Apakah yang dimaksud dengan manajemen produk ?

Manajemen produk adalah sebuah fungsi didalam sebuah organisisas yang bertugas untuk merencanakan, meramalkan, memproduksi, memasarkan sebuah produk.

Manajemen produk saat ini menjadi fokus utama, terutama di bidang teknologi informasi, mengingat persaingan produk IT sangat luar biasa.

Bagaimanakah manajemen produk dilihat dari sisi pengembangan produk teknologi informasi?

Tidak ada definisi yang pasti terkait dengan manajemen produk itu sendiri, terutama di bidang teknologi informasi, mengingat bahwa produk itu sendiri mengalami evolusi yang sangat cepat.

Setiap produk yang dihasilkan akan semakin kompleks seiring dengan perkembangan waktu.

Produk yang kompleks tentunya juga memerlukan tim yang mempunyai kemampuan, keahliaan dan peranan yang kompleks juga. Oleh karena itu, banyak pendapat yang menggarisbawahi bahwa manajemen produk membutuhkan multi disiplin ilmu.

Didalam manajemen produk, banyak hal yang harus dipikirkan, mulai dari hal-hal yang bersifat umum :

  • Apakah visi dibalik produk yang akan dibuat?
  • Apakah produk yang akan dibuat berguna untuk orang lain?
  • Bahkan mungkin yang lebih luas lagi, apakah produk yang akan dibuat ini dapat merubah dunia?

sampai hal-hal yang bersifat khusus, misalnya :

  • Bagaimana desain produknya?
  • Apa saja fitur-fitur yang ada didalam produk tersebut?
  • Apa fungsi fitur-fitur tersebut, dan mengapa kita membutuhkan fitur-fitur tersebut?
  • Bahkan mungkin yang lebih spesifik lagi, bagaimana bentuk icon untuk fitur tersebut dan dimana penempatan button/icon tersebut?

Menurut Dan Schmidt, VP MdSave dan Product Manager dari goodguide dan ulpurview, untuk menjelaskan manajemen produk lebih rinci, dibuatlah sebuah hubungan antara beberapa entitas yang ada didalam manajemen produk. Hubungan tersebut dinamakan The Product Management Triangle.

Seperti terlihat pada gambar diatas, titik utama dari Product Management Triangle adalah produk itu sendiri.

Didalam Product Management Triangle terdapat 3 entitas yang saling berhubungan, yaitu :

Developers (or engineers), orang yang membuat dan men-deploy code. Fungsinya lebih ke hal-hal yang bersifat teknis. Walaupun developer juga dapat melakukan hal-hal yang bersifat non-teknis, tetapi tetapi ditekankan untuk melakukan hal yang bersifat teknis.

Users (or “customers”), orang yang menggunakan produk kita atau yang mungkin akan menggunakan produk kita. Setiap produk yang kita buat haruslah berorientasi terhadap user, karena merekalah yang menggunakan produk tersebut.

The Business, sebuah entitas yang melihat dari sisi pendanaan (modal, investasi,operasional dll) serta keuntungan (profit) dari produk tersebut. Baik organisasi itu adalah profit maupun non-profit organization, tetap entitas business mempunyai peranan yang sangat penting.

Bagaimanakah interaksi antar entitas tersebut?

Berdasarkan gambar diatas, terdapat area A,B dan C, dimana area tersebut dapat menjelaskan relasi antar entitas yang saling berhubungan.

Area A

Area ini mencakup hubungan antara developers, product dan users. Developer dan user dalam melihat suatu produk biasanya mempunyai sudut pandang yang sangat berbeda. Mindset yang biasa ada di developer adalah bagaimana kita men-implementasi-kan produk tersebut. Sedangkan mindset yang ada di user adalah bagaimana saya menggunakan produk tersebut, keuntungan yang didapat ketika menggunakan produk tersebut dan apakah produk tersebut dapat menyelesaikan masalah yang ada. Users tidak akan melihat produk dari sisi teknis.

