Apakah yang menjadi penyebab penyakit Proktitis?

Proktitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, bisa karena penyakit menular seksual maupun kondisi medis lainnya.
Apakah yang menjadi penyebab penyakit Proktitis?
image

Proktitis adalah inflamasi yang terjadi pada dinding rektum dan anus. Rektum merupakan bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus. Tinja manusia akan melewati rektum untuk sampai ke anus dan akhirnya dibuang ke luar tubuh.

Proktitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, bisa karena penyakit menular seksual maupun kondisi medis lainnya. Penjelasan mendetailnya adalah sebagai berikut:

  • Penyakit menular seksual, misalnya gonore, sifilis, herpes, serta klamidia. Ini merupakan cara penyebaran proktitis yang paling umum terjadi, terutama pada orang-orang yang melakukan seks anal dengan lebih dari 1 pasangan.
  • Penyakit autoimun pada usus besar, seperti penyakit Crohn atau kolitis ulseratif. Diperkirakan sekitar sepertiga dari keseluruhan pengidap penyakit ini mengalami proktitis.
  • Infeksi akibat bakteri, contohnya bakteri Salmonella dan Shigella yang berasal dari makanan.
  • Terapi radiasi untuk menangani kanker yang berada di sekitar rektum, seperti kanker prostat atau ovarium. Sinar radiasi ini berpotensi mengakibatkan inflamasi pada permukaan rektum.
  • Antibiotik. Terkadang, antibiotik yang digunakan untuk melawan infeksi juga ikut serta membunuh bakteri-bakteri sehat yang berfungsi menjaga kesehatan saluran cerna. Akibatnya, bakteri berbahaya seperti Clostridium difficile dapat tumbuh dan berkembang biak di rektum.
  • Efek samping operasi, misalnya pada pasien yang menjalani operasi usus besar dan tidak bisa BAB secara normal dari rektum.
  • Reaksi terhadap protein dari makanan, misalnya bayi yang minum susu sapi atau kedelai. Bayi yang minum ASI dari ibu yang mengonsumsi produk-produk susu juga berpotensi mengalami proktitis.
  • Penumpukan sel darah putih. Bayi di bawah 2 tahun berpotensi mengalami inflamasi rektum akibat penumpukan eosinofil, yaitu salah satu jenis sel darah putih.

Sumber : www.alodokter.com