Apakah yang dimaksud Patriasis Alba?

Pitiriasis Alba

Pitiriasis Alba merupakan suatu kelainan kulit yang biasanya terdapat pada anak-anak dan dewasa muda. Yang ditandai dengan adanya gambaran hipopigmentasi bulat sampai oval, macula halus. Bercak dalam berbagai ukuran biasanya diameternya beberapa centimeter, berwarna putih ( tetapi bukan depigmentasi ) atau merah muda terang. Biasanya bercak tampak jelas, tetapi mungkin dan sedikit meninggi di luar area hipopigmentasi.

Apakah yang dimaksud Patriasis Alba?

Pitiriasis alba

Pitiriasis alba merupakan bagian dari hipomelanosis yang bisa mengenai semua jenis ras, tapi kebanyakan adalah orang kulit hitam. Pitiriasis alba merupakan suatu penyakit terdiri dari bentuk asimptomatik, skuama halus, oval, bercak kemerahan, terkadang juga berupa makula dari bentuk hipopigmentasi ringan sampai sedang yang akan menghilang serta meninggalkan area yang depigmentasi.

Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh fox pada tahun 1942 Oleh O’Farrel, pada tahun 1956 diberi nama Pitiriasis Alba, dalam bahasa latin berarti putih, bercak bersisik.(1-5)
Nama lain dari penyakit ini adalah pitiriasis simpleks, pitiriasis makulata, impetigo sika, dan impetigo pitiroides, eritema streptogenes, pitiriasis sicca faciei.(2,3,5)

Epidemiologi


Pitiriasis Alba biasanya muncul pada anak-anak dengan umur 3 -16 tahun. Untuk perlangsungan pada kedua jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan. Penyakit ini lebih banyak mengenai orang kulit hitam atau coklat. Penyakit ini menjadi kelihatan lebih jelas pada musim panas. Pitiriasis Alba jarang ditemukan setelah umur 30 tahun.(2,6,7)

Etiologi


Menurut pendapat para ahli diduga adanya infeksi streptococcus, tetapi belum dapat dibuktikan. Atas dasar riwayat penyakit dan distribusi lesi diduga impetigo dapat merupakan faktor pencetus. Pitiriasis alba juga merupakan manifestasi dermatitis non spesifik, yang belum diketahui penyebabnya. Sabun dan sinar matahari bukan merupakan faktor yang berpengaruh. Kulit kering yang berlebihan yang disertai dengan paparan sinar matahari dapat juga memberikan kontribusi.

Meskipun etiologi dari penyakit ini belum diketahui secara pasti, tetapi faktor pemicunya dapat sebagai berikut : (3,8,9)

  1. panas
  2. sistem imunitas
  3. alergi deterjen dan sabun
  4. rokok
  5. stress

Patofisiologi


Patofisiologinya belum diketahui tetapi beberapa ahli percaya bahwa penyakit ini merupakan suatu bentuk dari dermatitis eksematosa dengan hipomelanosis yang terjadi dari perubahan setelah inflamasi dan efek penyinaran ultraviolet pada daerah epidermis yang hiperkeratotik dan parakeratotik. Proses ini diperkirakan hasil transfer blok melanosom. Kepadatan fungsional melanosit telah berkurang pada area yang dipengaruhi tanpa perubahan pada aktivitas sitoplasmid. Melanosom cenderung untuk lebih sedikit dan lebih kecil, tetapi bentuk penyebaran keratinosit adalah normal.

Perubahan melanosom menjadi keratinosit umumnya tidak terganggu. Penampakan histologinya tidak spesifik. Hiperkeratosis dan parakeratosis selalu ada, dan tampaknya kedua hal tersebut tidak berperan penting dalam patogenesis hipomelanosis. Derajat edema interseluler dan droplet intrasitoplasmik lemak terlihat. Hipopigmentasi terjadi karena penurunan jumlah melanosit aktif dan penurunan jumlah dan ukuran melanosom pada daerah yang terkena.(1,7,10)

Gejala klinis


Lesi yang ditemukan biasanya berbentuk bulat, oval, atau plakat yang teratur. Warna merah muda atau sesuai warna kulit dengan skuama yang halus. Setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya depigmentasi dengan skuama halus. Pada stadium ini penderita datang berobat terutama pada penderita dengan kulit berwarna. Bercak biasanya multipel 4 sampai 20 dengan diameter antara 1-2 cm, tapi dapat juga lebih besar terutama yang berada di daerah badan. Pada anak-anak lokasi kelainan paling banyak di temukan di daerah muka (50-60%), yaitu di sekitar mulut, dagu, pipi serta dahi. Lesi padat dijumpai pada ekstremitas dan badan. Dapat simetris pada bokong, paha atas, punggung, dan ekstensor lengan tanpa keluhan. Lesi umumnya menetap, terlihat sebagai leukoderma setelah skuama menghilang.(3,10,11)

