Perilaku bullying yang terjadi di masyarakat mempunyai banyak sekali faktor-faktor penyebabnya, yang terkadang bisa bersifat tunggal ataupun bersifat saling menguatkan. Perilaku bullying dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor Internal
Salah satu faktor internal penyebab perilaku bullying adalah adanya sifat temperamental dan impulsif dalam diri seseorang. Sifat temperamental dicirikan dengan adanya ketidakfleksibelan dalam sosial, aktivitas yang tinggi, hiperaktif, kesulitan dalam menjalani transisi kehidupan, serta depresi. Sifat temperamental tersebut selanjutnya menimbulkan sikap impulsif dan pengendalian diri yang rendah pada diri seseorang (Benitez dan Justicia).
Selain itu, kondisi internal lain yang dapat dianalisis adalah dari tingkat kecerdasan seseorang. Menurut Moffit, Erron dan Huessman (dalam Benitez dan Justicia) kemampuan inteligen, kemampuan problem solving dan prestasi sekolah yang rendah menjadi penyebab seseorang berperilaku agresif dan cenderung mengarah pada tindakan kekerasan. Kemampuan inteligen yang paling berpengaruh adalah kecerdasan verbal.
Faktor Eksternal
Selain faktor internal, bullying juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal. Nevid, Rathus & Greene (2005) menjelaskan bahwa anak-anak berpotensi meniru tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan sekitar mereka, baik di rumah, di sekolah, di televisi atau dimedia lain. Tindakan agresif yang diamati anak melalui lingkungan sekitar ini selanjutnya dipraktikan kepada teman sebayanya melalui perilaku bullying untuk memperoleh keinginan, memperoleh persetujuan atau rasa hormat dari teman sebayanya.
Pemaparan perilaku bullying dapat dimulai dari rumah, yakni tatakala anak menyaksikan kekerasan diatara kedua orang tua atau menjadi korban langsung kekerasan yang dilakukan orang tua. Paparan tindakan bullying dalam keluarga menimbulkan persepsi pada diri anak bahwa kekerasan dalam hubungan interpersonal merupakan cara yang wajar untuk memaksa orang lain untuk melakukan keinginan anak (Nevid, Rathus & Greene, 2005).
Karketeristik orang tua dan tipe pengasuhan juga berpengaruh terhadap perilaku bullying anak. Orang tua yang cenderung sering menguhukum dan berlaku impulsif terhadap anak secara tidak langsung menanamkan konsep kekerasan pada diri anak. Sejalan dengan hal itu, anak secara tidak langsung juga belajar untuk berperilaku agresif untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sementara orang tua yang cenderung kurang memperhatikan anak juga mengakibatkan anak berperilaku negatif, salah satunya perilaku bullying. Bahkan orang tua yang anti sosial juga dapat membentuk karakter temperamental dan anti sosial pada diri anak, sehingga pada akhirnya anak akan cenderung berperilaku bullying. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tipe pengasuhan dan karakteristik orang tua berpengaruh terhadap pembentukan sikap agresif pada diri anak (Benitez dan Justicia).
Lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap perilaku anak. Fernandez menyebutkan beberapa faktor internal sekolah yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku bullying anak, yaitu hubungan guru dan siswa; hubungan antar siswa; ukuran fasilitas sekolah; masalah organisasi sekolah; perbedaan budaya; dan macam sanksi dan hukuman yang diberikan sekolah. Lebih lanjut Ascher menjelaskan bahwa perilaku bullying yang terjadi disekolah merupakan perwujudan dari kasus bullying yang terjadi dilingkungan sosial di mana anak tinggal.
Dalam lingkup pergaulan dengan teman sebaya, apabila anak bergaul dengan teman sebaya yang memiliki kecenderungan perilaku agresif, maka hal ini akan memperkuat pembentukan perilaku bullying pada diri anak (Benitez dan Justicia, 2006).
Hasil penelitian Jan dan Hussain (2015) menunjukan bahwa salah satu penyebab perilaku bullying adalah adanya kecemburuan dalam pergaulan teman sebaya. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpukan bahwa kelompok teman sebaya berpengaruh terhadap pembentukan perilaku bullying pada diri anak.
Anak yang terekspos bullying melalui media, baik media cetak maupun media masa, cenderung bersikap lebih agresif dan menunjukan sikap kekerasan pada teman sebayanya. Sementara anak yang terekspos konten prososial dalam media cenderung berikap tidak agresif, lebih kooperatif, dan cenderung mau berbagi terhadap dengan sebayanya. Secara lebih rinci, terdapat dua pengaruh media terhadap perilaku bullying pada anak, yaitu :
-
Anak yang terekspos kekerasan level tinggi pada media, cenderung akan langsung mempraktikan perilaku bullying pada teman sebayanya.
-
Anak yang terbiasa melihat kekerasan melalui media akan membentuk sebuah persepsi bahwa mereka harus melakukan kekerasan agar tidak menjadi korban kekerasan (Benitez dan Justicia, 2006).