Apakah yang dimaksud dengan identitas?

Identitas adalah suatu perasaan tentang menjadi seseorang yang sama, perasaan tersebut melibatkan sensasi fisik dari tubuh, body image, tujuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dimiliki oleh seseorang, suatu perasaan yang berhubungan dengan rasa keunikan dan kemandirian. (Erikson dalam Corsini, 2002)

Marcia (dalam Papalia, 2007) mendefinisikan identitas sebagai konstruksi diri dan organisasi dinamis atas dorongan, kemampuan, kepercayaan, dan sejarah diri yang berlangsung secara internal.

Identitas merupakan potret diri yang terdiri atas banyak bagian seperti identitas karir, identitas politik, identitas agama, identitas intelektual, minat, budaya, kepribadian, dan lain-lain. Identitas juga dapat diartikan sebagai konsep diri yang terdiri dari tujuan, nilai-nilai dan keyakinan seseorang yang memiliki komitmen (Papalia, Olds, & Feldman, 2007).

Dimensi Identitas

Menurut Erikson (dalam Santrock, 2003) identitas melibatkan tujuh dimensi, antara lain:

  • Genetik
    Hal ini bekaitan dengan suatu sifat yang diwariskan oleh orang tua pada anaknya. Orang tua sangat mempengaruhi sifat yang akan dimiliki anaknya di kemudian hari. Sifat inilah yang akan memberikan sesuatu yang berbeda antara individu satu dengan individu lainnya, terutama di dalam menjalankan kehidupannya.

  • Adaptif
    Identitas adalah penyesuaian remaja mengenai keterampilan-keterampilan khusus, dan bagaimana remaja tersebut dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Sejauh mana keterampilan atau kemampuannya tersebut dapat diterima oleh masyarakat dilingkungan tempat tinggalnya ataukah masyarakat tidak menerima keterampilan yang dimilikinya.

  • Struktural
    Hal ini terkait dengan perencanaan masa depan yang telah disusun oleh remaja, atau dengan kata lain remaja telah mempersiapkan kehidupan di masa depannya. Namun bukan berarti tidak ada hambatan dalam menjalankan rencana masa depannya ini. Seringkali apa yang telah direncanakan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan bisa jadi rencana tersebut mengalami suatu kemunduran (deficit structural) atau bahkan bisa tidak sama sekali terwujud.

  • Dinamis
    Proses ini muncul dari identifikasi masa kecil individu dengan orang dewasa yang kemudian dapat membentuk suatu identitas yang baru di masa depannya ataukah sebaliknya, proses identifikasi tersebut tidak berpengaruh pada identitasnya melainkan yang berpengaruh adalah pemberian peran dari masyarakat terhadap remaja.

  • Subjektif atau berdasarkan pengalaman
    Individu yang mempunyai pengalaman akan berbeda dengan individu yang sama sekali belum memiliki pengalaman. Erikson (dalam Santrock, 2003) menjelaskan bahwa individu yang telah memiliki pengalaman sebelumnya, individu tersebut akan merasakan suatu kepastian dalam dirinya. Dengan adanya pengalaman maka akan banyak alternatif yang dapat kita jadikan pedoman untuk melangkah dengan lebih yakin ke arah depan atau semakin banyak pengalaman maka akan semakin timbul antisipasi dalam melakukan berbagai hal yang belum kita ketahui secara pasti konsekuensinya.

  • Timbal balik psikososial
    Erikson (dalam Santrock, 2003) menekankan hubungan timbal balik antara remaja dengan dunia dan masyarakat sosialnya. Perkembangan identitas tidak hanya terbentuk oleh diri kita sendiri melainkan melibatkan hubungan dengan orang lain, komunitas dan masyarakat.

  • Status eksistensial
    Erikson (dalam Santrock, 2003) berpendapat bahwa remaja mencari arti dalam hidupnya sekaligus arti dari hidup secara umum. Dalam hal ini remaja ingin merasakan apa yang dinamakan dengan makna hidup, ingin diakui keberadaanya di dalam masyarakat dengan peran sosial yang dijalankan serta keterampilan yang dimilikinya.

Katherine Woodward dalam bukunya Identity and Difference menjelaskan bahwa Identitas adalah gagasan yang diberikan perihal konsep individu, sehingga asal-usul seseorang dapat diketahui. Identitas berasal dari banyak aspek seperti kebangsaan, etnis, ras, strata sosial, jenis kelamin, dan gender.

Pembahasan Stuart Hall pada buku yang sama dijelaskan bahwa identitas bersifat tidak tetap dan selalu berubah. Identitas tidak dapat dilepaskan dari representasi karena proses representasilah yang memiliki pengaruh tidak langsung dalam pembentukkan identitas.

Menurut Hall, identitas terbagi menjadi dua yaitu, being dan becoming.

  • Being atau disebut juga dengan self-subjectivity adalah identitas yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri.

  • Becoming adalah refleksi identitasnya pada situasi sosial sekitarnya. Idenfifikasi ini akan mengarah pada justifikasi identitas pada lingkungan sosialnya, yang disebut interpelasi.

