberapa tahap :

  1. Ventilasi
    Ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas kedalam dan keluar paru- paru. Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena adanya selisih tekanan yang terdapat atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari otot-otot pernafasan.

  2. Transportasi

    • Difusi gas antara alveoli dan kapiler darah.
      Adanya perubahan tekanan parsial oksigen antara alveoli dan pembuluh darah kapiler mengakibatkan proses terjadinya difusi gas. Gas berdifusi dari alveoli ke pembuluh kapiler darah melintasi membran alveoli yang tipis (Ganong, 1992).

    • Transportasi gas
      Transpotasi gas didefinisikan sebagai proses pengangkutan dari paru ke jaringan ke paru melalui aliran darah. Proses transport gas gas terdiri dari traspor gas oksigen dan karbondioksida (Samantri,2007).

  1. Mekanika Pernapasan

    Dalam setiap siklus pernafasan, agar udara dapat mengalir masuk ke paru-paru, maka otot-otot pernafasan harus bekerja kuat untuk melawan daya elastik recoil dari paru-paru dan torak, termasuk pula tahanan antara arus udara dengan saluran napas. Kerja dari otot-otot pernafasan tersebut harus mampu membuat tekanan intra-alveolar lebih rendah dari tekanan atmosfir. Akibat perbedaan tekanan ini, maka udara akan masuk ke paru-paru. Pada inspirasi biasa tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai -3 mmHg. Pada inspirasi dalam tekanan intraalveolinya dapat mencapai -30 mmHg. Alat bantu pernafasan akan diperlukan bila ada pasien yang otot-otot pernafasannya tidak mampu menghasilkan tekanan negatif yang adekuat.

    Pada saat ekspirasi, udara akan keluar jika tekanan intraalveolar lebih besar dari pada tekanan atmosfir. Hal ini terjadi saat otot-otot pernapasan kembali ke posisi rileks. Pada ekspirasi biasa tekanan intraalveoli berkisar antara +1 mmHg sampai +3 mmHg. Diafragma akan bergerak ke atas, sehingga akan menekan paru-paru yang menyebabkan peningkatkan tekanan intraalveoli berkisar antara +1 mmHg sampai +3 mmHg. Diafragma akan bergerak ke atas, sehingga akan menekan paru-paru yang menyebabkan, peningkatan tekanan intraalveolur.

    Demikian pula dengan otot-otot intracostal, pada saat bergerak ke posisi rileks, maka sangkar torak akan turun ke posisi preinspirasi. Hal ini juga menyebabkan penekanan paru dan peningkatan tekanan intraaveolar. Walaupun masih kontroversi, proses ekspirasi ini dikatakan merupakan proses yang pasif, akibat adanya daya recoil paru-paru. Namun disisi lain, ada suatu studi yang menemukan bahwa proses ekspirasi adalah proses yang aktif, dimana terjadi aktifitas otot-otot inspirasi yang bekerja secara ekstrensik/memanjang. Jika tidak ada aktifitas dari otot-otot tersebut, maka ekspirasi akan berlangsung secara singkat, sehingga arus udara ekspirasi akan cepat (Gosselink, 1989).

Pengertian secara umum dari pernapasan adalah peristiwa menghirup atau pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau paru-paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh (Syaifudin, 1997)

Anatomi saluran pernapasan terdiri dari :

1. Hidung

Merupakan tempat masuknya udara, memiliki 2 (dua) lubang (kavum nasi) dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung mempunyai permukaan yang dilapisi jaringan epithelium. Epithelium mengandung banyak kapiler darah dan sel yang mensekresikan lender. Udara yang masuk melalui hidung mengalami beberapa perlakuan, seperti diatur kelembapan dan suhunya dan akan mengalami penyaringan oleh rambut atau bulu-bulu getar (Syaifudin, 1997).

Dalam Syaifudin, (1997) hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama, mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring udara pernapasan oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.

Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir, dan enzim lisozim. Vibrisa adalah rambut pada vestibulum nasi yang bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran (partikel berukuran besar).

Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil) yang masih dapat melewati vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan oleh refleks bersin. Jika dalam udara masih terdapat bekteri (partikel sangat kecil), maka enzim lisozom yang menghancurkannya (Irman Somantri, 2008).

2. Faring (Tekak)

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang leher(Syaifudin, 1997). Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil faringeal, yang biasanya disebut sebagai adenoid. Jaringan ini kadang-kadang membesar dan menutup faring.

Tubulus auditorium terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara dibawa kebagian tengah telinga. Nasofaring dilapisi membran mukosa bersilia yang merupakan lanjutan membran yang dilapisi bagian hidung. Orofaring terletak di belakang mulut di bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus palato-glosum yang merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil palatum(Watson, 2002).

Dalam faring terdapat tuba eustachii yang bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan pada daerah laringofarings bertemu sistem pernapasan dan pencernaan. Udara melalui bagian anterior ke dalam larings, dan makanan lewat posterior ke dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel(Tambayong, 2001).

3. Laring (Pangkal Tenggorokan)

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan manutupi laring(Syaifudin, 1997).

Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang tersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekuk berupa V. Tulang rawan krikoid terletak di bawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan membantu menutup laring sewaktu orang menelan, laring dilapisi oleh selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi selepitelium berlapis (Pearce, 1995).

Dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara. Suara dibentuk dari getaran pita suara. Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan posisi bibir, lidah dan platum mole (Tamabayong, 2001).

4. Trachea (Batang Tenggorokan)

Dindingnya terdiri atas epitel, cincin tulang rawan yang berotot polos dan jaringan pengikat. Pada tenggorokan ini terdapat bulu getar halus yang berfungsi sebagai penolak benda asing selain gas (Pearce, 1995). Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempati ini bercabang dua bronkus. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tangan lengkap berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaring fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga memuat beberapa jaringan otot.

Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak keatas ke arah laring, maka dengan gerakan debu dan butir-butir halus lainnya yang terus masuk bersama dengan pernapasan, dapat dikeluarkan. Tulang rawan yang gunanya mempertahankan agar trakea tetap terbuka, di sebelah belakangnya tidak tersambung, yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang (Pearce, 1995).

5. Bronkhus (Pembuluh Napas)

Bronchus merupakan cabang batang tenggorokan. Cabang pembuluh napas sudah tidak terdapat cicin tulang rawan. Gelembung paru-paru, berdinding sangat elastis, banyak kapiler darah serta merupakan tempat terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida (Pearce, 1995). Kedua bronkhus yang terbentuk dari belahan dua trakhea pada ketinggian kirakira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkhusitu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.

Bronkhus kanan lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkhus lobus atas, cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronkhus lobus bawah. Bronkhus lobus tengah keluar dari bronkhus lobus bawah. Bronkhus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalanke lobus atas dan bawah (Pearce, 1995).

6. Alveolus

Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan berlekatan erat dengan kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel epitelium pipih dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara ( Purnomo. Dkk, 2009).

Menurut Hogan (2011), Membran alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya karbon dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan menyerap oksigen.