Apakah yang dimaksud dengan Teori Tradisi Fenomenologi (The Phenomenological Tradition)?

Komunikasi

Tradisi fenomenologi mengamati kehidupan sehari-hari dalam suasana ilmiah. Tradisi ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki makna dan nilai-nilai yang dianut oleh dirinya sendiri berdasarkan pengalaman pribadinya.

Apakah yang dimaksud dengan teori Tradisi Fenomenologi (The Phenomenological Tradition) ?

fenomenologi

Teori Tradisi Fenomenologi (The Phenomenological Tradition) menganggap bahwa Komunikasi sebagai Pengalaman Diri Melalui Dialog

Tradisi fenomenologi ini berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian individu-individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi dipandang sebagai proses berbagi pengalaman antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini. Dan hal ini pula yang kemudian diadobsi secara teoritis untuk menanggapi permasalahan-permasalahan yang timbul yang mengakibatkan terkikisnya hubungan yang sudah kuat.

Inti tradisi fenomenologi adalah mengamati kehidupan dalam keseharian dalam suasana yang alamiah. Tradisi fenomenologi dapat menjelaskan tentang khalayak dalam berinteraksi dengan media. Demikian pula bagaimana proses yang berlangsung dalam diri khalayak. Beberapa figur penting disini adalah James Lull, Ien Ang, dan sebagainya. Kajian tentang proses resepti (reception studies) yang berlangsung dalam diri khalayak menjadi penting. Maka proses resepsi sangat ditentukan oleh factor nilai-nilai yang hidup dalam diri khalayak tersebut. Pendekatan etnografi komunikasi menjadi penting diterapkan dalam tradisi ini. Adapun varian dari tradisi Fenomonologi ini, adalah:

  1. Fenomonelogi Klasik, dipelopori oleh Edmund Husserl penemu Fenomenologi Modern Husserl percaya kebenaran hanya bisa didapatkan melalui pengarahan pengalaman, tapi kita harus bagaimana pengalaman kita bekerja. Dengan kata lain kesadaran akan pengalaman dari setiap individu.

  2. Fenomenologi Persepsi, berlawanan dengan Husser yang membatasi fenomenologi pada objektivitas.

  3. Fenomenologi Hermeneutik, aliran ini selalu dihubungkan dengan Martin Heidegger dengan landasan filosofis yang juga biasa disebut dengan Hermeneutic of dasein yang berarti suatu “interpretasi untuk menjadi”.

fenomena

Teori-teori dalam tradisi fenomenologis berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengalaman-pengalamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengalaman pribadinya.

Tradisi ini memperhatikan pada pengalaman sadar seseorang. Pernahkah Anda terlentang pada malam hari dan menatap bintang-bintang dari tempat yang benar-benar gelap? Pada masa kanak-kanak, hampir semua orang mulai bertanya tentang pertanyaan-pertanyaan kosmologis ketika mereka memandang langit dan memikirkan luasnya jagat raya.

Cahaya, kecepatan, waktu, kejadian, energi, pergerakan, dan jarak, ada untuk kita ketahui dengan melihat ke langit malam serta kita dengan sadar memikirkan makna semuanya. Mungkin kita dapat memperluas pengalaman kita dengan menggunakan teleskop, melihat gambar dengan bantuan Hubble Space Telescope, serta membandingkan jarak dan waktu berdasarkan astronomi dengan benda-benda yang lebih dekat dengan rumah.

Proses mengetahui dengan pengalaman langsung merupakan wilayah kajian fenomenologis,

Gagasan Utama dari Tradisi Fenomenologis

Istilah phenomenon mengacu pada kemunculan sebuah benda, kejadian, atau kondisi yang dilihat. Oleh karena itu, fenomenologi merupakan cara yang di gunakan manusia untuk memahami dunia melalui pengalaman langsung. Anda hendak mengetahui sesuatu dengan sadar menganalisis serta menguji persepsi dan perasaan Anda tentangnya.

