Apakah Yang Kalian Ketahui Tentang Penerjemahan dan Teknik – Tekniknya?

Penerjemahan merupakan salah satu bidang yang lazim dijumpai hingga saat ini. Penerjemahan sendiri biasanya di lakukan baik secara verbal maupun tertulis. Inti dari penerjemahan itu sendiri adalah mengalih bahasaan makna sebuah teks dari satu bahasa ke bahasa lain dengan cara yang dimaksudkan oleh penulis teks. Kendati sekarang penerjemahan bisa dengan mudah dilakukan dengan beragam aplikasi seperti Google Translate berkat kemajuan teknologi yang begitu pesat, tetapi penerjemahan sendiri tetap menjadi bidang yang harus di geluti dengan pemahaman yang baik akan kebahasaan serta penguasaan teknik – teknik Penerjemahan dengan baik.

Selain itu, menurut beberapa diskusi yang saya replies mengenai topik penerjemahan, saya bisa menyimpulkan jika Google Translate belum bisa dikatakan efektif dalam melakukan Penerjemahan.

Lalu, Apakah definisi dari penerjemahan itu sendiri ? Dan apa – apa saja teknik yang perlu diketahui dan dikuasai dalam melakukan penerjemahan ?

Konsep Penerjemahan

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenak teknik – teknik dalam melakukan penerjemahan, kita perlu mengenal lebih jauh mengenai apa sebenarnya definisi dari penerjemahan itu sendiri. Pinheiro (2015), Penerjemahan (Translation) merupakan sebuah kegiatan mengubah sebuah wacana tertulis (discourse) dari bahasa asal (source language) ke dalam bahasa tujuan yang mempertimbangkan konteks antara bahasa asal dan bahasa tujuan atau dengan kata lain, makna yang ada di bahasa asal harus tetap dipertahankan di bahasa tujuan sebisa mungkin.

Sementara itu menurut Fitria (2015), Penerjemahan merupakan sebuah medium tertulis dan berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dengan berbagai macam orang dari berbagai macam bahasa dan budaya yang ada di dunia. Menurut Fitria, Penerjemahan memungkinkan orang – orang untuk menyebarkan informasi, pengetahuan, ide, dan berbagai macam hal kepada orang lainya.

Selain itu Fitria juga menegaskan mengenai banyaknya perbedaan di antara bahasa sumber (source language) dan bahasa tujuan (target language) dalam hal struktur, budaya, serta style-nya. Selain itu, penerjemahan juga sangat berguna bagi orang – orang yang tidak memiliki pemahaman mengenai bahasa sumber, sehingga profesi penerjemah sangat dibutuhkan untuk melakukan penerjemahan sebuah teks ke bahasa tujuan (target language).

Seperti yang sudah di sebutkan sebelumnya, Sholeh et al (2016) menyatakan jika seorang penerjemah yang baik dituntut untuk memiliki pemahaman yang baik dalam bahasa sumber dan bahasa tujuan. Misalnya, ketika seseorang ingin melakukan penerjemahan ke Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia atau sebaliknya, tentunya seorang penerjemah yang baik harus terlebih dulu memiliki pemahaman yang baik akan bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sehingga hasil penerjemahan dapat maksimal serta natural (Pelawi, 2014 seperti dikutip dari Sholeh et al ,2016).

Pemahaman itu menurut Sholeh dan kawan – kawan mencakup pemahaman akan struktur gramatikal, pengetahuan kosakata, serta pengetahuan akan budaya. 3 hal dasar ini perlu di miliki oleh penerjemah bahasa apapun di dunia. Menurut Hatim dan Mason (1997) seperti yang dikutip dari Fitria (2016), menguraikan apa – apa saja peran dan tugas dari seorang penerjemah. Menurut mereka Translator berperan penerima dan produsen. Maksudnya adalah, tugas seorang translator adalah untuk membaca dan mengerti teks tertulis dalam bahasa asal dan mentransfer meaning atau makna ke dalam bahasa tujuan. Selain itu, seorang penerjemah juga dituntut untuk tidak mengubah makna dan tujuan yang disampaikan dalam bahasa sumber ketika menerjemahkannya ke bahasa tujuan.