Oleh karena itu pada area A, dibutuhkan sebuah entitas yang bisa menjembatani antara developer dengan user. Sehingga dalam membuat sebuah produk, developer bisa melihat dari kaca mata user.

Beberapa peran yang biasanya ada di Area A adalah :

  • web analytics
  • marketing
  • editorial
  • usability research
  • information architecture
  • technical support
  • community management
  • quality assurance

Peran-peran tersebut dibagi menjadi 2, yaitu :

  • Peran yang lebih fokus kedalam tim developer, sehingga developer lebih mengerti terhadap keinginan user
  • Peran yang lebih fokus kedalam user, sehingga komunikasi terkait produk yang dihasilkan ke user dapat berjalan lebih efektif, bahkan diusahakan untuk dapat menarik user baru.

Didalam area A, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

  • Community Management
  • Social Media Marketing
  • Search Engine Optimization (SEO)
  • User Research
  • Web Analytics
  • Design

Area B

Area ini mencakup hubungan antara user, product dan business. Didalam area ini kita bicara terkait dengan nilai (value) dari produk kita. Harapannya, dengan adanya nilai lebih dari produk kita, user dapat memberikan keuntungan terhadap business yang ada.

Pertanyaan yang muncul adalah, bagaimana user dapat memberikan keuntungan (profit) kedalam business yang ada?

Oleh karena itu, didalam area B, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

  • Business Development
  • Advertising
  • Monetization
  • Strategic Partnership
  • Market Sizing
  • Business Model Development

Area C

Area ini mencakup hubungan antara developer, product dan business. Didalam area ini dimana perusahan memutuskan bagaimana operasional perusahaan berjalan.

Hal-hal yang harus difokuskan pada area ini adalah bagaimana pembiayaan perusahaan dan usaha-usaha apa saja yang harus dilakukan dalam mengembangkan sebuah produk.

Bagaimana komunikasi antara business dengan developer terkait sebuah produk?

Untuk level atas, hal-hal yang harus diperhatikan adalah bagaimana sebuah business bisa memberikan sebuah visi terhadap produk tersebut, sehingga bisa menjadi petunjuk (guiding) bagi developer dalam mengerjakan sebuah proyek.
Untuk level bawah, hal-hal yang harus diperhatikan adalah memberikan prioritas-prioritas terhadap developer terkait hal-hal apa saja yang harus dikerjakan. Hal itu juga mencakup sebuah pertanyaan terkait bagaimana membuatnya, “buy, outsource or build”.

Area C adalah area dimana perusahaan menterjemahkan sebuah ide untuk dieksekusi menjadi sebuah produk.

Didalam area C, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

  • Budget
  • Product Roadmap
  • Investor Relations
  • Business Vision
  • Project Management
  • Technology Licensing

Menurut Steve Blank, Prof Stanford University dan University of California Berkeley, dalam bukunya yang berjudul “The Startup Owner’s Manual”, tahapan-tahapan didalam sebuah manajemen produk adalah sebagai berikut :

Mengingat kunci keberhasilan dari sebuah produk itu adalah User, maka Steve Blank dalam buku tersebut menawarkan suatu pendekatan baru terhadap manajemen produk yang disebut Customer Development Model.

Sebenarnya tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut, tetapi mungkin grafik dibawah ini dapat menjelaskannya.

Apabila seseorang bertanya kepadamu, “Dimanakah letak Monas?” apakah kamu akan menjawab, “Lokasinya berada di antara Galeri Nasional, Museum Nasional, dan Istana Merdeka”?

Informasi semacam ini mungkin dapat memberikan arahan, tetapi sifatnya masih belum lengkap. Jadi, sebenarnya apakah yang dilakukan oleh seorang Product Manager?

Jangan khawatir, tidak ada yang mengetahui secara pasti jawabannya.

