Apakah yang dimaksud dengan Romantis atau Romantic Love?

Romantic love

Romantic love adalah jenis cinta yang memiliki unsur keintiman dan hasrat didalamnya. Hubungan cinta jenis ini mengandung ketertarikan secara fisik dan ketertarikan emosional pada kedua belah pihak. Namun tidak ada unsur komitmen dalam hubungan tersebut dan kedua pihak tidak menjalin komitmen diantara keduanya.

Apakah yang dimaksud dengan Romantic Love ?

Berdasarkan komponen cinta, Sternberg (1986) mengklasifikasikan jenis-jenis cinta.

  • Yang pertama adalah nonlove yakni jenis cinta yang tidak terdapat kombinasi ketiga komponen cinta.

  • Kedua adalah liking yakni jenis cinta yang terdiri dari komponen intimacy saja, biasanya dirasakan seseorang dalam hubungan pertemanan.

  • Ketiga adalah infatuated love yakni jenis cinta yang terdiri dari passion saja, biasanya dirasakan seseorang ketika mencintai pada pandangan pertama.

  • Keempat adalah empty love yakni jenis cinta yang terdiri dari commitment saja, biasanya terjadi pada perjodohan.

  • Kelima adalah romantic love yakni jenis cinta yang terdiri dari intimacy dan passion , biasanya terjadi pada pasangan yang berpacaran namun belum ingin melangkah ke jenjang pernikahan.

  • Keenam adalah companiate love yakni jenis cinta yang terdiri dari intimacy dan commitment, biasanya terjadi pada long-term marriage dimana ketertarikaan fisik sudah menghilang.

  • Ketujuh adalah fatuous love yakni jenis cinta yang terdiri dari passion dan commitment, sebagai contoh adalah ketika seseorang bertemu kemudian memutuskan untuk bertunangan dan tidak lama setelah itu memutuskan untuk menikah. Commitment tersebut dibuat berdasarkan passion atau dengan kata lain ketertarikan fisik dan seksual.

  • Kedelapan adalah consummate love yakni jenis cinta yang terdiri dari intimacy, passion, dan commitment dimana jenis cinta ini merupakan jenis cinta yang diharapkan ada pada pasangan yang menikah. Akan tetapi consummate love merupakan jenis cinta yang mudah untuk diraih namun sangat suit untuk dipertahankan.

Romantic Love dipahami sebagai interaksi sukarela dibandingkan jenis hubungan lainnya dengan kelompok, hubungan ini berbeda dalam hal intensitas, biasanya ditandai dengan ekspresi kasih sayang dan harapan akan perilaku seksual (Reis dan Sprecher, 2009). Romantic relationship tersebut pada umumnya akan menuntun pada tahap perkawinan.

Berikut ini tahap-tahap romantic love, yaitu :

1. Infatuation (Kegila-gilaan)

Selama fase kegilaan, ditandai dengan merasakan kegembiraan, gairah, dan kegembiraan ketika Anda dan kekasih Anda bersama. Neurokimia di otak, seperti dopamin dan norepinefrin — juga dikenal sebagai bahan kimia “merasa enak” — dilepaskan.1 Bahan kimia ini membuat kita pusing, berenergi, dan gembira, kadang-kadang menyebabkan penurunan nafsu makan dan insomnia. Anda sebenarnya bisa begitu “jatuh cinta” sehingga Anda tidak bisa makan atau tidur.

Tingginya perasaan Anda selama fase kegilaan membuat Anda mengidealkan orang lain dan ingin selalu bersama mereka; Anda berpikir tentang mereka sepanjang waktu.

Karena orang ini tampaknya sempurna selama fase ini, Anda juga tidak dapat melihat kekurangan dan kekurangan kekasih Anda — karenanya ungkapan “cinta itu buta.” Biasanya, fase kegilaan berlangsung sekitar enam bulan hingga satu tahun.