Pengertian dari Teknik Penerjemahan serta Teknik – Teknik Penerjemahan

Menurut Volf (2020) definisi dari teknik penerjemahan adalah metode – metode yang diaplikasikan penerjemahan yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil dari terjemahan dan mengklasifikasikan jenis - jenis solusi dari penerjemahan itu sendiri. Teknik Penerjemahan sendiri menurut Volf memiliki konsep yang berbeda dari strategi penerjemahan. Volf juga mengelaborasikan lebih lanjut mengenai perbedaan yang mendasar antara teknik penerjemahan dan strategi penerjemahan. Menurutnya, Strategi penerjemahan lebih mengacu kepada proses dari penerjemahan tersebut yang dimana menjadi alat bagi seorang penerjemah untuk mencari taktik yang tepat ketika mengalami masalah dalam melakukan penerjemahan. Sementara teknik penerjemahan mengacu kepada produk atau hasil dari penerjemahan.

Volf juga mengklasifikasikan 5 karateristik dasar dari teknik penerjemahan yakni : pengaruhnya terhadap hasil penerjemahan, perbandingan terstruktur dengan teks asli, pengaruhnya terhadap unit – unit mikro yang ada di dalam teks, diskursif dan kontekstual, dan fungsional. Setelah mengetahui definisi dan konsep dari Teknik – Teknik penerjemahan, selanjutnya adalah apa – apa saja teknik – teknik penerjemahan yang sering dipakai oleh para penerjemah. Setidaknya menurut Molina dan Albir (2002) seperti yang dikutip dari Volf (2020) dan Issy dan Rudi ada 18 jenis teknik penerjemahan yang sering dipakai oleh penerjemah. Menurut mereka teknik penerjemahan merupakan prosedur yang digunakan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan usaha sebuah penerjemahan untuk mencapai ekuivalensi dalam penerjemahan.

Ke - 18 teknik itu antara lain adalah :

Teknik Adaptasi (Adaptation Technique)

Adaptasi merupakan sebuah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengganti elemen – elemen kultural atau budaya dalam bahasa sumber (source language) dengan elemen – elemen kultural atau budaya dalam bahasa sasaran (target language). Penerapannya bisa dilihat sebagai berikut :

Misalnya ketika ingin menerjemahkan kata “ sepak bola “ ke dalam bahasa Inggris British dan bahasa Inggris Amerika yang tentunya memiliki penerjemahan adaptasi yang berbeda. Dalam bahasa inggris asli, sepak bola diterjemahkan sebagai football sementara di Amerika di terjemahkan sebagai soccer.

Atau misalnya kita ingin menerjemahkan peribahasa seperti “ Don’t cry over the split milk . “ Berdasarkan makna katanya, peribahasa itu artinya jangan menangisi susu yang sudah tumpah. Tetapi sebagai penerjemah yang baik, tentu kita perlu mengetahui makna semantik yang sebenarnya dari peribahasa tersebut yang artinya kurang lebih jangan menyesali hal yang sudah terjadi yang bisa kita terjemahkan menjadi “ nasi sudah menjadi bubur “ di dalam bahasa Indonesia sebagai padanannya.

Teknik Amplifikasi ( Amplification Technique)

Amplifikasi merupakan sebuah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara memperkenalkan atau menambahkan informasi lengkap yang tidak ada di dalam bahasa sumber (source language). Dengan kata lain, amplifikasi merupakan teknik paraphrase eksplisit (explicative paraphrasing). Pemberian catatan kaki atau footnotes juga merupakan sebuah bentuk amplifikasi.

Penerapannya bisa dilakukan ketika menerjemahkan kalimat dengan istilah – istilah asing yang dirasa bisa diparafrase untuk memberikan informasi lengkap mengenai istilah – istilah tadi. Misalnya ada kalimat Nasi pecel ini enak sekali – diterjemahkan menjadi This Indonesian food pecel rice is very delicious .

Kata Indonesian food di dalam kalimat bahasa Inggris tersebut hanya berfungsi untuk menambahkan informasi pada target reader bahwa nasi pecel atau pecel rice itu adalah makanan yang berasal dari Indonesia.

Teknik Meminjam (Borrowing Technique)

Meminjam merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengambil atau meminjam sebuah kata atau ekspresi dari bahasa sumber. Teknik meminjam ini sendiri terdiri dari dua jenis.

