Apakah yang dimaksud dengan Customer Lifetime Value?

Customer value atau nilai pelanggan dapat diartikan sebagai kualitas yang dierima oleh pelanggan terhadap harga yang dibayar untuk suatu produk. Memaksimalkan customer value merupakan suatu perilaku yang dilakukan oleh setiap perusahaan untuk menjaga hubungan yang baik lebih baik sebagai mitra kerja dengan pelanggan untuk jangka waktu yang lama.

Customer value juga dapat digunakan dalam pertimbangan manajemen perusahaan. Dengan menerapkan strategi manajemen, diharapkan setiap pembeli akan loyal terhadap produk atau jasa yang disediakan.

Bagaimana cara mengukur customer value?

Customer life time (CLV) adalah metrik untuk menghitung berapa nilai pelanggan suatu perusahaan di masa mendatang. Konsep ini dihitung dengan memprediksi berapa produk atau jasa yang akan dibeli oleh pelanggan di masa mendatang, berdasarkan data - data pembeliannya, dan juga kemungkinan adanya cross selling dari produk lain yang dilakukan oleh pelanggan.

CLV berisi profitabilitas oleh pelanggan saat ini dan nilai profit yang diharapkan di masa mendatang. CLV menghasilkan nilai moneter pelanggan secara langsung yang berhubungan dengan profitabiitas yang diharapkan.

Perhitungan CLV

Dua komponen inti dari persamaan CLV adalah margin pendapatan pelanggan dan biaya pelanggan, yang menentukan profitabilitas pelanggan secara keseluruhan. Untuk menghitung CLV, pertama adalah menentukan profit saat ini. Untuk calon pelanggan nilainya adalah nol atau bahkan negatif jika ada biaya untuk mencari atau mendapatkan calon pelanggan.

Untuk pelanggan yang sudah ada maka tinggal menjumlahkan premi dari semua produk yang telah dibeli dan dikurangkan dengan biaya penyediaan hingga biaya pemasaran produk. Langkah berikutnya dalam perhitungan CLV adalah untuk memperkirakan nilai profitabilitas masa mendatang pelanggan.

Nilai ini terdiri dari pendapatan yang terkait dengan produk yang akan dibeli dijumlahkan selama sisa masa lifetime pelanggan. Dalam pengaturan kontrak, seperti telepon selular atau perusahaan asuransi, ada hubungan yang jelas antara pelanggan dan perusahaan dengan durasi yang terkait dan biaya produk yang diberikan selama periode ini. Sehingga, dapat memproyeksikan pendapatan masa mendatang dengan memperkirakan kemungkinan pelanggan memperbarui kontrak dalam jangka waktu tertentu.

Beberapa variabel yang digunakan dalam menghitung CLV yaitu

  • Dimensi pertama adalah dimensi panjang yang menunjukkan nilai waktu. Kontinuitas seorang pelanggan mempunyai nilai CLV yang tinggi karena menunjukkan frekuensi kunjungan pelanggan tersebut.
  • Dimensi kedua adalah dimensi lebar yang menunjukkan banyaknya pembelian silang (cross selling) yang dilakukan oleh pembeli tersebut dalam mencari produk alternatif.
  • Dimensi terakhir atau yang ke tiga yaitu dimensi tinggi berupa nilai average pembelanjaan yang dilakukan oleh pelanggan setiap kali melakukan transaksi.

Sumber: White Paper - Measuring Customer Lifetime Value by D-ONE

2 Likes

Nilai aktual dari pelanggan setara dengan kuantitas yang sering disebut customer lifetime value (CLV), atau nilai yang ada saat ini dari kontribusi keuangan masa depan yang bersumber dari pelanggan.

Setiap pelanggan dari sebuah perusahaan saat ini akan bertanggung jawab untuk beberapa rangkaian tertentu untuk peristiwa di masa depan, masing-masing akan memiliki dampak keuangan pada produk perusahaan-pembelian produk, pembayaran untuk layanan, penyetoran biaya berlangganan, sebuah pertukaran atau upgrade, klaim garansi, panggilan telepon, rujukan pelanggan lain, dan sebagainya.

Setiap acara tersebut akan berlangsung pada waktu tertentu di masa depan dan akan memiliki dampak keuangan yang dapat dihitung pada waktu itu. Nilai bersih sekarang, hari ini, dari masing-masing peristiwa masa depan dapat diturunkan dengan menerapkan tingkat diskon untuk faktor nilai waktu dari uang. LTV adalah, pada dasarnya, jumlah nilai bersih saat ini dari semua peristiwa masa depan seperti dikaitkan dengan tindakan seorang pelanggan tertentu.