Ambiguitas dari role yang ada pada manajemen produk juga terjadi di luar Googleplex. Seseorang yang memiliki pekerjaan di salah satu bidang software di Partners HealhCare, Boston, para developernya juga terkadang bersenda gurau satu sama lain tentang apa sebenarnya pekerjaan di bagian manajemen produk (yang kadang-kadang mereka sendiri juga tidak mengetahui secara spesifik apa yang kami kerjakan).

Dalam sebuah perusahaan, tugas dari seorang manajer produk dapat berubah dengan drastis dan sangan cepat. – Dan Schmist, The Product Management Triangle.

Konsultan BCG Yves Morieux berargumen bahwa para manajer yang berada di korporasi modern menghambat produktivitas dengan menggunakan istilah “measurability, accountability, and clarity” secara berlebihan ketika merancang organisasi mereka. Ia mengklaim bahwa kita telah cukup mampu untuk mengetahui siapa yang harus disalahkan ketika kita gagal, dan akibatnya kita kehilangan kesempatan untuk bekerja sama.

Tipe dari “lem”
Sebelum kita memikirkan bagaimana cara mengeringkan “lem” tersebut, ada baiknya kita lihat beberapa tipe dari “lem” yang ada. Dalam dunia nyata, kita memiliki berbagai jenis lem, seperti: lem kertas, lem kayu, lem stik, lem super, dan lain sebagainya. Semua fungsinya sama, yakni untuk merekatkan dua obyek yang terpisah. Tetapi kebutuhan penggunaannya sangatlah berbeda.

Tidak mungkin kita menggunakan lem kertas untuk membuat sebuah kkitang burung, atau menggunakan lem besi untuk membuat kerajinan tangan anak-anak. Hal ini juga berlaku untuk manajemen produk. Fungsinya sama, tetapi kebutuhan penggunaannya sangat berbeda.

Jadi, jenis Manajemen Produk seperti apa yang kita butuhkan?
Pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang sangat penting, yang akan mengatur tentang :
• Bagaimana untuk membentuk danmenjaga sebuah tim manajemen produk?
• Tanggung jawab seperti apa yang akan ktia percatakan kepada mereka
• Bagaimana menguji performa mereka?
• Fungsi lain apa yang kaan dibutuhkan untuk melengkapi mereka?

Pada fase awal startup dibentuk, tanggung jawab dari “product person” (kebanyakan startup baru belum memiliki manajer produk) mungkin akan bergantung sepenuhnya dari sumber daya yang ada pada perusahaan. Sebagai contoh, sebuah tim engineer membutuhkan desain UI, tetapi mereka belum memiliki seorang desainer. Pada akhirnya mereka yang ada di bagian manajemen produklah yang akan membuat desain tersebut.

Bagaimanapun, untuk melakukan upaya scaling pada tim manajemen produk di dalam sebuah organisasi yang sedang berkembang butuh pertimbangan jangka panjang. Manajer harus mempertimbangkan berbagai aspek seperti kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman sebelum memutuskan.

Kini, pertanyaannya menjadi: Apa fungsi yang dimiliki oleh manajemen produk, ketika tim lain seperti desain, keuangan, dan Business Development telah hadir untuk mengisi jarak antara kedua fungsi?

Masalahnya adalah, tidak semua bagian dapat menempel satu sama lain dengan cara yang sama. Setiap bagian membutuhkan kombinasi yang unik dari kemampuan, gaya bekerja, dan core value (nilai inti). Hanya ada sedikit manajer produk yang dapat memutar kepribadian dengan luwes sehingga mereka mampu mengisi setiap ruang kosong dengan penguasaan yang seragam.

A) Segitiga 1 : The user-First Product Manager - yang mengutamakan pengguna

Kebanyakan manajer produk yang menggunakan pola ini datang dari latar belakang desain, seperti bagian UX, atau dari perusahaan konsultan desain. Metode mereka ini biasanya populer untuk mengarahkan wireframing, focus grouping, dan crowdsourcing.

