Apakah yang dimaksud Suspensi Farmasi (Pharmaceutical Suspension)?

Suspensi atau suspension menurut farmakope edisi IV adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut, yang terdispersi dalam fase cair. suspensi oral merupakan sediaan suspensi yang ditujukan untuk penggunaan secara oral.

Suspensi menurut farmakope III adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.

Suspensi menurut USP XXVII adalah :

  • Suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat terdispersi dalam suatu cairan pembawa cair atau flavouring agent yang cocok untuk pemakaian oral.

  • Suspensi topikal adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair, untuk pemakaian kulit.

  • Suspensi otic adalah sediaan cair yang mengandung partikel-partikel mikro untuk pemakaian diluar telinga.

Menurut formularium nasional, suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersi sempurna dalam cairan pembawa.

Apakah yang dimaksud Suspensi Farmasi (Pharmaceutical Suspension) ?

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu suspensi yang siap digunakan atau suspensi yang direkonstitusikan dengan sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan.

Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan bahan pensuspensi yang dengan melarutkan dan pengocokan dalam sejumlah cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan.

Suspensi kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat akan digunakan. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang homogen maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi.

Komposisi suspensi kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi pembasah, pemanis, pengawet, penambah rasa atau aroma, buffer dan zat warna.

Obat yang biasa dibuat dalam sediaan suspensi kering adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya pembawa air (sebagai contoh obatobat antibiotik) sehingga lebih sering diberikan sebagai campuran kering untuk dibuat suspensi pada waktu akan digunakan.

Biasanya suspensi kering hanya digunakan untuk pemakaian selama satu minggu dan dengan demikian maka penyimpanan dalam bentuk cairan tidak terlalu lama.

Kriteria Suspensi dan Suspensi Kering

Suatu sediaan suspensi yang baik harus memenuhi kriteria tertentu. Kriteria dari suatu sediaan suspensi yang baik adalah :

Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama dapat dipertahankan dengan pengocokan sediaan.
Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat segera terdispersi kembali apabila suspensi dikocok.
Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah.
Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan mudah dapat dituang dari wadahnya.
Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.

Sedangkan kriteria suatu sediaan suspensi kering yang baik adalah :

  • Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan serbuk harus stabil secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau, bentuk partikel dan stabil secara kimia seperti tidak terjadi perubahan kadar zat aktif dan tidak terjadi perubahan pH yang drastis.
  • Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata di seluruh cairan pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan atau pengadukan.
  • Bila suspensi kering telah dibuat suspensi maka suspensi kering dapat diterima bila memiliki kriteria dari suspensi.

Macam-macam Bentuk Sediaan Suspensi

Suspensi dalam dunia farmasi terdapat dalam berbagai macam bentuk, hal ini terkait dengan cara dan tujuan penggunaan sediaaan suspensi tersebut. Beberapa bentuk sediaan suspensi antara lain:

  • Suspensi injeksi intramuskuler (mis: suspensi penisilin)
  • Suspensi sub kutan
  • Suspensi tetes mata (mis : suspensi hidrokortison asetat)
  • Per oral (mis : suspensi amoksisilin)
  • Rektal (mis : suspensi para nitro sulfatiazol)
  • Sebagai reservoir obat
  • Patch transdermal
  • Formulasi topikal konvensional

Stabilitas suspensi

Suspensi yang mengendap harus dapat menghasilkan endapan yang dapat terbagi rata kembali bila dikocok, karena hal ini merupakan suatu persyaratan dari suatu suspensi.

Pengendapan itu sendiri disebabkan adanya tegangan antar permukaan zat padat dengan zat cairnya, bila tegangan antar pemukaan zat padat ini lebih besar dari tegangan permukaan zat cairnya, maka zat padat tersebut akan mengendap dan sebaliknya bila tegangan antar permukaan zat padat lebih kecil maka zat padat tersebut akan ditekan ke atas sehingga pengendapan tidak akan terjadi.

