Apakah yang dimaksud dengan Ludruk?

Ludruk merupakan seni tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa Timur. Apakah yang dimaksud dengan Ludruk?

Secara etimologis, kata Ludruk berasal dari kata molo-molo dan gedrak- gedruk. Molo-molo berarti mulutnya penuh dengan tembakau sugi yang hendak dimuntahkan dan keluarlah kata-kata yang membawakan kidung, dan dialog. Sedangkan gedrak-gedruk berarti kakinya menghentak-hentak pada saat menari di pentas.

Pendapat lain mengatakan bahwa ludruk berasal dari kata-kata gela-gelo dan gedrak-gedruk. Gela-gelo berarti menggeleng-nggelengkan kepala pada saat menari, dan gedrak-gedruk berarti menghentakkan kaki di pentas pada saat menari.

Apabila disesuaikan, kedua pendapat tersebut memiliki pengertian yang sama, yaitu verbalisasi kata-kata dan visualisasi gerak. Dengan kata lain, terdapat unsur nyanyian (kidung) dan unsur tari atau unsur bahasa dan gerak. Unsur bahasa atau verbal dalam ludruk terdiri atas dua macam bentuk verbal, yaitu nyanyian (kidungan) dan dialog (narasi). Sedangkan unsur gerak dapat berupa tarian pada saat mengidung dan akting pada saat memainkan peran di pentas.

Definisi Ludruk adalah merupakan suatu kesenian drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelarkan disebuah panggung dengan mengambil cerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan lain sebagainya yang diselingi dengan tarian, lawakan, kidungan dan diiringi dengan gamelan sebagai musik.

Menurut Cak Lupus kata ludruk berasal dari bahasa belanda yaitu “Loedruck” yang berarti sebuah tontonan.

Menurut versi lain kata Ludruk merupakan serapan dari bahasa belanda yaitu “leuk en druk” yang mempunyai arti bersenang-senang sambil menonton pertunjukan.

Ludruk merupakan kesenian khas masyarakat Jawa Timur, Ludruk juga bisa dikatakan sebagai teater rakyat. Hal ini dikarenakan Ludruk merupakan kesenian yang tumbuh dan berasal dari masyarakat. Kesenian ludruk merupakan ekspresi kehidupan masyarakat yang berkembang pada jamannya. Kesenian ini berkembang di masyarakat Jawa Timur, khususnya masyarakat Surabaya. dan sekitarnya.

Kata Ludruk berasal dari kata gedruk (menghentakkan kaki). Memang kesenian ini mempunyai ciri dalam setiap tariannya selau melakukan gerakan gedruk (menghentakkan kaki), maka kemudian disebut ludruk. Bahasa yang digunakan dalam kesenian Ludruk adalah bahasa jawa timuran (bahasa Jawa Timur) khususnya logat suroboyoan (Bahasa Surabaya). Dengan menggunakan bahasa tersebut, seni ludruk dapat begitu melekat dalam hati masyarakat Surabaya. Kesenian ini menjadi sarana hiburan yang merakyat.

Sejarah Kesenian Ludruk

Kesenian ludruk pertama kali diperkenalkan oleh seorang yang bernama Gangsar, seorang tokoh kesenian Jawa Timur yang beasal dari Jombang. Kesenian ini ada didalam masyarakat sejak tahun 1890. Pada saat itu kesenian Ludruk masih berbentuk teater bisu, tanpa dialog dan juga belum ada jalan ceritanya. Kesenian tersebut hanya berupa tarian-tarian yang dilakukan oleh beberapa pemain pria. Penari wanitapun diperangkan oleh seorang pria, sehingga hal ini yang menjadi ciri khas Ludruk sampai saat ini, yaitu semua pemainnya adalah pria, termasuk yang memerankan tokoh wanita.

Ada yang mengatakan bahwa tarian ludruk terinspirasi ketika Gangsar bertemu dengan seorang pengamen keliling yang mengenakan kostum perempuan sambil menggendong sebuah boneka. Dalam kostum tersebut seolah seorang pria sedang menggendong perempuan, banyak orang yang mengerumuni dan merasa terhibur dengan model dandanan seperti itu. Hal ini yang mengilhami Gangsar untuk menampilkan tokoh perempuan yang diperankan oleh seorang laki-laki dalam setiap pertunjukan kesenian ludruk. Kisah ini menjadi cikal bakal bahwa tidak perlu pemain wanita dalam kesenian ini tetapi cukup pemain pria yang berpakaian wanita untuk menampilkan tontonan yang menghibur. Pada tahun 1922 sampai dengan 1930, kesenian ludruk mengalami perkembangan cukup pesat, yaitu sudah memakai dialog atau bahasa percakapanserta dalam pertunjukannya menggunakan jalan cerita. Jadi perkembangan yang terjadi karena ludruk selain bisa ditontonkan tarian-tariannya tetapi juga bisa diikuti jalan ceritanya.