Bagaimana akhlak terhadap Allah Swt yang baik ?

Akhlak adalah perpaduan antara lahir dan batin, seseorang dikatakan berakhlak apabila ada keseimbangan antara perilaku lahir dan batinnya. Bagaimana akhlak terhadap Allah Swt yang baik ?

Akhlak yang baik kepada Allah adalah berucap dan bertingkah laku yang terpuji terhadap Allah Swt.baik melalui ibadah langsung kepada Allah, seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku-perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah diluar ibadah itu.

Allah Swt telah mengatur hidup manusia dengan adanya hukum perintah dan larangan. Hukum ini, tidak lain adalah untuk menegakkan keteraturan dan kelancaran hidup manusia itu sendiri. Dalam setiap pelaksanaan hukum tersebut terkandung nilai-nilai akhlak terhadap Allah Swt.

Berikut ini beberapa akhlak terhadap Allah Swt :

  • Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesaan Allah serta meyakini apa yang difirmankan-Nya, seperti iman kepada malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat dan qadha dan qadhar. Beriman merupakan fondamen dari seluruh bangunan akhlak islam. Jika iman telah tertanam didada, maka ia akan memancar kepada seluruh perilaku sehingga membentuk kepribadian yang menggambarkan akhlak islam yaitu akhlak yang mulia.

  • Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sikap taat kepada perintah Allah merupakan sikap yang mendasar setelah beriman, ia merupakan gambaran langsung dari adanya iman di dalam hati.

  • Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah tanpa mengharapkan sesuatu, kecuali keridhaan Allah. Jadi ikhlas itu bukan tanpa pamrih.Tetapi pamrih hanya diharapkan dari Allah berupa keridhaan-Nya. Oleh karena itu, dalam melaksanakannya harus menjaga akhlak sebagai bukti keikhlasan menerima hukum-hukum tersebut.

  • Khusyuk, yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam perbuatan yang sedang dikerjakannya atau melaksanakan perintah dengan sungguh-sungguh. Khusyuk melahirkan ketenangan batin dan perasaan pada orang yang melakukannya. Karena itu, segala bentuk perintah yang dilakukan dengan khusyuk melahirkan kebahagiaan hidup.

    Ciri-ciri Khusyu’ yaitu adanya perasaan nikmat ketika melaksanakannya. Shalat perlu dilakukan dengan khusyu’. Jika orang melakukan shalat tetapi belum khusyu’. Agar khusyu’ dalam shalat, sejak niat kita harus sunguh-sungguh hanya terpusat pada perbuatan yang berkaitan dengan shalat. Apa yang dibacakan oleh lidah, dimaknai oleh pikran, diresapi oleh hati dan difokuskan pada Allah yang sedang kita hadapi.

  • Huznudz dzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia. Berprasangka baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan kedekatan seseorang kepada-Nya, sehingga apa saja yan diterimanya dipandang sebagai suatu yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu, seorang yang huznuzan tidak akan mengalami perasaan kecewa atau putus asa yang berlebihan.

  • Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana. Sikap tawakal merupakan gambaran dari sabar dan menggambarkan kerja keras dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan suatu rencana. Apabila rencana tersebut menghasilkan keinginan yang diharapkan atau gagal dari harapan yang semestinya, ia akan mampu menerimanya tanpa penyesalan.

  • Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya.Ungkapan syukur dilakukan dengan kata-kata dan perilaku. Ungkapan dalam bentuk kata-kata adalah mengucapkan hamdalah setiap saat, sedangkan bersyukur dengan perilaku dilakukan dengan cara menggunakan nikmat Allah sesuai dengan semestinya. Misalnya nikmat diberi mata,maka bersyukur terhadap nikmat itu dilakukan dengan menggunakan mata untuk melihat hal-hal yan baik, seperti membaca, mengamati alam dan sebagainya yang mendatangkan manfaat.

  • Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang menimpa diri kita. Ahli sabar tidak akan mengenal putus asa dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Oleh karena itu, perintah bersabar bukan perintah berdiam diri, tetapi perintah untuk terus berbuat tanpa berputus asa.

  • Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu dengan memperbanyak mengucapkan subhanallah ( maha suci Allah ) serta menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.

  • Istighfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yan perna dibuat dengan mengucapkan “ astagfirullahal ‘adzim ’’ (aku memohon ampun kepada Allah yang Maha Agung ). Sedangkan istighfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa atau kesalahan yan telah dilakukan.

  • Takbir, yaitu mengagungkan Allah dengan membaca Allahu Akbar ( Allah Maha Besar). Mengagungkan Allah melalui perilaku adalah mengagungkan nama-Nya dalam segala hal, sehingga tidak menjadikan sesuatu melebihi keagunggan Allah. Tidak mengagungkan yang lain melampaui keagunggan Allah dalam berbagai konsep kehidupan, baik melalui kata-kata maupun dalam tindakan.

  • Do’a, yaitu meminta kepada Allah apa saja yang diinginkan dengan cara yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah. Do’a adalah cara membuktikan kelemahan manusia dihadapan Allah, karena itu berdoa merupakan inti dari beribadah. Orang yang tidak suka berdo’a adalah orang yang sombong, sebab ia tidak mengakui kelemahan dirinya dihadapan Allah, merasa mampu dengan ushanya sendiri. Ia tidak sadar bahwa semua itu berkat izin dari Allah. Jadi, doa merupakan etika bagi seorang hamba dihadapan Allah swt. Firman Allah sebagai berikut:

    “ Berdoalah kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke dalam neraka jahannam dalam keadaan hina dina ”. ( Q.S. Ghafur : 60 )