Berdasarkan gejala klinis yang sering ditemukan, Pitiriasis Alba dapat di bagi atas 2 bentuk antara lain :

  • Bentuk lokal, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, lebih banyak mengenai anak-anak, lesi terutama terdapat di wajah, biasanya ditemukan sampai 5 lesi yang berbentuk plakat hipokrom disertai skuama. Bentuk ini memiliki respon yang lebih baik terhadap pengobatan.

  • Bentuk umum, memiliki insidens yang lebih jarang dan paling sering ditemukan pada orang dewasa dan
    anak-anak. Bentuk ini di bagi lagi menjadi dua variasi klinik, antara lain :

    1. Idiopatik, di tandai oleh adanya lesi berbatas tegas, simetris, dan tanpa skuama. Terdapat pada badan dan memiliki respon yang jelek terhadap pengobatan

    2. Dermatitis atopik, pada bentuk ini gatal merupakan gejala yang paling sering di keluhkan. Berespon terhadap pemberian kortikosteroid topikal.

Selain bentuk yang sering di temukan, beberapa manifestasi klinis yang tidak umum juga di temukan, seperti psoriasis dan bentuk pigmentasi. Pasien datang dengan lesi yang pada bagian tengahnya terdapat hipopigmentasi. Disertai skuama halus, yang terutama terdapat di daerah wajah, dan biasa di sertai dengan infeksi dermatofit.(12)

image
Gambar Makula hipopigmentasi

Pemeriksaan Penunjang


  1. Pemeriksaan histopatologi
    Pada pemeriksaan ini biasanya di temukan achantosis, spongiosis ringan, dengan hyperkeratosis sedang, dan lesi parakeratosis. Juga dapat ditemukan adanya atrofi glandula sebasea, spongiosis, dan gangguan folikular. Pada mikroskop elektron, di temukan adanya penurunan jumlah melanosit aktif dan melanosom di dalam kulit. Pada tahun 1993, vargas-Ocampo membagi manifestasi klinik Pitiriasis Alba ke dalam 3 tahap berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologinya. Antara lain tahap initial, intermediate, dan late. Pada tahap initial dan intermediate terjadi perubahan dari aparatus pilosebaseus, folikuler, dan atropi glandula sebasea. Pada tahap late perubahan menyerupai dermatitis kronik.(12,13)

  2. Mikroskop Elektron
    Pada mikroskop elektron ditemukan jumlah melanosit aktif menurun dan jumlah serta ukuran dari melanosom menurun pada kulit yang terinfeksi.(10)

  3. Pemeriksaan Laboratorium
    Hasil diagnosa yang benar umumnya diusulkan berdasarkan umur pasien, skuama, hipopigmentasi, dan distribusi luka. Pemeriksaan hidroksida kalium (KOH) dilakukan untuk mengeliminasi tinea versikolor.(10)

Diagnosis


Diagnosis pitiriasis Alba di tegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan mikroskopis. Anamnesis menggambarkan adanya riwayat bercak berwarna merah terang pada kulit yang disertai adanya skuama dan depigmentasi setelah bercak kemerahannya hilang.(11,12)

Berdasarkan pemeriksaan fisis ditemukan adanya lesi berukuran 1-2 cm yang berbentuk bulat, oval, atau iregular yang berwarna merah muda, merah, atau sesuai warna kulit yang biasanya disertai dengan skuama halus dan terjadi depigmentasi pada kulit.(11)

Berdasarkan pemeriksaan histopatologi ditemukan adanya achantosis, spongiosis ringan, dengan hyperkeratosis sedang, dan lesi parakeratosis. Juga dapat ditemukan atrofi glandula sebasea, spongiosis, dan gangguan folikular. Pada mikroskop elektron, ditemukan penurunan jumlah melanosit aktif dan berkurangnya melanosom dalam kulit, akan tetapi belum diketahui apakah terjadi perubahan fungsi dari melanosit.(11, 12)

Perubahan histopatologi hanya dijumpai pada akantosis ringan, spongiosis dengan hyperkeratosis sedang dan parakeratosis setempat. Tidak adanya pigmen disebabkan karena efek penyaringan sinar oleh stratum korneum yang menebal atau oleh kemampuan sel epidermal mengangkut granula pigmen melanin berkurang. Pada pemeriksaan mikroskop elektron terlihat penurunan jumlah serta berkurangnya ukuran melanosom.(12)

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari Pitiriasis alba adalah Tinea versikolor, vitiligo,dan kusta.