2. Realitas

Tanda pertama bahwa fase kegilaan mulai hilang adalah rasa kekecewaan. Anda mulai memperhatikan kebiasaan dan kekurangan pada pasangan Anda dan menjadi kritis terhadap beberapa perilaku dan sikapnya. Beberapa sifat yang sama yang Anda temukan sangat menarik pada awalnya mulai menunjukkan sisi buruknya. (Misalnya, seseorang yang tampak percaya diri dan tegas pada awalnya sekarang mungkin tampak kasar dan berpikiran dekat.)

Selain itu, ketika ekspektasi tinggi mulai luntur, Anda berdua mulai menunjukkan kepribadian Anda yang sebenarnya dan tidak memaafkan dan tidak mementingkan diri sendiri seperti ketika ketika pasangan Anda sepertinya tidak bisa berbuat salah. Meskipun pada awalnya, Anda mungkin telah keluar dari cara Anda untuk mengakomodasi orang lain, Anda mungkin mulai merasa bahwa kebutuhan Anda sendiri tidak terpenuhi.

Ketika idealisasi memudar, Anda mungkin mendapati diri Anda merasa kesal karena pasangan Anda tidak lagi mengalami perasaan memabukkan yang luar biasa lagi. Dalam beberapa kasus, masalah serius, seperti kecanduan atau kecenderungan kasar, dapat mengungkap diri mereka sendiri, dan berpotensi menjadi pelanggar.

Melewati fase ini membutuhkan kemampuan untuk berkompromi, berbicara tentang kebutuhan dan keinginan Anda, dan belajar bagaimana menyelesaikan konflik secara produktif. Alih-alih mencoba mengubah pasangan Anda, fokus Anda harus belajar untuk saling menghormati. Anda akan menemukan jika, pada akhirnya, Anda berdua memiliki keinginan untuk membuat hubungan itu berhasil meskipun ada tantangan. Namun, menghadapi tantangan yang tak terhindarkan, tidak berarti perasaan cinta dan ketertarikan yang mendasarinya hilang.

3. Mature love

Hanya karena hasrat tidak terus memerah dan tak henti-hentinya tidak berarti bahwa cinta tidak berlanjut. Mature love adalah jenis pengabdian yang ditemukan dalam hubungan jangka panjang dan pernikahan yang sukses. Dalam cinta yang matang, dua orang bersama karena mereka ingin bersama dan bukan hanya karena mereka merasakan keinginan yang irasional atau perlu bersama satu sama lain.

Tanda-tanda mature love termasuk penerimaan, dukungan emosional, komitmen, ketenangan, rasa hormat, perhatian, kebaikan, persahabatan, dan pertimbangan. Menyemen fase ini adalah oksitosin, kadang-kadang disebut “hormon pelukan,” karena itu memaksa Anda dan pasangan untuk semakin dekat dan terikat.

Faktanya, penelitian ilmiah menunjukkan bahwa aktivitas otak pasangan dalam hubungan yang matang sangat mirip dengan aktivitas otak mereka yang baru saja jatuh cinta. Hanya karena Anda tidak merindukan orang tersebut bukan berarti itu bukan cinta sejati; pada kenyataannya, cinta yang dewasa biasanya lebih dalam dan lebih bermakna (belum lagi jauh lebih berkelanjutan) daripada pasangannya yang lebih muda.

Hubungan romantis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan romantis yang dijalani sebelum memasuki kehidupan pernikahan atau biasa dikenal dengan istilah pacaran di masyarakat umum. William, Sawyer, dan Wahlstrom (2006) mengartikan hubungan romantis sebagai proses mengenal seseorang lebih dekat dan intim dengan tujuan mencari kemungkinan untuk menjalin hubungan jangka panjang. Lalu menurut Duvall dan Miller (1985), hubungan romantis adalah hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan keintiman satu sama lain, saling mencintai, mengakui pasangannya sebagai pacar serta memiliki komitmen untuk tetap bersama. Dalam hubungan romantis terdapat aktivitas atau kegiatan tertentu yang dialami dan dinikmati bersama orang yang kita sukai dan memberikan kenyamanan serta berharap untuk bisa mengenal lebih jauh dan berlanjut ke pernikahan.