Yang pertama adalah peminjaman murni (pure borrowing) alias mengambil kata atau ekspresi dari bahasa sumber tanpa mengubahnya, dan ada juga peminjamin naturalisasi yang dimana kata atau ekspresi dari bahasa sumber di naturalisasikan atau disesuaikan dengan fonetik dan morfologi dari bahasa sasaran.

Misalnya kita ingin menerjemahkan kata “ gado – gado “ ke dalam bahasa Inggris. Untuk menjaga maknanya, kita bisa menggunakan kata “ gado – gado “ ini sendiri dengan teknik pinjaman dengan membiarkan susunan fonetik dan morfologinya mengingat gado – gado sebagai nama makanan termasuk dalam kata – kata berkonteks budaya.

Yang kedua adalah Naturalized borrowing yang merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mengambil kata dari bahasa sasaran, tapi dengan menyesuaikan bunyi, penulisan atau atau pelafalan kata dalam bahasa sasaran Misalnya kata “ Telephone “ yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dengan cara mengubah susunan penulisan menjadi “ telepon “. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesan bahwa kata dalam bahasa sumber terlihat lebih natural di bahasa sasaran.
Teknik Calque (Calque Technique)

Calque merupakan teknik penerjemahan yang sebenarnya hampir mirip dengan teknik borrowing Persamaannya adalah, teknik calque dan borrowing ini sama-sama menerjemahkan kata dengan cara menerjemahkan unsur leksikalnya dan struktural. Unsur leksikal adalah maksud kata yang sebenarnya sementara struktural adalah susunan kata yang dengan kata lain, Teknik Calque dilakukan berdasarkan dengan arti kata dan susunannya. Ciri utama dari teknik calque adalah teknik ini bisa menerjemahkan kata ATAU frasa (phrase). Sedangkan teknik borrowing hanya bisa menerjemahkan kata saja.

Misalnya kita ingin menerjemahkan kata – kata seperti “ Ecole normale “ yang merupakan bahasa Prancis ke dalam bahasa Inggris. Jika mengacu pada teori calque maka terjemahannya adalah “ Normal school “. Penerjemahan yang dilakukan secara literal dengan sedikit mengubah susunan struktur kalimatnya tanpa mengubah makna yang sebenarnya. Ada dua poin pentiny

Ada dua hal penting yag diketahui dari penerjemahan dengan teknik Calque yang pertama adalah teknik Calque dapat digunakan untuk menerjemahkan kata atau frasa dan juga yang kedua, Teknik Calque mungkin saja dapat mempertahankan unsur leksikal sebiah kata tetapi dalam penerjemahannya, Teknik Calque menyesuaikan struktur kata di bahasa sasaran.

Teknik Kompensasi (Compensation Technique)

Teknik kompensasi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara “ memberikan kompensasi “ terhadap elemen teks di dalam bahasa sumber yang “ hilang “ dan disaat yang sama menyusun ulang penerjemahan terhadap elemen tersebut di dalam bahasa sasaran. Pada dasarnya, Teknik Kompensasi teknik yang mempertahankan bentuk seni atau unsur stilistik di.

Misalnya bahasa Inggris tidak mengungkapkan definite articles (kata The) seperti yang ada di bahasa Spanyol yang memiliki macam – macam definitie articles seperti el gato atau la gata sehingga seorang penerjemah akan memberikan semacam kompensasi dengan membuat referensi yang membuat elemen yang hilang tadi menjadi lebih jelas.

Atau contoh lainnya : “ a pair of scissors “ tidak diterjermahkan sebagai “ sepasang gunting “ melainkan “ sebuah gunting “ di dalam bahasa Indonesia.

Teknik Deskripsi (Description Technique)

Teknik deskripsi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengganti sebuah kata atau ekspresi dengan sebuah deskripsi yang menjelaskan kata atau ekspresi tadi supaya memudahkan para pembaca di bahasa sasaran. Misalnya saja kita ingin menerjemahkan istilah yang sulit di terjemahkan seperti “ Gimlet “ yang merupakan nama jenis minuman.