Untuk memperkecil tegangan antar permukaan maka diperlukan zat pensuspensi yang bekerja menurunkan tegangan permukaan. Selain tegangan permukaan zat yang memiliki energi bebas yang besar tidak stabil dalam bentuk suspensi. Untuk mendapatkan suspensi yang stabil maka energi bebas tersebut harus diturunkan.

Hubungan energi bebas, tegangan permukaan dan luas permukaan dalam suatu suspensi dijelaskan dalam rumus sebagai berikut :

 W = γ . ∆A 

Dimana harga : W = kenaikan energi bebas permukaan (erg), γ = tegangan antar muka (dyne/cm), ∆A = penambahan luas permukaan (cm2).

Persamaan di atas menunjukkan bahwa untuk menstabilkan suatu suspensi maka ukuran partikel harus diperkecil sehingga energi bebasnya juga menjadi kecil.

Selain dari persamaan di atas Hukum Stokes juga perlu dipertimbangkan yaitu:

V = (d21 – ρ2) g) / 18η

Dimana V = kecepatan sedimentasi, d = jari-jari partikel terdispersi, ρ 1 = massa jenis fase dalam, ρ 2 = massa jenis fase luar, g = percepatan gravitasi, η = viskositas fase luar.

Dari rumus diatas terlihat bahwa:

  • Semakin kecil ukuran partikel laju pengendapan suspensi akan semakin lambat.
  • Semakin tinggi viskositas maka kecepatan pengendapan akan semakin berkurang.
  • Selisih massa jenis yang semakin kecil menyebabkan kecepatan pengendapan juga semakin lambat.

Suspensi merupakan suatu sediaan cair yang berisi sedikitnya satu bahan aktif padatan yang tidak larut dalam pembawanya tetapi terdispersi di dalamnya.

British Pharmacopeia mendefinisikan suspense farmasetik sebagai sediaan cair oral satu atau lebih zat aktif yang terdispersi pada suatu pembawa yang cocok. Zat padat terdispersi tersebut dapat memisah secara perlahan – lahan namun dapat segera terdispersi kembali dengan mudah. Berbeda dengan larutan yang semua zat aktifnya terlarut, suspensi cenderung membentuk endapan sehingga diperlukan penggojogan sebelum digunakan.

Dalam suspensi, terdapat dua fase yaitu fase internal (fase terdispersi) serta fase eksternal (medium disperse).

  • Fase internal terdiri atas partikel padatan yang tidak larut dengan range ukuran tertentu (untuk menjamin homogenitasnya) yang terdispersi dalam fase eksternal dengan bantuan suatu suspending agent tertentu (tunggal maupun kombinasi).

  • Fase eksternal pada umumnya merupakan fase air tetapi dapat juga berupa fase organic atau cairan berminyak untuk pemakaina non oral.

Suspensi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kriteria tertentu.

Suatu sediaan dibuat dalam sediaan suspensi dengan mempertimbangan kelebihan suspensi, yaitu:

  • Suspensi dapat meningkatkan stabilitas kimia senyawa tertentu seperti Procain dan Penisilin G

  • Mempunyai bioavailabilitas yang relatif lebih tinggi daripada sediaan padat (urutan bioavailabilitas dari yang tertinggi: larutan > suspensi > kapsul > tablet > tablet salut)

  • Onset dan durasi dapat dikendalikan (misalnya suspensi protamin – zink insulin)

  • Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak diinginkan (dibandingkan dengan larutan). Misalnya pada suspensi kloramfenikol

Karena kelebihannya tersebut, suspensi sangat cocok untuk memformulasikan pada oabat – obat yang praktis tidak larut atau sangat sedikit larut seperti prednisolon, untuk mencegah degrasi obat dan meningkatkan stabilitas obat – obat seperti Oxytetracycline, atau untuk menutupi rasa pahit dari oabat – obat seperti kloramfenikol palmitat.