  1. Tinea versikolor
    Tinea versikolor merupakan infeksi jamur superficial pada lapisan korneum kulit yang bersifat ringan, menahun, dan biasanya tidak terdapat keluhan subjektif, disebabkan oleh Malassezia furfur. Gambaran klinis pitiriasis versikolor sangat khas sehingga mudah didiagnosis, berupa bercak yang berbatas tegas disertai skuama halus. Warna lesi mulai dari hipopigmentasi, merah muda, kuning kecoklatan, coklat muda atau hiperpigmentasi. Variasi warna lesi tergantung dari pigmen kulit penderita, paparan sinar matahari dan lama penyakit. Tempat predileksi penyakit ini terutama yang ditutupi pakaian seperti dada, punggung, perut, lengan atas, paha, leher, muka, dan kulit yang berambut.(1,2,12,15)

  2. Vitiligo
    Vitiligo adalah gangguan berupa bintik-bintik keputihan yang muncul di kulit (bukan bawaan). Berbeda dengan gangguan jamur, seperti panu misalnya, vitiligo tidak menimbulkan rasa gatal. Vitiligo terjadi akibat rusaknya sel pigmen, , sehingga pigmen tidak terbentuk. Umumnya, vitiligo muncul di muka, kulit, kepala serta leher. Awalnya hanya bercak kecil, tapi makin lama tampak makin melebar dan menyebar. Vitiligo biasa muncul pada orang-orang kulit hitam, bisa terjadi karena pemakaian kosmetik yang kurang tepat atau faktor autoimun. Pigmen warna kulit(melanin) tidak terbentuk dan sel-sel pembuat warnanya tidak bekerja karena diserang oleh tubuh sendiri.(2,12, 16)

  3. Kusta (MH) tipe LL
    Makula hipomelanosis mungkin merupakan penampakan awal dari kusta tipe lepromatosa. Lesi biasanya kecil, banyak, halus, dan batas tegas. Lesi terdapat pada wajah, ekstremitas, dan biasanya menyebar pada tubuh.(2)

Pengobatan


Pengobatan dari Pitiriasis alba terutama terdiri dari memelihara kesehatan kulit dan pendidikan orang tua mengenai penyakit ini yang dapat sembuh sendiri. Pasien sebaiknya memakai pelindung dari sinar matahari. Karena penyakit ini biasanya sembuh sendiri dan tidak bergejala maka terapi medis tidak selalu diperlukan. Jika kondisi dari penyakit ini ringan dan tidak terlalu menarik perhatian, tidak ada pengobatan yang penting.(10, 13)

Terapi medikamentosa pada penderita Pitiriasis alba terdiri atas:

  1. Kortikosteroid topikal
    Steroid topikal kelas 5 atau 6 yang digunakan untuk mengobati Pitiriasis alba aman untuk anak anak. Pemakaian jangka panjang pada wajah tidak dianjurkan.
    Hidrokortison topikal merupakan suatu derivate adrenokortikosteroid dengan aktivitas antiinflamasi ringan. Krim dan salap umumnya baik digunakan, tetapi salap mungkin lebih efektif bila ada xerosis atau sisik. Cara pemakaiannya adalah dioleskan secara tipis pada daerah yang terkena. Pada wanita hamil dapat digunakan jika manfaatnya lebih banyak daripada resiko terhadap fetus. Kontraindikasinya berupa hipersensitivitas; infeksi kulit oleh virus, jamur, dan bakteri.(10)

  2. Imunosupresan
    Takrolimus dapat digunakan untuk mengobati Pitiriasis alba dan aman untuk anak. Akan tetapi, karena harganya mahal, takrolimus jarang digunakan untuk pengobatan Pitiriasis alba.(10)
    Mekanisme kerja dari takrolimus topikal pada dermatitis atopik belum diketahui. Pemakaian obat ini dapat mengurangi gatal dan inflamasi dengan menekan pelepasan sitokin dari sel T dapat digunakan pada pasien umur 2 tahun. Obat- obat dari kelas ini lebih mahal dari kortikosteroid topikal. Tersedia dalam bentuk salap dengan konsentrasi 0,03% dan 0,1%. Obat ini hanya digunakan bila cara pengobatan lain yang dipilih gagal.(10)