Untuk memberikan kemudahan bagi pembaca di bahasa sasaran, seorang penerjemah bisa memberikan deskripsi mengenai gimlet yang “ merupakan minuman yang terbuat dari gabungan gin, vodka, dan jus lemon “.

Perlu diingan jika penerjemahan menggunakan teknik deskripsi tidak bisa dilakukan sembarangan yang dimana penambahan deskripsi pada hasil terjemahan tersebut biasanya hanya akan dilakukan untuk menerjemahkan istilah yang tidak lazim di bahasa sasaran seperti pada contoh yang sudah disebutkan di atas.

Teknik Kreasi Diskursif (Diskursif Creation)

Teknik kreasi diskursif ini merupakan teknik penerjemahan yang tidak terlalu “mempedulikan dan memperhatikan” pengalihan bahasa secara rinci. Artinya teknik discrusive creation atau kreasi diskursif ini sendiri cenderung menerjemahkan sebuah kalimat berdasarkan sudut pandang yang lain. Teknik penerjemahan ini biasanya digunakan untuk menejermahkan judul buku. Tentu kita pernah membandingan kedua buku yang berada di bahasa sumber dan bahasa sasaran yang judulnya saja sangat berbeda yang dianggap di luar konteks. Tetapi kenyataannya tidak begitu karena si penerjemah sendiri pada dasarnya mengambil konteks keseluruhan dari buku tersebut sebelum menerjemahkannya.

Contohnya bisa kita temukan dalam novel petualangan karya Will Kalif yang berjudul “ Fulcrum Shift “ yang judulnya diterjemahkan menjadi “ Fulcrum Shift : Petualangan Viss Sang Pencuri dan Batu Ajaib “ di dalam bahasa Indonesia. Tentu kita pada awalnya mengira jika judul tersebut ditambah – tambahkan saja sehingga berada di luar konteks, tetapi pada dasarnya, judul di bahasa Indonesia itu sendiri merupakan konteks keseluruhan yang ada di novel tersebut. Fulcrum Shift sendiri memang di dalam buku tersebut diceritakan sebagai batu ajaib sehingga si penerjemah menggunakannya dalam pemberian sub judul di bawah judul utama novel.

Teknik Ekuivalensi (Established Equivalence Technique)

Teknik ekuivalensi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara menerjemahkan kata, frasa, kalimat, ataupun ekspresis sesuai dengan ekuivalensi atau mengedepankan sisi kelaziman atau sisi kewajaran penerjemahan dalam bahasa sasaran.

Misalnya ketika kita ingin menejermahkan kalimat bahasa Indonesia “ apakah kamu pernah pergi berlibur di Paris “. Jika diterjemahkan menjadi “ Have you ever gone on holiday in Paris ? “ dalam bahasa Inggris sebenarnya tidak salah, tetapi di telinga orang – orang yang berbahasa Inggris di luar negeri, terjemahan seperti ini tidak lazim. Terjemahan yang lazim adalah “ Have you ever been on holiday in Paris ? “.

Atau misalnya ketika kamu ingin menerjemahkan kalimat “ my mouth is watered whenever I see food “. Ketika kita menejermahkannya menjadi “ mulutku selalu berair ketika melihat makanan “ tentu akan aneh dan tidak lazim, sehingga, ekuivalen dari watered ini bisa diterjemahkan sebagai “ ngiler “, sehingga penerjemahan yang lazim adalah “ aku selalu ngiler kapapun aku melihat makanan “.

Teknik Generalisasi (Generalization Technique)

Teknik generalisasi adalah sebuah teknik penerjemahan yang mengacu kepada penggunaan istilah – istilah yang lebih umum atau netral. Hal tersebut dilakukan karena bisa jadi istilah yang ada di bahasa sumber tidak memiliki padanan yang spesifik di bahasa sasaran.

Misalnya kita ingin menerjemahkan kata – kata dalam bahasa Prancis misalnya seperti guichet, fenetre, atau devanture ke dalam bahasa inggris. Ketiga kata itu memiliki makna yang kurang lebih sama dengan “ window “ atau jendela dalam bahasa Inggris. Sehingga untuk penerjemahannya cukup ditulis “ window “ saja karena istilahnya lebih umum dan netral serta dikenal oleh banyak orang.