Berdasarkan pengalaman yang saya telah baca, mereka berusaha untuk memperlihatkan kegemaran mereka terhadap:
• Kecepatan – Mengapa hal ini sangat lamban?
• Penggunaan ulang data – Apakah pengguna mau mengisi formulir ini untuk kedua kali?
• Perbaikan bug – Jangan biarkan pengguna melihat pesan eror itu lagi!
• Pemahaman – Apakah skala 1 hingga 7 dapat membantu pengguna mengerti hal ini?
• Permintaan pengguna – Setiap orang yang kami survei menginginkan lebih banyak pengingat email.

Jenis pendekatan ini adalah yang paling masuk akal di ranah permasalahan yang dapat diselesaikan dengan teknologi, serta tidak melupakan bagian untuk inovasi model bisnis.

Manajemen tugas (task management) adalah salah satu contohnya. Contoh lain mungkin ada pada teknologi di bidang edukasi, yang umumnya menggunakan teknologi komputasi sebagai platform untuk penyampaian konten. Contoh terakhir mungkin dapat berupa aplikasi seperti Slack.

B) Segitiga 2 : The Business-First Product Manager - yang mengutamakan bisnis

Biasanya mereka memiliki latar belakang gelar MBA atau pernah berada di posisi general manager (termasuk menjadi salah satu founder dari startup)

Kita akan kesulitan untuk menemukan seseorang diantara mereka yang tidak menggunakan spreadsheet, baik ketika membuat analisis cost-benefit atau bagan Gantt.

Mereka ini cenderung mengejar :
• Profit – kita bisa menambah biaya dua puluh persen lagi untuk fitur baru ini!
• Fitur kompetitif – Semua kompetitor punya gratis ongkos kirim, kenapa kita tidak?
• Kesempatan untuk pengembangan bisnis – Kita bisa mengintegrasi seluruh API untuk mendapatkan lebih banyak data!
• Growth – Mari kita cari cara untuk meningkatkan angka konversi dari homepage.
• Permintaan investor – Paul Graham ingin berbicara denganmu setelah proses ini berakhir…

Pendekatan semacam ini paling masuk akal untuk diterapkan di ranah yang membutuhkan inovasi model bisnis berdasarkan pengalaman dan teknologi komoditas.

Jika perusahaan telah memenuhi gol mereka — misalnya, pengiriman barang gratis, berkat kerja sama dengan _merchan_t dan produsen — pengguna pasti akan menggunakan aplikasi yang kamu miliki, walaupun aplikasi tersebut masih penuh bug, tidak intuitif, dan tidak menarik

C) Segitiga 3 : The Technology-First Product Manager - yang mengutamakan teknologi

Jenis manajer produk ini biasanya datang dari latar belakang teknis, seperti lulusan software engineering atau program ilmu komputer. Mereka lebih bergantung kepada prototyping, task management, serta diagram alur.

Para manajer produk yang mengutamakan teknologi cenderung untuk :
• Menunda peluncuran – Apakah kita akan membiarkan sebuah eror terjadi?
• Mendaur ulang fitur – Apa kita bisa memakai hashtag di kolom notes ketimbang menambahkan kolom baru untuk label?
• Meminimalisasi pekerjaan yang tidak perlu – Tidak usah perbaiki bug itu. Kita akan mengganti sistem bulan depan.
• Ekstensibilitas – Dengan menambahkan fitur ini, kita dapat bekerja dengan kamera dan pemindai di masa depan!
• Konsisten dengan semantik teknis – Kita tidak bisa menamai kolom ini dengan “sekolah” jika suatu saat akan diisi dengan program pendidikan berbasis peer-to-peer!

Pendekatan ini biasanya bekerja maksimal apabila aspek user experience dirancang agar tetap simpel serta model bisnis yang digunakan telah terbukti sebelumnya

Kebanyakan produk Google yang sukses dikembangkan dengan pendekatan seperti ini. Tidak ada antarmuka yang lebih simpel daripada search box milik Google.

Referensi

Tech in Asia Indonesia - Menghubungkan Ekosistem Startup Indonesia

1 Like