Maurice Merleau Ponty, pakar dalam tradisi ini, menuliskan bahwa “semua pengetahuan akan dunia, bahkan pengetahuan ilmiah saya, diperoleh dari beberapa pengalaman akan dunia.” Dengan demikian, fenomenologi membuat pengalaman nyata sebagai data pokok sebuah realitas. Semua yang dapat Anda ketahui adalah apa yang Anda alami. “Fenomenologi berarti membiarkan segala sesuatu menjadi jelas sebagaimana adanya.” Jika Anda ingin mengetahui apa arti cinta, maka Anda jangan bertanya kepada ahli psikologi; Anda harus bertanya pada pengalaman Anda tentang cinta.

Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar fenomenologi.

  • Pertama, pengetahuan ditemukan secara langsung dalam pengalaman sadar kita akan mengetahui dunia ketika kita berhubungan dengannya.

  • Kedua, makna benda terdiri atas kekuatan benda dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain, bagaimana Andaberhubungan dengan benda menentukan makna bagi Anda. Sebagai contoh, Anda akan mengambil kajian teori komunikasi dengan serius sebagai pengalaman di bidang pendidikan ketika Anda mengalaminya sebagai sesuatu yang akan memberikan pengaruh positif pada kehidupan Anda.

  • Ketiga adalah bahwa bahasa merupakan kendaraan makna. Kita mengalami dunia melalui bahasa yang digunakan untuk mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu. Kita mengetahui kunci karena bahasa yang kita hubungkan dengannya: “menutup,” “membuka”, “besi,” “berat,” dan sebagainya.

Proses interpretasi penting bagi kebanyakan pemikiran fenomenologis. Interpretasi terkadang dikenal dalam istilah bahasa Jerman dengan Verstchen (pemahaman), merupakan proses menentukan makna dengan pengalaman. Dalam tradisi semiotik, interpretasi dianggap terpisah dari realitas, tetapi dalam fenomenologi, interpretasi biasanya membentuk apa yang nyata bagi seseorang. Anda tidak dapat memisahkan realitas dari interpretasi.

Interpretasi merupakan proses aktif pikiran dan tindakan kreatif dalam mengklarifikasi pengalaman pribadi.

Interpretasi melibatkan maju mundur antara mengalami suatu kejadian atau situasi dan menentukan maknanya, bergerak dari yang khusus ke yang umum dan kembali lagi ke yang khusus, dikenal dengan istilah hermeneutic circle. Kita membuat interpretasi akan sebuah kejadian atau pengalaman serta kemudian menguji interpretasi tersebut dan sekali lagi melihat dengan cermat pada detail kejadian proses berkelanjutan dalam memperbaiki makna kita. Misalnya seorang wanita yang memiliki hubungan yang cukup kuat dengan ayahnya.

Pengalaman itu membentuk dasar pemahamannya tentang hubunga dengan laki-laki. Interpretasi ini mungkin akan berlanjut silih berganti dalam kehidupan ketika ia terus bolak-balik antara mengalami hubungan dan mengiterpretasikannya secara jelas dengan pengalaman baru.

Keragaman dalam Tradisi Fenomenologis

Tiga kajian pemikiran umum membuat beberapa tradisi fenomenologis: (1) fenomenologi klasik; (2) fenomenologi persepsi; (3) fenomenologi hermeneutik.

1. Fenomenologi klasik

Fenomenologi klasik biasanya dihubungkan dengan Edmund Husserl, pendiri fenomenologi modern. Husserl yang menulis selama pertengahan abad ke-20, berusaha mengembangkan metode yang meyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang terfokus.

Baginya, kebenaran dapat diyakinkan melalui pengalaman langsung dengan catatan kita harus disiplin dalam mengalami segala sesuatu.