Contoh lain : kata – kata seperti “ residence “, “ house “, “ penthouse “ dan lain – lain memiliki makna umum sebagai “ tempat tinggal “.

Teknik Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification Technique)

Teknik Amplifikasi Linguistik merupakan teknik penerjemahan yang mengacu kepada proses penambahan elemen – elemen linguistik ke dalam bahasa sasaran. teknik penerjemahan yang menambahkan unsur linguistik pada terjemahan yang memiliki kemiripan dengan teknik description, hanya saja jika description technique itu penambahannya hanya berfungsi untuk menjelaskan sebuah istilah ke dalam bahasa sasaran.

Tetapi di dalam Teknik Amplifikasi Linguistik, penambahannya ada pada penambahan kata dan struktur kata pada bahasa sasaran. Misalnya saja ketika ingin menerjemahkan kata “ The dolphin comes out and jump out over the fire ring “. Kalimat tersebut diterjemahkan menjadi “ lumba – lumba itu keluar dari air dan melompat melewati lingkaran api “. Frasa “ dari air “ ditambahkan dalam penerjemahan kalimat tersebut ke bahasa Indonesia semata – mata, untuk memperjelas makna kata dari “ comes out “ yang artinya “ keluar “ saja.

Teknik Kompresi Linguistik (Compression Amplification Technique)

Teknik kompresi linguistik merupakan teknik penerjemahan yang merupakan kebalikan dari Linguistic Amplificatiion. Pada dasarnya teknik linguistic compression adalah teknik penerjemahan yang mengurangi unsur linguistik dari sebuah kalimat dengan tujuan untuk memotong atau mempersingkat durasi pengucapan sebuah kalimat, sehingga durasinya lebih pendek.

Misalnya saja ketika kita ingin menerjemahkan kalimat “ This toy will put a smile on her face “ yang tentu saja kita tidak serta merta bisa menerjemahkannya menjadi “ mainan ini akan meletakan senyumannya di wajahnya “ yang terkesan aneh dan tidak lazim. Dengan menggunakan teknik kompresi linguistik, maka penerjemahan yang benar adalah “ Mainan ini akan membuatnya tersenyum “ dengan menghilangkan penerjemahan terhadap kata “ put “ dan “ face “.

Teknik Penerjemahan Literal (Literal Translation Technique)

Merupakan sebuah teknik penerjemahan yang mengacu kepada pemindahan ekspresi kata ke kata tetapi strukturnya mengikuti aturan – aturan di dalam bahasa sasaran seperti misalnya kata “ pencil “ dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “ pensil “ dalam bahasa Indonesia.

Contoh lain : “ Killing two birds with one stone “ jika diterjemahkan secara literal ke bahasa Indonesia menjadi “ Membunuh dua burung dengan satu batu “. Jadi semua kata di bahasa sumber diterjemahkan secara literal di bahasa sasaran. Tetapi untuk menerjemahkan kalimat peribahasa seperti ini di sarankan untuk menggunakan teknik adaptasi terlebih dulu untuk mencari ekuivalen atau persamaan dari peribahasa tersebut di bahasa sasaran. Jika memang tidak ditemukan, maka teknik penerjemahan literal bisa digunakan.

Teknik Modulasi (Modulation Technique)

Teknik modulasi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengubah sudut pandang, fokus, atau kategori kognitif dalam hubungannya dengan bahasa sasaran. Teknik modulasi bisa dilakukan dalam bentuk leksikal maupun struktural. Misalnya : ada dua kalimat dalam bahasa Inggris sebagai berikut :

“ you are going to have a child “ dan “ you are going to be a father “. Pada dasarnya kedua kalimat ini maknanya kurang lebih sama, tetapi memiliki perspektif yang berbeda. Kalimat pertama berfokus kepada si anak dan kalimat kedua berfokus kepada si ayah.

Teknik Partikularisasi (Particularization Technique)

Teknik partikularisasi merupakan teknik penerjemahan yang mengacu kepada penggunaaan istilah – istilah yang lebih tepat atau konkrit di dalam teks terjemahan. Intinya, Partikularisasi merupakan teknik penerjemahan dadi istilah umum ke istilah spesifik. Teknik particularization pada dasarnya merupakan kebalikan dari teknik generalization.