Hall juga mengatakan selain identitas sebagai self-subjectivity, identitas juga mengalami proses diferensiasi. Proses pembedaan individu dengan lingkungan sekitarnya seperti dalam fase mirror stade dalam teori Lacanian. Diferensiasi membuat individu paham dengan adanya the Other (outsiders) yang dapat membawa pengaruh negatif dan positif seperti dua keping mata uang.

Identitas

Di satu sisi, diferensiasi menjadi sumber keragaman, heterogenitas, dan hibdrida. Sementara di sisi lain, diferensiasi membawa pada stereotip rasis. Proses diferensiasi inilah yang akan membawa konsep identitas, self , dan Others pada identifikasi. Proses identifikasi ini terjadi dalam lingkungan sosial yang ditandai dengan adanya deliberasi identitas. Konflik dan alienasi tidak dapat dihindari dalam proses ini.

Hall juga menyatakan konsep identitas sebagai solidaritas sosial. Identitas tidak dilihat dari perspektif individu saja, namun dibawa ke satuan yang lebih besar sebagai aktor sosial: grup/kelompok, bangsa, atau negara. Dalam proses pembentukan identitas sebagai solidaritas sosial dibutuhkan adanya konfrontasi ide-ide terkait identitas rasial, nasional, dan kewarganegaraan sebagai bagian dari negara. Penanaman hal ini dapat dilakukan melalui teknologi komunikatif seperti radio, film, dan televisi yang bertujuan untuk membentuk solidarias nasional. (1999)

Identitas adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang ; jati diri. Secara psikologis, definisi identitas diri secara umum adalah sebuah kelanjutan menjadi seseorang yang tunggal dan pribadi yang sama, yang dikenali oleh orang lain. Dalam perspektif psikologi kepribadian, identitas diri merupakan suatu konsep yang digunakan untuk membedakan individu satu dengan individu lainnya.

Konsep identitas merupakan pertanyaan ke arah diri sendiri atau self yang menekankan bahwa identitas dibentuk oleh mereka sendiri. Konsep kedua adanya pertanyaan mengenai kesamaan atau ― sameness yang merupakan suatu pertanyaan dari aspek sosiologi, di mana identitas menjadi sesuatu yang dapat dilihat sebagai poin yang memperhatikan keterbukaan individu terhadap dunia luar melalui hubungan individu lainnya dalam suatu masyarakat.

Ketiga adalah pertanyaan mengenai solidaritas yang lebih menitikberatkan pada hubungan dan perbedaan sebagai dasar dalam pembentukkan aksi sosial. Berdasarkan tiga konsep tersebut, makan identitas dapat disimpulkan sebagai suatu konsep diri yang terbentuk di lingkungan tempat dia berada yang dapat membedakan satu dengan lainnya.

Istilah identitas memiliki pengertian yang beragam dan berkenaan untuk tujuan apa konsep identitas itu digunakan. H.A.R. Tilaar (2007) dalam bukunya berjudul “Mengindonesia Etnisitas dan Identitas Bangsa”, menguraikan hubungan antara identitas individu, identitas etnis terbentuk menjadi identitas bangsa. Menguraikan bahwa setidaknya terdapat empat konsep yang dapat berkembang:

  1. Identitas berarti indentik dengan yang lain. Mengarah pada adanya kesamaan antara individu dengan individu lainnya;

  2. Identitas berarti menjadi diri sendiri, dilahirkan sebagai suatu individu yang memiliki jiwa sendiri yang terhubung dengan proses pemerdekaan;

  3. Identitas berarti menjadi identik dengan suatu ide. Ide yang melepaskan kekuasaan individu, dan ide dalam konteks ini adalah suatu yang transendental;

  4. Identitas berarti individu yang realistis yang hidup bersama individu lainnya. Identitas dalam pengertian ini lebih dari hanya menjadi diri sendiri yang tidak terlepas dari lingkungan budaya maupun lingkungan alamiah.

Alo Liliweri (2007) menguraikan bahwa secara etimologi kata Identitas berasal dari kata identity yang berarti:

  1. Kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, mirip satu sama lain;

  2. Kondisi atau fakta tentang sesuatu yang sama diantara dua orang atau dua benda;

  3. Kondisi atau fakta yang menggambarkan sesuatu yang sama diantara dua orang (individualitas) atau dua kelompok atau benda;

  4. Menunjukkan tentang suatu kebiasaan untuk memahami identitas dengan kata “identik”. Pandangan ini setidaknya memiliki persamaan pandangan yang dikemukakan oleh H.A.R. Tilaar (2007) yang mennyatakan identitas dilekatkan pada individu.

Namun Alo Liliweri memandang identitas pada aspek yang lebih luas tidak hanya dilekatkan pada manusia, tetapi juga pada benda yang memiliki ciri yang sama. Identitas yang dilekatkan pada etnis dalam perspektif museum cenderung digunakan dalam museum etnografi untuk menyatakan ciri golongan suatu kelompok masyarakat tertentu. Digunakan untuk menunjukkan ciri yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya pada suatu daerah tertentu dan sifatnya kompleks.