Meskipun metode pemodelan yang canggih membantu untuk mengukur LTV, banyak variabel tidak akan mudah diukur, seperti bantuan pelanggan mungkin membantu perusahaan dalam merancang produk baru, atau nilai yang berasal dari rujukan pelanggan pelanggan lain. Model apapun yang mencoba untuk menghitung LTV pelanggan individu harus menggunakan beberapa atau semua data berikut, lebih terukur dan tepat:

  • Pembelian berulang pelanggan
  • Keuntungan yang lebih cepat /biaya yang lebih rendah (setiap penjualan) dari pelanggan yang berulang daripada dari konsumen awal (merubah prospek )
  • Manfaat tidak langsung dari pelanggan, seperti dari referensi
  • Pelanggan menyatakan kesediaannya untuk melakukan bisnis di masa yang akan datang
  • Catatan pelanggan
  • Catatan transaksi (ringkasan dan detail)
  • Produk dan biaya produk
  • Biaya layanan dan dukungan
  • Biaya pemasaran dan transaksi (termasuk biaya pembelian )
  • Tingkat respon terhadap pemasaran / usaha pemasaran.

Tujuan pemodelan dengan LTC adalah untuk menggunakan titik-titik data ini untuk menghasilkan representasi sejarah pelanggan dan membandingkan riwayat pelanggan dengan pelanggan yang lain. Kemudian perusahaan mulai untuk membangun model statistik lintasan masa depan pelanggan, termasuk seberapa banyak yang akan dia belanjakan dan di periode yang mana.

2 Likes

Menghitung Customer Lifetime Value (CLV)

Memahami pentingnya Customer Lifetime Value (CLV) dalam sebuah perusahaan atau organisasi, melibatkan apa yang diukur dan bagaimana menghitung CLV dalam bisnis. CLV mencakup seluruh organisasi dari tujuan dan sasaran untuk operasi sehari-hari dan pihak yang memungkinkan secara strategis.

Mengukur Profitabilitas Pelanggan

Dua komponen inti dari persamaan CLV adalah margin pendapatan pelanggan dan biaya pelanggan, yang menentukan profitabilitas pelanggan secara keseluruhan. Baik pendapatan dan komponen biaya memiliki obyek tujuan yang berhubungan dengan CLV. Mereka juga memiliki Key Performance Indicator (KPI) yang dapat diukur di seluruh bisnis, operasional, dan teknologi.

Retensi Pelanggan Membawa Pendapatan

Dampak retensi pelanggan terhadap pendapatan, hal ini dikarenakan suatu hal yang sangat signifikan terjadi karena retensi tahunan pelanggan meningkat, hal ini mendorong pendapatan juga meningkat dengan signifikan. Tingkat retensi yang lebih baik memberikan organisasi sebuah keuntungan efisiensi.

Pertumbuhan pendapatan menyokong mereka dengan retensi pelanggan yang lebih tinggi. Retensi pelanggan yang lebih tinggi berarti pelanggan yang hilang lebih sedikit dan mengurangi pendapatan yang hilang. Penjualan lebih sedikit untuk pelanggan baru diperlukan untuk mencapai target pendapatan tahun depan. Tingkat retensi yang lebih tinggi meningkatkan nilai pelanggan secara keseluruhan.

Dampak Internal pada CLV

Tindakan sehari-hari hampir setiap karyawan, dari atas ke bawah, mempengaruhi pengalaman pelanggan, yang pada gilirannya mempengaruhi CLV. Manajer bertanggung jawab untuk menyampaikan apapun dari bisnis, operasional, atau driver teknologi harus mampu untuk memahami bagaimana tindakannya memengaruhi CLV dan, pada tingkat yang lebih tinggi, terhadap profitabilitas perusahaan.

CLV Membutuhkan Perubahan

Kerangka CLV bukan hanya tentang menjadi ramah dan membantu, itu semua tentang kinerja keuangan jangka panjang dan bottom-line pertumbuhan perusahaan. Dengan melanggar persamaan CLV terhadap pendapatan dan biaya komponen dan KPI mereka, menjadi mungkin untuk menetapkan standar dan bisnis, tujuan operasional, dan teknologi strategis.

Credits : Foster, Robin. 2013. Managing the Customer Experience: How to Maximize the Lifetime Value of Your Most Precious Asset-First Print Edition. New Jersey: Avaya Inc.

