Bagaimana aklimatisasi benih ikan nila dengan pencampuran air gambut agar tidak terkena penyakit dan dapat terus tumbuh berkembang biak ?

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan peliharaan yang populer di kolam-kolam air tawar di Indonesia sekaligus hama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis niloticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia.

Bagaimana aklimatisasi benih ikan nila dengan pencampuran air gambut agar tidak terkena penyakit dan dapat terus tumbuh berkembang biak ?

Keberhasilan budidaya ikan nila, dalam air gambut sangat tergantung dengan kemampuan benih ikan tersebut dalam menyesuaikan diri terhadap air gambut. Penyesuaian ini harus dimulai dari penyesuaian untuk bertahan hidup sampai dengan penyesuaian diri untuk tumbuh dan berkembang biak. Umumnya aklimatisasi dilakukan dengan cara merubah lingkungan secara perlahan-lahan sehingga ikan akan mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya yang baru. Kegiatan aklimatisasi paling sering dilakukan pasca pengangkutan benih ikan. Seperti yang dilakukan oleh (Parastuti, 2005 dan Samiadi, 2005) melakukan aklimatisasi benih ikan di baskom plastik yang diisi air 20 liter selama 3 hari.

Sedangkan (Elkajuli, 2005) aklimatisasi sebagai penanganan pasca pengangkutan dilakukan dalam keramba selama 1 hari. Selanjutnya (Bugar dkk., 2007) menyatakan bahwa aklimatisasi induk ikan dapat dilakukan dengan cara induk ikan dipegang di dalam air mengalir dengan bagian kepala atau mulut ikan mengarah ke aliran air sampai ikan mampu bergerak dan berenang sendiri.

Sumber air yang digunakan adalah air gambut yang berasal dari kolam tadah hujan tergenang dibelakang laboratorium Domestikasi Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan. Sedangkan air sumur adalah dari pengeboran air sumur bor. Kemudian air tersebut diendapkan selama ± 1 hari dan diberikan aerasi menggunakan blower.