Hubungan romantis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan romantis yang dijalani sebelum memasuki kehidupan pernikahan atau biasa dikenal dengan istilah pacaran di masyarakat umum. William, Sawyer, dan Wahlstrom (2006) mengartikan hubungan romantis sebagai proses mengenal seseorang lebih dekat dan intim dengan tujuan mencari kemungkinan untuk menjalin hubungan jangka panjang. Lalu menurut Duvall dan Miller (1985), hubungan romantis adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan keintiman satu sama lain, saling mencintai, mengakui pasangannya sebagai pacar serta memiliki komitmen untuk tetap bersama. Dalam hubungan romantis terdapat aktivitas atau kegiatan tertentu yang dialami dan dinikmati bersama orang yang kita sukai dan memberikan kenyamanan serta berharap untuk bisa mengenal lebih jauh dan berlanjut ke pernikahan.
Pada pasangan yang berpacaran, hubungan antara mereka melibatkan keintiman yang lebih intensif dan sangat mendalam. Menurut La Greca dan Harrison (2000), pasangan romantis atau pacar didefinisikan sebagai seseorang yang membuat kita tertarik secara fisik, menginginkan kontak yang lebih intim (berpegangan tangan, berpelukan, dan lain-lain), keinginan untuk menjadi lebih dari sekedar teman, dan pergi bersama dalam suatu kencan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan pacaran adalah suatu proses hubungan intim yang dialami sepasang individu lawan jenis (laki-laki dan perempuan) yang ditandai dengan adanya rasa cinta dalam menjalani dan menikmati kegiatan bersama dan memiliki kemungkinan harapan hubungan jangka panjang.
Tujuan dan Fungsi Hubungan Romantis
Pada umumnya tujuan menjalani hubungan romantis adalah untuk memiliki seseorang yang disukai, mendapatkan rasa nyaman, memunculkan motivasi dalam menjalani aktivitas, serta mencari pendamping hidup di masa depan (menikah). Terdapat tujuan dan fungsi yang umumnya menjadi alasan untuk berpacaran menurut Duvall dan Miller (1985), adalah sosialisasi dan persahabatan yaitu dengan menjalani hubungan romantis atau berpacaran, seseorang belajar berinteraksi dengan lawan jenis dan mempelajari masingmasing pribadi. Lalu untuk mengenal lebih dalam seseorang yang disukai. Kemudian untuk mempelajari hal-hal yang dapat diterima dan disukai oleh kelompok lawan jenis. Lalu ada pula tujuan dan fungsi pacaran lainnya, yaitu untuk kesenangan (rekreasi), mendapatkan pemahaman tentang identitas diri, serta untuk pencapaian status.
Tujuan dan fungsi pacaran berubah seiring dengan usia, kebutuhan, serta keinginan individu yang menjalani hubungan romantis. Menurut Turner dan Helms (1995), individu usia dewasa muda menjalani hubungan romantis sebagai proses dalam memilih pasangan hidup. Karena itu, umumnya individu pada tahap dewasa muda melihat hubungan romantis sebagai masa persiapan sebelum menjalani pernikahan agar dapat lebih saling mengenal, memenuhi kebutuhan, dan menyesuaikan diri agar tercipta hubungan yang memuaskan.
Kepuasan Hubungan Romantis
Kepuasan merupakan perasaan yang dialami seseorang ketika keinginannya terpenuhi. Kepuasan hubungan merupakan evaluasi intrapersonal seseorang dengan merasakan hal positif serta ketertarikannnya pada hubungan yang ia jalani (Rusbult, 1983; dalam Sacher & Fine, 1996). Terkait dengan hubungan romantis, maka kepuasan dalam suatu hubungan akan dialami jika tujuan yang ingin dicapai dari hubungan tersebut dapat terpenuhi. Seseorang akan merasa puas dalam menjalani hubungan romantis ketika perbandingan antara keuntungan yang didapat dan kontribusi yang diberikan dalam berhubungan dalam kondisi seimbang atau sama besar untuk tiap pasangan (Regan, 2003).
Menurut Stinnet, Walters, dan Kaye (1984), kepuasan dalam hubungan romantis adalah hasil hubungan interpersonal pasangan yang memiliki hubungan psikologis yang positif dan dukungan emosional yang maksimal sehingga seseorang akan merasa apa yang ia harapkan dari hubungannya terpenuhi dengan baik. Kemudian Taylor, Peplau, dan Sears (2006) mengemukakan bahwa kepuasan dalam suatu hubungan mengacu pada evaluasi subyektif seorang individu tentang kualitas hubungan tersebut. Jadi, kepuasan dalam hubungan romantis merupakan suatu evaluasi seorang individu tentang kualitas hubungan romantis yang ia jalani dengan merasakan yang ia harapkan dari hubungannya terpenuhi dengan baik.
Hendrick (1988) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kepuasan terhadap hubungannya akan menunjukkan hal-hal berikut:
- Merasa pasangannya telah sesuai dengan kriteria yang diinginkan
- Merasa hubungan romantisnya dengan pasangan lebih baik daripada hubungan romantis yang dijalani orang lain
- Merasa bersyukur menjalani hubungan romantisnya dengan pasangan
- Merasa hubungan romantisnya dengan pasangan berjalan sesuai harapannya
- Ia sangat mencintai pasangannya
- Hubungan dengan pasangan tidak mengalami banyak masalah
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hubungan Romantis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam hubungan romantis, diantaranya adalah attachment dan intimacy (Prager, 1995). Lalu interaksi positif antar pasangan seperti saling menghargai, menyayangi, afeksi, dukungan, dll. Lama pacaran serta kematangan emosi juga turut mempengaruhi kepuasan dalam berhubungan (Duvall & Miller, 1985). Dalam studi yang dilakukan Sacher dan Fine (1996) dikatakan bahwa suatu hubungan memiliki keterlibatan serta keseriusan dari tiap pasangan setelah hubungan tersebut berjalan 6 bulan.
Komunikasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi hubungan romantis (Ginanjar, 2011; Hendrick, Hendrick, & Adler, 1989). Kurangnya komunikasi menjadi salah satu penyebab putusnya suatu hubungan, sementara komunikasi yang terbuka dan saling memahami pasangan dengan baik merupakan faktor yang dapat memberikan kepuasan dan kebahagiaan (Hendrick, Hendrick, & Adler, 1989). Selain itu, jarak hubungan berdasarkan jarak fisik turut berpengaruh karena melibatkan kualitas komunikasi. Apakah jarak hubungan dekat atau jauh tergantung dari persepsi tiap individu (Guldner & Swensen, 1995 dalam Fanniza (2006)). Penelitian Fanniza (2006) menemukan bahwa hubungan berpacaran jarak jauh dapat menghambat komunikasi dan berpengaruh pada hubungan.
Menurut Prager (1995), perbedaan gender turut berpengaruh dalam hubungan romantis. Pertama, wanita dan pria memiliki perbedaan dalam melakukan kontak kedekatan dan berinteraksi bahwa pria lebih menyukai kedekatan fisik/seksual sementara wanita lebih menyukai kedekatan verbal. Lalu, wanita sulit mengatasi konflik yang berkaitan dengan hubungan romantisnya. Dalam hal ini, wanita lebih sering menggunakan pemecahan masalah yang konstruktif sementara pria lebih mudah untuk mengatasinya atau mengalah.