2 Likes

Dalam dunia bisnis e-commerce maupun bisnis lain, mempertahankan dan memelihara pelanggan adalah cara yang lebih efektif dari segi biaya dibandingkan dengan mencari pelanggan baru. Customer Life Value (CLV) tidak hanya tentang biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelanggan baru, tapi juga biaya untuk mempertahankan pelanggan.

Dengan CLV bisa diketahui nilai finansial dari setiap pelanggan dan pentingnya menjaga hubungan secara strategis dengan para pelanggan. Nantinya pebisnis dapat mengetahui nilai setiap pelanggan dari segi keuangan, agar pebisnis bisa menyesuaikan dengan jenis hubungan yang dijalin dengan pelanggan tadi. Beberapa alasan mengapa CLV penting untuk bisnis anatara lain:

Membantu Perencanaan Pemasaran
Beberapa hal ini bisa diketahui dari CLV, dan berguna dalam proses perencanaan pemasaran untuk menjamin kesuksesan bisnis:

  • Membantu mengembangkan strategi optimal untuk berhubungan dengan pelanggan. Contohnya: Bila pelanggan cenderung berkegiatan di media sosial, sebaiknya toko online kamu juga ikut aktif di media sosial.

  • Mengerti nilai potensial pelanggan dan membantu pegawai untuk secara proaktif memperbaiki hubungan dengan pelanggan. Contohnya: Membuka layanan pelanggan 24 jam untuk membantu mengatasi masalah yang dialami pelanggan.

  • Pelaku bisnis bisa memberikan tingkat pelayanan yang lebih tinggi pada pelanggan yang paling menguntungkan dan menjaga pelanggan tetap bertahan lebih lama. Contohnya: Maskapai penerbangan bisa memberikan fasilitas ruang tunggu eksklusif bagi para pemilik tiket kelas bisnis.
    Saat ini CLV tidak hanya mengenai nilai finansial pelanggan, tetapi juga pengaruh yang bisa dibawa pelanggan untuk menggerakkan pertumbuhan bisnis.

Segmentasi Pelanggan yang Lebih Efektif
CLV bisa membantu mengenal dan mengelompokkan pelanggan untuk menawarkan pelayanan yang sesuai, hal ini berguna untuk:

  • Menerapkan harga dinamis berdasarkan profil pelanggan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin dari setiap pelanggan.

  • Menarget pelanggan berdasarkan potensi nilai

  • Memberikan indikasi yang lebih akurat mengenai nilai sebuah lead, dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengubahnya menjadi pembelian.

Prediksi Yang Lebih Baik
Berdasarkan CLV, pelaku bisnis bisa lebih baik dalam merencanakan ketersediaan produk atau jasa, dengan cara memprediksi permintaan dari pelanggan di masa depan. Prediksi ini juga berguna untuk:

  • Membantu mengatur investasi optimal dalam bidang aset, kepegawaian, dan ketersediaan barang.

  • Mengurangi kerugian produktivitas dengan strategi alokasi yang lebih baik.

Bila bisnis kamu menjual beberapa kategori barang sekaligus, prediksi kemungkinan pembelian untuk setiap kategori produk bisa membuat alokasi sumber daya yang lebih efisien, sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Manajemen Loyalitas
CLV bisa menjadi indikator untuk memperbaiki efisiensi operasional dan mengurangi ketidakpuasan pelanggan. Dengan mengerti kebutuhan dan perilaku pelanggan secara lebih baik pasti akan meningkatkan loyalitas pelanggan dalam jangka waktu yang lebih lama. Berdasarkan hal ini, bisnis kamu bisa merencanakan program untuk menjaga loyalitas pelanggan yang lebih efektif.

Mempertahankan Pelanggan
CLV bisa sangat membantu untuk merancang program baru untuk mengurangi jumlah pelanggan yang hilang. Bisnis kamu juga bisa merencanakan strategi dan mengambil langkah yang diperlukan untuk memprioritaskan pelanggan mana yang bisa ditarik kembali.

CLV tidak hanya bisa diterapkan oleh bisnis e-commerce, tetapi juga hampir semua bisnis dan industri lain. Perbedaannya hanya pada tingkat keterlibatan dan keuntungan berdasarkan model bisnis. Harus diingat juga, CLV hanyalah alat pembantu dan bukan strategi untuk meningkatkan kesempatan untuk memperbesar keuntungan.