Misalnya kita ingin menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia “ kami membutuhkan waktu dua jam untuk mencapai pulau ini dengan transportasi laut “ yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi “ it takes us two hours to reach this island using the ship “. Mengapa “ ship “ dipilih ketimbang “ water transportation “ ? Alasannya karena di bahasa sumber tidak disebutkan secara detail mengenai transportasi laut apa yang digunakan sehingga di bahasa sasaran muncul kata “ ship “.

Teknik Reduksi (Reduction Technique)

Teknik reduksi atau pengurangan merupakan teknik penerjemahan yang mengacu kepada pengerucutan informasi di dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dengan kata lain, reduksi merpakan teknik yang mengurangi satu atau lebih unsur dalam bahasa terjemahan.

Sebenarnya teknik ini mirip dengan teknik linguistic amplification. Tapi meskipun serupa, mereka itu tidak sama. Persamaannya adalah, keduateknik ini sama-sama mengurangi satu unsur yang ada dalam sebuah kalimat. Tapi perbedaan teknik reduction dan teknik linguistic amplification adalah, teknik reduction mengurangi informasi yang ada pada bahasa sumber. Sedangkan teknik linguistic amplification mengurangi unsur linguistik dalam sebuah kalimat.

Misal : “ Surabaya, the capital city of east Java province is also known as city of heroes “ yang diterjemahkan menjadi “ Surabaya juga dikenala sebagai kota pahlawan “.

Hal ini terjadi karena penulis di dalam bahasa sumber ingin memberikan informasi lengkap mengenai Surabaya dengan mencantumkan dimana lokasinya, sedangkan di terjemahan bahasa Indonesianya lokasi dari Surabaya tidak disebutkan karena hampir semua orang Indonesia tahu dimana Surabaya berada alias lokas Surabaya adalah pengetahuan umum bagi masyarakat Indonesia.

Teknik Substitusi (Substitution Technique)

Teknik substitusi atau pertukaran merupakan teknik penerjemahan yang mengacu kepada menukar istilah atau kata di dalam bahasa sumber yang memiliki sedikit sekali atau bahkan tidak memiliki kesamaan terhadap hubungan semantik terhadap bahasa sasaran. Dengan kata lain teknik substitusi merupakan teknik penerjemahan yang menagcu kepada penggantian unsur paralinguistic (kata yang menunjukan isyarat atau intonasi).

Misal “ There are two Japanese bow each other yang diterjemahkan menjadi “ Kedua orang jepang itu saling memberi salam “. Karena ekspresi bow itu merupakan paralinguistik dari memberi salam.

Teknik Transposisi (Transposition Technique)

Teknik Transposisi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengubah kategori dan struktur gramatikal, misalnya dengan pengubahan letak kata sifat atau mungkin mengubah bentuk jamak ke singular.

Misalnya : “ apply to damp skin and rinse off “ diterjemahkan menjadi “ Gunakan pada kulit yang kusam dan bilas hingga bersih “.

Perhatikan ada penambahan kata “ yang “ dalam penerjemahan ke Bahasa Indonesia yang mengubah struktur kalimatnya tetapi tanpa mengubah makna dari bahasa sumber-nya.

Teknik Variasi (Variation Technique)

Teknik Variasi merupakan teknik penerjemahan yang digunakan untuk menerjemahkan unsur para linguistik, unsur linguistik, gaya bahasa, dan dialek bahasa pada bahasa sasaran.

Misalnya : “ by the way “ diterjemahkan menjadi “ omong – omong “.

Referensi :

  • Pinheiro, M., R. (2015). Translation Techniques. Communication and Language at Work . 4, 121 – 144.
  • Fitria, T., N. (2015). Translation Technique of English to Indonesian Subtitle in Doraemon “ Standy By Me “ Movie. Thesis : University of Muhammadiyah Surakarta . 1 – 16.
  • Sholeh, I., M., Sukarno, & Wahyuningsih, I. (2016). Teknik, Metode, dan Ideologi Penerjemahan Pada Versi Terjemahan Di Buku Pidato Tiga Bahasa. Artikel Ilmiah Mahasiswa . 1 – 6.
  • Volf, P. (2020). Translation techniques as a method for describing the results and classifying the types of translation solutions. Regular Issue Article : Yale University . 14(2), 1 – 7.