Pada pasangan yang berpacaran, hubungan antara mereka melibatkan keintiman yang lebih intensif dan sangat mendalam. Menurut La Greca dan Harrison (2000), pasangan romantis atau pacar didefinisikan sebagai seseorang yang membuat kita tertarik secara fisik, menginginkan kontak yang lebih intim (berpegangan tangan, berpelukan, dan lain-lain), keinginan untuk menjadi lebih dari sekedar teman, dan pergi bersama dalam suatu kencan.

Dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan pacaran adalah suatu proses hubungan intim yang dialami sepasang individu lawan jenis (laki-laki dan perempuan) yang ditandai dengan adanya rasa cinta dalam menjalani dan menikmati kegiatan bersama dan memiliki kemungkinan harapan hubungan jangka panjang.

Tujuan dan Fungsi Hubungan Romantis


Pada umumnya tujuan menjalani hubungan romantis adalah untuk memiliki seseorang yang disukai, mendapatkan rasa nyaman, memunculkan motivasi dalam menjalani aktivitas, serta mencari pendamping hidup di masa depan (menikah). Terdapat tujuan dan fungsi yang umumnya menjadi alasan untuk berpacaran menurut Duvall dan Miller (1985), adalah sosialisasi dan persahabatan yaitu dengan menjalani hubungan romantis atau berpacaran, seseorang belajar berinteraksi dengan lawan jenis dan mempelajari masingmasing pribadi. Lalu untuk mengenal lebih dalam seseorang yang disukai. Kemudian untuk mempelajari hal-hal yang dapat diterima dan disukai oleh kelompok lawan jenis. Lalu ada pula tujuan dan fungsi pacaran lainnya, yaitu untuk kesenangan (rekreasi), mendapatkan pemahaman tentang identitas diri, serta untuk pencapaian status.

Tujuan dan fungsi pacaran berubah seiring dengan usia, kebutuhan, serta keinginan individu yang menjalani hubungan romantis. Menurut Turner dan Helms (1995), individu usia dewasa muda menjalani hubungan romantis sebagai proses dalam memilih pasangan hidup. Karena itu, umumnya individu pada tahap dewasa muda melihat hubungan romantis sebagai masa persiapan sebelum menjalani pernikahan agar dapat lebih saling mengenal, memenuhi kebutuhan, dan menyesuaikan diri agar tercipta hubungan yang memuaskan.

Kepuasan Hubungan Romantis


Kepuasan merupakan perasaan yang dialami seseorang ketika keinginannya terpenuhi. Kepuasan hubungan merupakan evaluasi intrapersonal seseorang dengan merasakan hal positif serta ketertarikannnya pada hubungan yang ia jalani (Rusbult, 1983; dalam Sacher & Fine, 1996). Terkait dengan hubungan romantis, maka kepuasan dalam suatu hubungan akan dialami jika tujuan yang ingin dicapai dari hubungan tersebut dapat terpenuhi. Seseorang akan merasa puas dalam menjalani hubungan romantis ketika perbandingan antara keuntungan yang didapat dan kontribusi yang diberikan dalam berhubungan dalam kondisi seimbang atau sama besar untuk tiap pasangan (Regan, 2003).

Menurut Stinnet, Walters, dan Kaye (1984), kepuasan dalam hubungan romantis adalah hasil hubungan interpersonal pasangan yang memiliki hubungan psikologis yang positif dan dukungan emosional yang maksimal sehingga seseorang akan merasa apa yang ia harapkan dari hubungannya terpenuhi dengan baik. Kemudian Taylor, Peplau, dan Sears (2006) mengemukakan bahwa kepuasan dalam suatu hubungan mengacu pada evaluasi subyektif seorang individu tentang kualitas hubungan tersebut. Jadi, kepuasan dalam hubungan romantis merupakan suatu evaluasi seorang individu tentang kualitas hubungan romantis yang ia jalani dengan merasakan yang ia harapkan dari hubungannya terpenuhi dengan baik.