[Sumber](https://www.sirclo.com/blog/2016/12/ini-alasan-mengapa-customer-lifetime-value-penting-untuk-bisnis-kamu](https://www.sirclo.com/blog/2016/12/ini-alasan-mengapa-customer-lifetime-value-penting-untuk-bisnis-kamu)

2 Likes

Terdapat analisis menarik dari conversionxl.com

http://buattokoonline.id/wp-content/uploads/2017/01/Yosh.pnghttp://buattokoonline.id/wp-content/uploads/2017/01/final3_grande.pngBanyak yang mengatakan bahwa Customer Lifetime Value (CLV) penting bagi pebisnis.

David Skok, mengatakan bahwa alasan terbesar startup mati adalah karena biaya untuk mendapatkan customer (Customer Acquisition) vs biaya Customer Life Time Value tergambar sebagai berikut.

Ketimpangan seperti pada gambar terjadi karena banyak bisnis hanya fokus pada nilai transaksi customer (Transactional Customer Value), dan melupakan hal-hal yang bisa dimanfaatkan setelah suatu transaksi terjadi.

Kita harus berusaha untuk membuat produk anda menjadi lebih baik. Tetapi jika kita tidak tahu bagaimana cara untuk membuat customer kita senang, maka sebanyak apapun customer yang anda dapat dari marketing yang anda lakukan, biaya marketing tersebut bisa lebih besar dari jumlah yang bisa dihasilkan satu customer bagi bisnis kita.

David Skok dalam tulisannya mengatakan:

Life Time Value > Cost of Acquisition. Ini berarti LTV seharusnya 3x lebih besar dari CAC untuk bisnis model SaaS (Software as a Service) atau bisnis model lainnya. Sebagian besar perusahaan publik seperti salesforce.com, ConstantContact, dll., mempunyai LTV sebesar 5x dari CAC.

CAC seharusnya bisa ditemukan/dihitung kurang dari 12 bulan pertama (untuk bisnis subscriptions/berlangganan).

Cara utama untuk meningkatkan customer life time value, seperti yang dijelaskan David, adalah menciptakan keseimbangan dalam bisnis model yang memungkinkan anda untuk mengimbangi faktor biaya tinggi yang tidak bisa dihindari yang mau tidak mau masuk ke dalam bisnis anda.

juga menekankan untuk melakukan optimasi ini secara berkelanjutan untuk membangun sales & marketing machine.

Cara menentukan biaya untuk mendapatkan customer (Customer Acquisition)

Untuk mulai menghitung, kita perlu memahami dasar-dasarnya. Caranya sederhana untuk mencari biaya customer acquisition , yaitu dengan membagi jumlah total biaya marketing dengan jumlah customer yang datang dari marketing anda tersebut. (Jumlah uang yang dihabiskan untuk marketing dibagi dengan customer = biaya per customer)

Tentu saja, ini adalah cara paling simple dari keseluruhan prosesnya. Jika anda ingin mencari detail yang lebih lengkap, Hubspot memberikan contoh yang sempurna dimana mereka memaparkan biaya per customer dengan tiga langkah di bawah ini.

Cost per Customer Visits (CoCV)
Cost of Lead Acquisition (CoLA)
Cost of Customer Acquisition (CoCA)

Dengan menggunakan contoh dari Hubspot, anggap saja anda menghabiskan $1000 untuk PPC (Pay per Click), yang menghasilkan 500 visitor. Ini berarti anda membayar $2 per visitor.

Jika 5% dari visitor itu berkonversi ke leads (CoLA), maka cost of lead acquisition anda adalah $40 yang didapat dari 2/5%

Jika 10% dari leads itu berkonversi ke customer, maka cost of customer acquisition anda adalah $400 yang didapat dari ($40/10%)

Biaya $400 bisa dianggap mahal atau murah bergantung dari bisnis anda. Yang terpenting adalah sekarang anda mempunyai angka-angka ini, anda mempunyai biaya yang berhubungan dengan tiga tahap untuk mendapatkan customer baru, yang mana ini bisa ditingkatkan dengan:

Mencari dan bereksperimen dengan cara baru yang tidak mahal untuk mendapatkan customer
Memanfaatkan optimasi konversi untuk mengkonversi lebih banyak visitor ke leads
Meningkatkan proses penjualan untuk mengkonversi lebih banyak leads ke penjualan
Perlu anda ketahui bahwa angka-angka ini bisa berfluktuasi tergantung dengan marketing channel (facebook ads, google adwords, dll) yang anda gunakan. Anda harus bisa menghitung dengan detail agar anda hanya menggunakan marketing channel yang menghasilkan profit paling besar bagi anda.

