Surfaktan nonionik merupakan kelompok surfaktan yang berkembang dengan pesat.
Surfaktan nonionik adalah surfaktan dimana gugus hidrofilnya tidak memiliki muatan. Surfaktan ini tersusun dari molekul organik yang tidak terionisasi, sehingga tidak memiliki muatan pada kutubnya (Makmur dan Sudibjo, 2000).
Surfaktan nonionik ini berbeda dengan surfaktan jenis lain, karena tidak bermuatan atau tidak terjadi ionisasi pada molekulnya. Beberapa surfaktan jenis ini dapat digunakan pada berbagai nilai pH dan sangat toleran terhadap konsentrasi elektrolit.
Surfaktan nonionik, merupakan surfaktan yang tidak berdisosiasi dalam air, kelarutannya diperoleh dari sisi polarnya. Surfaktan jenis ini tidak membawa muatan elektron, tetapi mengandung hetero atom yang menyebabkan terjadinya momen dipol (Swern, 1979).
Menurut Porter (1991), sifat hidrofilik surfaktan nonionik terjadi karena adanya gugus yang dapat larut dalam air yang tidak berionisasi. Biasanya gugus tersebut adalah gugus hidroksil (R-OH) dan gugus eter (R-O-R’). Surfaktan sebagai molekul ampifilik memiliki sifat-sifat yang khas dalam suatu larutan yang berbeda kepolarannya.
Sifat-sifat surfaktan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja surfaktan antara lain kestabilan dalam emulsi, kemampuan menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antar muka, pembentukan micelle, dan nilai HLB.
Sulfaktan non ionic adalah Golongan sulfaktan dimana gugus polar dan non polar berikatan langsung membentuk molekul dengan bagian aktifnya tidak bermuatan.
Surfaktan non-ionik merupakan surfaktan yang bagian alkilnya mengandung gugus polar yang tidak bermuatan, contohnya ester sukrosa asam lemak, polietilen alkil amina*,* alkil poliglukosida, Triton X-100, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.