Hendrick (1988) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kepuasan terhadap hubungannya akan menunjukkan hal-hal berikut:

  1. Merasa pasangannya telah sesuai dengan kriteria yang diinginkan
  2. Merasa hubungan romantisnya dengan pasangan lebih baik daripada hubungan romantis yang dijalani orang lain
  3. Merasa bersyukur menjalani hubungan romantisnya dengan pasangan
  4. Merasa hubungan romantisnya dengan pasangan berjalan sesuai harapannya
  5. Ia sangat mencintai pasangannya
  6. Hubungan dengan pasangan tidak mengalami banyak masalah

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hubungan Romantis


Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam hubungan romantis, diantaranya adalah attachment dan intimacy (Prager, 1995). Lalu interaksi positif antar pasangan seperti saling menghargai, menyayangi, afeksi, dukungan, dll. Lama pacaran serta kematangan emosi juga turut mempengaruhi kepuasan dalam berhubungan (Duvall & Miller, 1985). Dalam studi yang dilakukan Sacher dan Fine (1996) dikatakan bahwa suatu hubungan memiliki keterlibatan serta keseriusan dari tiap pasangan setelah hubungan tersebut berjalan 6 bulan.

Komunikasi juga menjadi faktor yang mempengaruhi hubungan romantis (Ginanjar, 2011; Hendrick, Hendrick, & Adler, 1989). Kurangnya komunikasi menjadi salah satu penyebab putusnya suatu hubungan, sementara komunikasi yang terbuka dan saling memahami pasangan dengan baik merupakan faktor yang dapat memberikan kepuasan dan kebahagiaan (Hendrick, Hendrick, & Adler, 1989). Selain itu, jarak hubungan berdasarkan jarak fisik turut berpengaruh karena melibatkan kualitas komunikasi. Apakah jarak hubungan dekat atau jauh tergantung dari persepsi tiap individu (Guldner & Swensen, 1995 dalam Fanniza (2006)). Penelitian Fanniza (2006) menemukan bahwa hubungan berpacaran jarak jauh dapat menghambat komunikasi dan berpengaruh pada hubungan.

Menurut Prager (1995), perbedaan gender turut berpengaruh dalam hubungan romantis. Pertama, wanita dan pria memiliki perbedaan dalam melakukan kontak kedekatan dan berinteraksi bahwa pria lebih menyukai kedekatan fisik/seksual sementara wanita lebih menyukai kedekatan verbal. Lalu, wanita sulit mengatasi konflik yang berkaitan dengan hubungan romantisnya. Dalam hal ini, wanita lebih sering menggunakan pemecahan masalah yang konstruktif sementara pria lebih mudah untuk mengatasinya atau mengalah.

Sternberg (dalam Florsheim, 2003), mengatakan bahwa love dan romantic relationship atau hubungan romantis biasanya dideskripsikan dalam istilah-istilah connectedness, relatedness, bondedness, atau hasrat untuk menjalin hubungan yang intim. Menurut Brehm (dalam Karney, 2007), romantic atau intimate relationship adalah bagaimana seseorang mempersepsikan perubahan hubungan yang resiproksitas, emosional, dan erotis yang sedang terjadi dengan pasangannya.

Furman et al (1999) menjelaskan tiga definisi romantic relationship berdasarkan karakteristik-karakteristik dari hubungan tersebut , yaitu:

  • Keromantisan melibatkan suatu hubungan, pola yang berlangsung terus menerus dari asosiasi dan interaksi antara dua individu yang mengakui suatu hubungan dengan yang lainnya.

  • Pada romantic relationship terdapat unsur kesukarelaan dari kedua pasangan untuk mempertahankan suatu hubungan. Sebagian romantic relationship mungkin berakhir dalam ketidakcocokan dengan pasangan mereka. Untuk itu dibutuhkan pengorbanan dari setiap pasangan untuk keberhasilan hubungan romantis mereka.