Saya sarankan agar anda mengecek artikel Ted Ammon di Hubspot jika anda ingin menggali lebih dalam cara mengevaluasi berapa nilai yang anda hasilkan disetiap marketing channel.

Cara menghitung tingkat customer yang tetap bertahan di bisnis anda dan menggunakan/membeli produk anda (Customer Retention Rate)

Jika anda sudah lama berbisnis, seharusnya anda sudah memulai untuk memperhatikan tingkat retensi customer anda. Sebelum anda menghitung lifetime value dari customer anda, anda seharusnya berpikir berapa lama mereka tetap menggunakan produk anda atau dalam kasus toko online, berapa lama mereka tetap browsing di website anda.

Untuk menghitung tingkat retensi customer, anda perlu untuk mengetahui hal ini:

Jumlah customer di akhir periode – E
Jumlah customer baru yang didapat di periode itu – N
Jumlah customer di awal periode – S
Setelah anda mengerti formula di atas, anda bisa langsung ke:

CRR = ((E-N)/S)*100

Untuk menyederhanakan hal ini, anggap saja anda memulai dengan 200 customer (S), anda kehilangan 20 customer tetapi mendapatkan 40 customer (N) jadi selama setelah periode itu berakhir, anda mendapatkan 220 (E)

Dengan menggunakan formula itu kita dapat ((220-40)/200)*100 = 90 atau dalam kata lain, anda mempunyai tingkat retensi sebesar 90%. Selamat!

Peringatan: sebelum kita melangkah lebih jauh lagi, saya harus menekankan bahwa anda tidak boleh menjalankan perhitungan ini untuk menemukan jumlah rata-rata di semua customer anda. Mencari jumlah rata-rata dari data yang luas ini bisa menghasilkan data yang berpotensi merusak jika anda tidak berhati-hati.

Masalahnya adalah dengan mencampurkan customer dengan jumlah rata-rata bisa mengganggu angka yang sebenarnya. Jika anda mendapatkan dua customer, yang satunya dengan tingkat retensi 100% dan satunya lagi dengan retensi 0% – menurut saya anda pasti bisa membayangkan bagaimana hasilnya nanti. Customer pertama akan membayar anda selamanya, dan yang kedua akan langsung pergi. Akan tetapi, jika anda rata-ratakan kedua customer ini, anda akan mendapatkan tingkat retensi sebesar 50%.

Pernyataan ini bersumber dari Corey Pierson di Custora

Contoh dari merata-ratakan customer secara bersamaan akan terlihat seperti ini:

Sangat suram, bukan? Dalam 8 bulan anda akan kehilangan semua customer. Apa yang anda keluarkan untuk mendapatkan customer hilang semuanya.

Corey lanjut untuk menunjukkan apa saja yang diperlukan untuk menghitung tingkat retensi pada 3 kelompok customer ( tim yang hebat, tim yang OK & tim yang menyedihkan) seperti ini:

Cara menghitung Churn
churn, jumlah customer yang (secara alamiah) berhenti membeli dari anda.

Pada umumnya, beginilah cara sederhana menghitung churn customer anda:

Cara di atas ini adalah cara dasar untuk menghitung churn. Cara ini bisa anda gunakan sebagai acuan agar anda bisa menurunkan tingkat churn nantinya.

Tetapi seperti yang dijelaskan Steven H. Nobel dalam blog-nya yang ditulis di Shopify bahwa cara menghitung churn tidak sesederhana itu.

Anda juga harus menghitung variable seperti jumlah customer yang didapat dalam periode itu, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghitungnya, dan apakah churn yang terjadi merata selama periode itu, semua faktor ini akan menentukan nilai churn sebenarnya.

Jika anda menginginkan cara dengan hasil yang realistis untuk menghitung tingkat churn, anda bisa menggunakan formula berikut ini:

dimana

Metriks ini berguna bagi anda karena cara ini bisa melihat perubahan perilaku customer churn dan di saat yang sama juga memberikan estimasi kasar dari persentase customer anda yang akan pergi di dalam 30 hari ke depan.

Jika perhutungan diatas dirasa rumit, Steven memberikan kita cara yang lebih interaktif di sini.