Hanya melalui perhatian sadar, bagaimanapun juga, kita harus mengesampingkan atau mengurungkan kebiasaan kita. Kita harus menyingkirkan kategori-kategori pemikiran dan kebiasaan-kebiasaan dalam melihat segala sesuatu agar dapat mengalami sesuatu dengan sebenar-benarnya. Dalam hal ini, benda-benda di dunia menghadirkan dirinya pada kesadaran kita. Pendekatan Husserl dalam fenomenologis sangat objektif; dunia dapat dialami tanpa harus membawa kategori preibadi seseorang agar terpusat pada proses.

2. Fenomenologi persepsi

Bertentangan dengan Husserl, para ahli fenomenologi saat ini menganut ide bahwa pengalaman itu subjektif bukan objektif dan percaya bahwa subjektivitas merupakan bentuk penting sebuah pengetahuan.

Maurice Merleau Ponty, tokoh penting dalam tradisi kedua ini, dihubungkan dengan apa yang disebut dengan fenomenologi persepsi sebuah reaksi yang menentang objektivitas sempit milik Husserl. Baginya manusia merupakan sosok gabungan antara fisik dan mental yang menciptakan makna di dunia.

Kita mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan pribadi kita dengan benda tersebut. Sebagai manusia, kita dipengaruhi oleh dunia, tetapi kita juga mempengaruhi dunia dengan bagaimana kita mengalaminya Baginya lagi, segala sesuatu tidak ada dengan sendirinya dan terpisah dari bagaimana semuanya diketahui.

Agaknya, manusia memberikan makna pada benda-benda di dunia, sehingga pengalaman fenomenologis apapun tentunya subjektif. Jadi, terdapat dialog antara manusia sebagai penafsir dan benda yang mereka tafsirkan.

3. Fenomenologi hermeneutic

Fenomenologi hermeneutic, agak mirip dengan yang kedua, tetapi tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih lengkap pada komunikasi. Fenomenologi hemeneutik dihubungkan dengan Martin Heidegger, utamanya dikenal karena karyanya dalam philosophical hermeneutics (nama alternative bagi pergerakannya). Filosofinya juga dikenal dengan Hermeneutic of Dasein yang berarti “interpretasi keberadaan.”

Hal yang paling penting bagi Heidegger adalah pengalaman alami yang tidak terelakan terjadi dengan hanya tinggal di dunia. Baginya, realitas sesuatu itu tidak diketahui dengan analisis yang cermat atau pengurangan, melainkan oleh pengalaman alami yang diciptakan oleh penggunaan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.

Sesuatu yang nyata adalah apa yang dialami melalui penggunaan bahasa dalam konteksnya:

“Kata-kata dan bahasa bukanlah bungkusan yang didalamnya segala sesuatu dimasukkan demi keuntungan bagi yang menulis dan berbicara. Akan tetapi, dalam kata dan bahasa, segala sesuatunya ada.”

Komunikasi merupakan kendaraan yang menentukan makna berdasarkan pengalaman. Ketika berkomunikasi Anda mencari cara-cara baru dalam melihat dunia pidato Anda mempengaruhi pikiran Anda dan nantinya makna baru tercipta oleh pikiran itu.

Bahasa dimasukkan bersama dengan makna dan secara terus-menerus mempengaruhi pengalaman kita akan kejadian dan situasi. Konsekuensinya, tradisi fenomenologi ini yang menyatukan pengalaman dengan interaksi bahasa dan sosial tentunya sesuai dengan kajian komunikasi.

Bagi kebanyakan ahli, tradisi fenomenologis itu naïf. Bagi mereka, kehidupan dibentuk oleh kekuatan-kekuatan yang kompleks dan saling berhubungan, hanya beberapa di antaranya saja yang dapat diketahui dengan sadar pada satu waktu.

Anda tidak akan menginterpretasi sesuatu dengan sadar hanya dengan melihat dan memikirkannya. Pemahaman yang sesungguhnya datang dari analisis yang cermat terhadap sistem efek. Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas tradisi yang umumnya dihubungkan dengan bentuk teori.