Namun, suspensi juga memiiki kekurangan, yaitu:

  • Bermasalah pada aspek stabilitas fisik
  • Relatif repot dalam handling dan transport
  • Relatif sulit untuk diformulasikan
  • Sulit diperoleh dosis yang homogeny yang akurat kecuali jika suspensi dibuat dalam suatu dosis tunggal
  • Memerlukan penggojogan sebelum pamakaian
  • Memerlukan kondisi penyimpanan khusus karena dapat mempengaruhi keadaan fase disperse

Suspensi dapat digunakan untuk pemakian oral (exp. Chloramphenicol palmitate suspension), topical (exp. Calamine lotion, FYI: salah satu nama dagangnya adalah Caladine Lotion), parenteral (untuk mengontrol kecepatan absorbsi), penyiapan vaksin atau imunisasi (exp. Vaksin kolera), dll.

Suatu suspensi, idealnya memiliki sifat – sifat seperti berikut:

  • Fase dispers tidak cepat membentuk endapan yang padat dan kalau pun terbentuk endapan harus dapat disuspensikan kembali dengan panggojogan ringan
  • Mudah dituang, tidak encer dan tidak “berpasir” (no grittiness)
  • Memiliki rasa dan bau yang menyenangkan
  • Stabil secara mikrobiologis, fisik, maupun kimia
  • Khusus untk suspensi parenteral/ophthalmic harus steril
  • Khusus untuk suspensi parenteral, ukuran partikelnya harus lebih kecil daripada luabang jarum suntik

Untuk dapat memperoleh suspensi yang ideal (terutama dalam stabilitas fisiknya), hukum Stoke’s dapat dijadikan acuan. Menurut stoke’s kecepatan pengendapan berbanding lurus dengan kuadrat diameter partikel (partikel diasumsikan berbentuk bulat sempurna), perbedaan densitas antara fase internal dan eksternal, serta gravitasi tetapi berbanding terbalik dengan viskositas suspensi secara keseluruhan. Berdasarkan hukum Stoke’s tersbut, untuk mendapatkan suspensi yang lambat mengendap, maka kita dapat memperkecil diameter partikel fase internal, memilih fase eksternal yang memiliki perbedaan densitas cukup besar dengan fase internal (zat aktifnya), atau memperbesar viskositas suspensi akhir.

Pengecilan ukuran partikel dapat dilakukan dengan memotong – motong padatan (zat aktif) menggunakan blender, mortar dan stamfer atau alat lain yang sesuai. Idealnya, ukuran fase internal adalah sama (aau setidaknya memiliki range yang relatif sempit) untuk menjamin homogenitas, dan memberikan penampilan suspensi yang baik serta tidak “berpasir” (no grittiness). Viskositas akhir suatu emulsi dapat dilakukan dengan memilih suspending agent yang mempunyai viskositas tinggi.

Suspensi dapat dibuat dengan cara presipitasi atau dengan cara dispersi. Cara Presipitasi menekankan pada pengendapan kembali zat aktif yang sebelumnya dilarutkan pada suatu solven tertentu. Pengendapan kembali ini dapat dilakukan dengan “permainan” pH (misalnya golongan sulfa larut dalam suasana basa tetapi mengendap pada suasana asam), pendesakan oleh “pelarut” lainnya, atau perubahan temperature. Sedangkan cara disperse menekankan pada pencampuran semua komponen tanpa melalui tahap pelarutan dan pengendapan kembali.

Suspensi yang dibuat dengan cara presipitasi umumnya menghasilkan ukuran fase internal ynag ebih kecil daripada suspensi yang dibuat dengan cara disperse hal ini karena pada cara presipitasi zat aktif (fase internal) telah terlarut terlebih dahulu sedagkan pada cara disperse tidak melalui tahap pelarutan.

Kontrol Kualitas Sediaan Suspensi:

  • Ukuran partikel dan distribusi ukuran partikel
  • Homogenitas
  • Viskositas
  • pH
  • Disolusi
  • Efektivitas pengawet
  • Kecepatan pengendapan
  • Kemudahan penuangan
  • Redispersibilitas
  • Sterilitas (untuk suspensi tertentu yang harus steril)
  • Penampilan
  • Rasa
  • Stabilitas (mikrobiologis, kimia, fisik)

Sumber : Haafizhah Kurniasih, “Sekilas tentang Suspensi”