Cara menghitung customer value yang lebih akurat

Ada beberapa cara lain untuk menghitung customer lifetime value dan infografik dari KISSmetrics ini akan menjelaskan sedikit mengenai hal ini.

Untuk sekarang, kita akan mulai dari dasar LTV (Lifetime Value):

(Nilai penjualan rata-rata) x (Jumlah transaksi yang berulang) x (Waktu rata-rata retensi di dalam bulan ataupun tahun)

Brad Sugars di entrepreneur.com menawarkan contoh sederhana dari seorang member di gym yang menghabiskan $20/bulan untuk membership/keanggotaan selama 3 tahun.

$20 x 12 bulan x 3 tahun = $720 ($240/tahun)

Sekarang anda bisa menggunakan contoh di atas, tetapi jika anda pemilik gym yang berharap bahwa akan banyak orang yang akan mendaftar sebagai member di gym anda, anda pasti sedang bermimpi.

Dan sekali lagi saya jelaskan bahwa anda harus mensegmentasi customer anda agar anda bisa mendapatkan data yang akurat.

Jika anda sungguh ingin mengetahui lifetime value dari member anda, anda harus mempertimbangkan segmen customer yang:

Membayar latihan personal & group coaching
Membeli suplemen
Membayar kelas tambahan
Memberli teeshirt, gear, refreshment
Anda juga perlu menganalisis data ini untuk menemukan korelasi antara member yang menetap dan member yang churn/keluar dengan cepat.

Apakah orang yang mendaftar untuk suatu kelas akan mempunyai kecendrungan tingkat retensi yang lebih lama?
Apakah ada hubungannya antara orang yang mendaftar di pelatihan personal/pribadi dan penjualan suplemen?
Apakah customer yang pergi meninggalkan bisnis anda juga membeli gear?
Dengan menemukan lifetime value dari segmen customer perorangan ini akan memberikan anda informasi yang sangat jelas tentang nilai dari setiap jenis customer yang akan masuk ke dalam bisnis anda. Setelah anda mengetahui hal ini, anda bisa membuat keputusan berdasarkan data tentang seberapa banyak anda harus berinvestasi untuk mendapatkan setiap jenis customer.

Untuk meningkatkan lifetime value, anda juga bisa menciptakan up-sell dan cross-sell (contoh: diskon 10% untuk suplemen bagi mereka yang mendaftar dengan pelatih personal, diskon 50% untuk tee-shirts ketika mendaftar di bulan Januari).

Skenario berdasarkan hipotesis – Starbucks

Di infografik yang dibuat KISSmetrics ini, mereka mengilustrasikan berbagai cara untuk menghitung customer lifetime value.

Perhitungan tersebut disanggah oleh seseorang yang berkomentar. Ada hal yang salah dari perhitungan tersebut dengan poin-poin:

  • Di gambar itu dinyatakan bahwa pendapatan rata-rata + keuntungan = anda bisa langsung balik modal
  • Di gambar itu tidak memasukkan biaya pengiriman produk
  • Faktor diskon & diskon keuntungan juga tidak masukkan
  • Ukuran sample (5 customer) itu terlalu kecil untuk perusahaan besar seperti Starbucks

Selanjut nya ada solusi yang ditwarakan oleh Yosh dalam komentar, sebagai berikut:

Bayangkan berapa banyak uang anda hilang jika proyeksi anda salah.

Saya tahu bahwa banyak faktor yang perlu diperhitungkan, tetapi penting untuk anda sadari bahwa data itu unik di setiap bisnis dan situasi. Tidak cocok untuk menerapkan suatu formula pada semua bisnis.

Itulah kenapa ada banyak metode untuk menghitung customer lifetime value.

Anda bisa menggunakan formula ini sebagai titik awal untuk memahami customer lifetime value. Oleh karena itu, anda membutuhkan CFO yang handal di bidangnya.

Berikut ini adalah studi kasus dari beberapa perusahaan besar yang berhasil meningkatkan pendapatannya setelah mengetahui jumlah customer lifetime value mereka:

  • IBM Meningkatkan pendapatannya 10x lipat mengidentifikasi dan melakukan marketing dengan benar ke customer yang bisa menghabiskan banyak uang untuk memenuhi kebutuhan mereka
  • SurveyMonkeys bisa meningkatkan customer lifetime value dengan mengidentifikasi geo-demografis yang paling menguntungkan
  • Hubspot berhasil mengurangi tingkat churn 57% dan bisa meningkatkan customer lifetime value 215,72% dalam satu setengah tahun.

2 Likes