Bagaiamana Hubungan Self Esteem dan Body Image?

Hubungan Self Esteem dan Body Image

Self esteem merupakan sikap yang dilihat berdasarkan pada persepsi mengenai nilai seseorang terhadap dirinya sendiri berupa sikap positif ataupun negatif (Rosenberg dalam Mruk, 2006).

Rombe (2014) yang menjelaskan bahwa body image merupakan suatu sikap atau perasaan puas dan tidak puas yang dimiliki oleh seseorang atau suatu individu tertentu terhadap tubuhnya sehingga dapat melahirkan suatu penilaian yang positif atau negatif pada dirinya tersebut.

Bagaiamana Hubungan Self Esteem dan Body Image?

Menurut Cash dan Smolak (2011) body image atau citra tubuh adalah sebuah konstruk yang memiliki berbagai dimensi. Beberapa dimensi tersebut yang merepresentasikan bagaimana cara seseorang berpikir, merasakan, serta berperilaku berdasarkan pengalaman psikologis dan kemudian mempengaruhi persepsi seseorang terhadap penampilan fisiknya. Seseorang yang memiliki tuntutan penuh terhadap fisiknya maka akan cenderung menilai buruk keadaan dirinya. Individu yang mampu menerima keadaan fisiknya berarti mampu mengevaluasi dengan baik apa yang sudah ada dalam kehidupannya. Hal-hal yang dievaluasi tersebut yang dapat membuka pemikirannya mengenai apa saja yang telah diperoleh, apa saja yang telah dilakukan, bagaimana cara mendapatkannya, dan dapat membuka pemikiran individu tersebut mengenai sesuatu yang tidak bisa dicapai olehnya.

Rosenberg (Tafarodi & Milne, 2002) mengemukakan ada dua dimensi dalam pengukuran self esteem , yaitu self competence dan self liking . Aspek pertama adalah self competence , merupakan penilaian bahwa diri mampu, memiliki potensi, efektif dan dapat dikontrol serta diandalkan. Self competence merupakan hasil dari keberhasilan memanipulasi lingkungan fisik ataupun sosial yang berhubungan dengan realisasi dan pencapaian tujuan. Merasa memiliki kemampuan yang baik dan merasa puas dengan kemampuan diri sendiri. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Ratnawati dan Sofiah (2012) bahwa seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dapat membuat seseorang mampu untuk berfikir positif dan menilai segala sesuatunya lebih objektif, tidak hanya pada satu sisi seperti fisik saja, tetapi lebih kepada potensi-potensi yang dimilikinya. Remaja yang yakin dengan kemampuannya akan lebih baik dan kreatif dalam mengekspresikan ide-ide yang ada dalam dirinya, sehingga dapat mencegah munculnya body image yang negatif.

Aspek kedua adalah self liking , merupakan sebuah perasaan berharga individu akan dirinya sendiri dalam lingkungan sosial, apakah dirinya merupakan seseorang yang baik atau buruk. Hal ini merupakan nilai sosial yang dianggap berasal dari dalam diri, memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, seperti merasa memiliki sejumlah kualitas diri yang baik, merasa diri sebagai orang yang berharga, merasa mampu melakukan hal-hal seperti kebanyakan orang lain lakukan, sehingga seseorang tidak membandingkan dirinya dengan lingkungan sosialnya terkait dengan body image . Hal ini juga sesuai dengan yang dijelaskan oleh Ifdil, Denich, dan Ilyas (2017) jika seorang remaja menganggap dirinya berharga atau melihat dirinya sebagai sesuatu yang bernilai, maka seseorang tersebut akan mendapatkan kenyamanan sosial dan hal ini dapat mencegah penilaian body image yang negatif pada diri remaja.

Dapat dilihat dari kedua komponen tersebut, aspek-aspek self esteem mampu mempengaruhi bagaimana cara seseorang memberikan gambaran positif terkait dengan body image . Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Cash dan Pruzinsky (2002) yang menyatakan bahwa self esteem merupakan hal yang sangat penting terkait dengan perkembangan body image . Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi akan mengembangkan evaluasi yang positif terhadap tubuhnya, namun sebaliknya seseorang yang memiliki self esteem yang rendah akan meningkatkan body image yang negatif.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa self esteem mempengaruhi body image individu karena adanya dua komponen yaitu terdiri dari self competence dan self liking yang dapat mempengaruhi pemikiran individu untuk mampu menerima keadaan fisiknya, serta mampu mengevaluasi dengan baik apa yang telah diperoleh