  • Merupakan beberapa bentuk dari ketertarikan (attraction). Ketertarikan ini khususnya melibatkan komponen seksual. Ketertarikan seksual sering dinyatakan dalam beberapa bentuk perilaku seksual, tapi tidak selalu. Perilaku tersebut juga dipengaruhi oleh pribadi, religiusitas, dan nilai-nilai budaya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa romantic relationship merupakan suatu hubungan yang melibatkan hubungan yang emosional, dimana didalamnya terdapat unsur kesukarelaan dan pengorbanan dari kedua pasangan untuk saling menjaga suatu hubungan. Pada romantic relationship juga terdapat beberapa bentuk ketertarikan seksual terhadap pasangannya.

Spanier (dalam De Munck, 1998) mendefinisikan romantic relationship sebagai sebuah disposisi umum individu terhadap cinta, perkawinan, keluarga, dan suatu hubungan yang melibatkan interaksi antara laki-laki dan perempuan. Menurut Baron (2006) dalam romantic relationship individu ingin menyukai dan disukai oleh pasangan, maka perlu adanya kesesuaian untuk saling melengkapi, pujian dan kasih sayang yang ditunjukkan terus menerus. Definisi lain dari romantic relationship juga dikemukakan oleh Albino & Cooper (dalam Florsheim, 2003) sebagai suatu hubungan serius yang akan dialami oleh setiap individu, dimana mereka memiliki perasaan romantis yang kuat terhadap seseorang.

Dari definisi beberapa tokoh-tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa romantic relationship merupakan suatu hubungan yang resiprok (disukai dan menyukai) diantara dua individu, dimana dalam suatu hubungan terdapat perasaan romantis yang dimiliki dari kedua individu.

Elemen-elemen Hubungan Romantis


Terdapat empat elemen penting pada romantic atau intimate relationship yang dikemukakan oleh Prager (1989), yaitu:

  • Afeksi
    Seseorang merasakan bahwa dirinya diperhatikan, disayang dan dibutuhkan oleh pasangannya. Bila masing-masing individu dapat menjalankan hal tersebut, maka akan meningkatkan keintiman pada pasangan tersebut.

  • Kepercayaan
    Dengan menaruh kepercayaan kepada pasangan, maka keutuhan hubungan akan mudah terjaga sehingga meningkatkan jalinan intimasi dalam hubungan.

  • Rasa Kebersamaan
    Dengan rasa kebersamaan, tingkat keintiman hubungan akan meningkat dari hari kehari.

  • Berbagi waktu dan aktivitas
    Dengan intensnya waktu dan aktivitas bersama maka lama-kelamaan pasangan akan merasa lebih intim dalam menjalin hubungan.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat empat elemen penting dalam romantic atau intimate relationship yang dikemukakan oleh Prager, yaitu elemen afeksi, kepercayaan, rasa kebersamaan, berbagi waktu dan aktivitas.

Sedangkan Sternberg (1988) mengemukakan elemen-elemen intimasi sebagai berikut:

  • Keinginan atau hasrat untuk meningkatkan kesejahteraan orang yang dicintai.

  • Mengalami kebahagiaan dengan orang yang dicintai dan menikmati saatsaat bersama pasangannya.

  • Menghargai orang yang dicintai dengan kesadaran bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

  • Dapat diandalkan saat orang yang dicintai membutuhkan, dan saling berbagi dalam suka dan duka.

  • Saling pengertian satu sama lain.

  • Saling berbagi kepunyaan/ miliknya dengan orang yang dicintai.

  • Menerima dukungan emosional dari orang yang dicintai

  • Berkomunikasi secara intim dengan orang yang dicintai.

Kedelapan elemen yang dikemukakan oleh Strenberg merupakan elemenelemen yang mempengaruhi keintiman pada pasangan. Jika kedelapan elemen tersebut terpenuhi oleh setiap pasangan yang terlibat dalam romantic relationship, maka pasangan tersebut akan mencapai kepuasan dalam hubungan yang mereka jalani.