    Pada orang dewasa digunakan takrolimus topikal dengan konsentrasi 0,1%. Caranya yaitu dioleskan secara tipis pada daerah kulit yang terkena; pengobatan dilanjutkan selama satu minggu setelah gejala dan tanda hilang. Anak umur kurang dari 2 tahun tidak dianjurkan. Anak umur 2-15 tahun diberikan salap dengan konsentrasi 0,03% sedangkan anak umur lebih dari 15 tahun aturan pakainya seperti pada orang dewasa. Kontraindikasi yang ditemukan berupa hipersensitivitas.(10)

  3. PUVA telah ditemukan efektif untuk pitiriasis alba yang luas.(1)

Prognosis


Pitiriasis alba adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri, setelah beberapa bulan sampai beberapa tahun dan pasiennya tidak bergejala, tetapi umumnya pada wajah berlangsung setahun atau lebih. Prognosis baik, pada akhirnya terjadi repigmentasi sempurna. (3,11,12)

Sumber : dr. Fitria Ningsih, dr.Muhammad Junaid, dr. Serli Pasimbong, Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar 2004

Referensi
  1. Ortonne JP, Bahadoran P, Fitzpatrick TB, Mosher DB, Hory Y. Hypomelanoses and hypermelanoses. In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Ausesten KF, Goldsmith LA, Katz SI, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.6th ed.New York : McGraw Hill ; 2003. p .836-80.
  2. Fritsch PO, Reider N. Other Eczematous Eruption. In : bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors : Dermatology. Edinburgh : Mosby ; 2003. p. 215-26.
  3. Soepardiman L. Penyakit Kulit yang lain. In : Djuanda A. Hamzah, M Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ketiga. Jakarta : Penerbit FK-UI ; 1999.
  4. Habif TP. Light related disease ang disorders of pigmentation in infant and children. In : Clinic in dermatology. New York : Elsevier science Inc. 2002. p. 4-9
  5. Kabulrahman. Kelainan Pigmen. In : Harahap M, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates.2004. p.145-58.
  6. Parikh A Deepak. Ptyriasis Alba (online). 1999 (cited 2008 march 2) ; available from : URL : http ://http://www.ijdvl.com/
  7. Kane KSM, Ryder JB, Johnson RA, Baden HP, Stratigos A. Disorders Of Pigmentation. In : Color Atlas & Synopsis og Pediatric dermatology. New York : McGraw Hill.2002.p.258-60.
  8. James WD, Berger TG, Elston DM, editors. Atopic dermatitis, eczema, and noninfectious immunodeficiency disorders. In : Andrew’s diseases of the skin clinical dermatology. 10th ed. London : Blackwell science publication, 1992. p. 538-71.
  9. Visualdx Health. Pityriasis Alba : child (online). 18 oct 2007 (cited 2008 march 3) Available from : URL : http: // http://www.visualdxhealth.com/
  10. Crowe MA. Pitiriasis Alba (online). 20 Januari 2007 (cited 2008 March 3) ; Available from : URL : http: // http://www.emedicine.com/
  11. Burton JL, Holder CA. Eczema, Lichenification, prurigo and erythroderma. In : Champion RH, Burton JL, Ebling FJG, editors. Rook/Wilkinson/ebling. Textbook of Dermatology. 5th ed. London Blackwell Scinece Publication, 1992. p. 538-71
  12. Magda Blessman Weber, Pityriasis alba: epidemiological, clinical, and therapeutic aspects (online) 8 June 2007 (cited 2008 march 2) Available from :URL : http://www.anaisdedermatologia.org/
  13. Wikipedia. Pityriasis Alba (online) 9 july 2007 (cited 2008 march 2)
  14. Samuel L. Mochella, Harry J.Hurley, MD, editors. Ptyrisis Alba. In : Dermatology 2nd Edition Vol.1. London : W.B. Sauders Company, 1985. p. 376-77.
  15. Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar : UNHAS Press ; 2003
  16. Sheung-kyung han MD. Vitiligo (online). 14 april 2005 (cited 2008 maret 2) ; Available from : http://www.emedicine.com/
  17. Redbook online.Ptyriasis Versikolor (online). 18 july 2005 (cited 2008 maret 14) ;
  18. Leprosy lepromatous. (online). (cited 2008 maret 14).