Azerbaijan-Armenia Tak Kunjung Damai?

Dua negara pecahan Uni Soviet, Azerbaijan dan Armenia telah lama berseteru sejak akhir 1980-an dan berakhir pada sekitar tahun 1994, dengan kedua belah pihak yang saling klaim wilayah teritori mereka, Nagoro-Karabakh.

Sebagian besar etnis Armenia memisahkan diri ke Azerbaijan saat era Uni Soviet berakhir, setelah Uni Soviet runtuh, etnis Armenia di wilayah tersebut kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya dari Azerbaijan. Namun, Azerbaijan tetap menganggap wilayah tersebut sebagai wilayah kedaulatannya. Pada tahun 1992, perseteruan keduanya diperparah dengan terjadinya kekerasan yang mengakibatkan ribuan warga sipil mengungsi

Perseteruan kedua negara tersebut lantas memicu perhatian internasional, sehingga pada 19 Mei 1994, Rusia menjadi penengah antara kedua negara, namun pertempuran kecil masih sering terjadi di sepanjang wilayah Nagoro-Karabakh selama tiga dekade terakhir.

Beberapa pengamat meyakini bahwa perseteruan Azerbaijan-Armenia memang merupakan masalah yang cukup kompleks. Di wilayah sengketa tersebut, terdapat ratusan permukiman sipil, yang penduduknya akan terkena dampak langsung dan kembali berpotensi akan terjadinya pengungsian jika perang dengan skala besar pecah antara kedua negara.

Perseteruan Azerbaijan-Armenia kembali mendapat sorotan internasional pada pertengahan Juli lalu. Namun kali ini, perseteruan yang berujung bentrokan terjadi cukup sengit di wilayah Tovuz, yang terletak di utara perbatasan. Bentrokan tersebut mengakibatkan 12 warga Azerbaijan tewas, termasuk 11 tentara dan satu warga sipil, sedangkan Armenia tidak memberikan informasi yang relevan mengenai ada atau tidaknya korban.

Azerbaijan mengatakan telah menghancurkan benteng dan artileri Armenia yang telah menimbulkan korban pada ratusan tentara Armenia, klaim tersebut langsung dibantah oleh Armenia.

Kedua negara juga saling tuding mengenai siapa pemicu konflik yang terjadi di permukiman desa wilayah Tovuz.

Reference: Explained: Why Armenia and Azerbaijan are at loggerheads over Nagorno-Karabakh again | Explained News,The Indian Express