Apakah yang dimaksud dengan antropologi?

Kajian antropologi, pada awalnya, lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di suatu kawasan geografis yang sama, memiliki ciri fisik dan bahasa yang digunakan serupa, serta cara hidup yang sama.

Istilah antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata anthropos berarti manusia, dan logos berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi berarti manusia.

Antropologi adalah ilmu tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk memperoleh pengertian ataupun pemahaman yang lengkap tentang keanekaragaman manusia (Haviland, 1999; Koentjaraningrat, 1987).

Secara makro, antropologi dibagi ke dalam dua bagian, yakni antropologi fisik dan antropologi budaya.

1. ANTROPOLOGI FISIK

Antropologi fisik mempelajari manusia sebagai organism biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (spesies).

Kajian dalam antropoligi fisik ini dilakukan melaui aktivitas analisis yang mendalam terhadap fosil-fosil dan pengamatan pada primata-primata yang pernah hidup. Para ahli antropologi fisik berusaha melacak nenek moyang jenis manusia untuk mengetahui bagaimana, kapan, dan mengapa kita menjadi makhluk seperti sekaran ini (Haviland, 1999)

2. ANTROPOLOGI BUDAYA

Antropologi budaya memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat.

Antropologi budaya juga merupakan studi tentang praktik-praktik social, bentukbentuk ekspresif, dan penggunaan bahasa, dimana makna diciptakan dan diujui sebelum digunakan oleh masyaraka manusia (Burke, 2000).

Menurut Haviland (1999) cabang antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi, antropologi linguistic, dan etnologi.

Arkeologi

Arkeologi adalah cabang antropologi kebudayaan yang mempelajari benda-benda peninggalan lama dengan maksud untuk menggambarkan erta menerangkan perilaku manusia karena dalam peninggalan-peninggalana lama itulah terpantul ekspresi kebudayaannya.

Antropologi linguistic

Ernest Cassirer (1951) mengatakan bahwa manuisa adalah makhluk yang paling mahir dalam menggunakan symbol-simbol sehingga manusia disebut homo Symbolicum. Karena itulah manusia dapat berbahasa, berbicara dan melakukan gerakan-gerakan lainnya yang yang juga banyak dilakukan oleh makhluk-makhluk lain yang serupa dengan manusia.

Akan tetapi, hanya manusia yang yang dapat mengembangkan sistem komunikasi lambing atau simbol yang begitu kompleks karena manusia memiliki kemampuan bernalar. Disinilah antropologi linguistic berperan.

Antropologi linguistic merupakan deskripsi suatu bahasa ( cara membentuk kalimat atau mengubah kata kerja) maupun sejarah bahasa yang digunakan “(perkembngan bahasa yang saling mempengaruhi sepanjang waktu). Dari kedua pendekatan tersebut menghasilkan informasi yang berharga, tidak hanya mengenai cara orang berkomunikasi, tetapi juga tentang bagaimana memahami dunia luar.

Etnologi

Pendekatan etnologi adalah etnografi, lebih memusatkan perhatiannya pada kebudayaan kebudayaan zaman sekarang, telaahnyapun terpusat pada perilaku manusianya, sebagaimana yang dapat disaksikan langsung, dialami, serta didiskusikan dengan pendukung kebudayaan-nya.

Etnologi ini mirip dengan arkeologi, bedanya dalam etnologi berbicara tentang kekinian yang dialami dalam kehidupan sekarang, sedangkan arkeologi tentang kelampauan yang sangat klasik.

Menurut Kluckhohn (1965) mengatakan bahwa ahli etnografi adalah ahli arkeologi yang mengamati arkeologinya hidup-hidup.

Antropologi pada hakikatnya mendokumentasikan kondisi manusia pada masa lampau dan masa kini. Perhatian utamanya adalah pada masyarakat-masyarakat eksotis, masa prasejarah, bahasa tak tertulis, dan adat kebiasaan yang aneh. Akan tetapi, itu semata-mata adalah cara antropolog mengungkapkan perhatian terhadap tempat-tempat dan saat ini.

Cara yang ditempuh antropolog ini memberikan sumbangan unik kepada pengetahuan kita tentang apa yan sedang terjadi di dunia. Kita tidak dapat memahami diri sendiri terlepas dari pemahaman kita tentang budaya. Tak peduli betapa primitif, betapa kuno, atau betapapun remeh kelihatannya.

Selain itu, bidang-bidang khusus antropolgi lainnya adalah antropologi ekonomi, antropologi medis, antropologi psikologi, dan antropologi sosial.

Antropologi Ekonomi

Bidang ini merupakan cara manusia dalam mempertahankan dan mengekspresikan diri melalui penggunaan barang dan jasa material (Gudeman, 2000).

Antropologi ekonomi berusaha merangkum aspek etnografis dan teoretis, sekalipun kedua acap kali bertentangan. Sebab di satu bidang kajian ini pun membantu pengujian atas teori-teori ekonomi pada umumnya.di sisi lain, bidang lain pun dipengaruhi cabang-cabang lain dari ilmu ekonomi, khususnya aliran mikro dan neoklasik.

Melalui pengkajian pendekatan neoklasik, membuat para pemerhati antropologi ekonomi pun meyakini asumsi-asumsinya, seperti rasionalitas setiap individu, pengutamaan kalkulasi, optimalisasi, dan sebagainya yang tidak begitu relevan terhadap pendekatan-pendekatan lain yang lebih umum dalam antropologi (Gudeman, 2000).

Sedangkan ekonomi makro ternyata tidak banyak memberi pengaruh, walaupun cakupannya begitu besar (makro) bahkan yang lebih unik lagi adalah aliran marxisme, justru memberi pengaruh terhadap antropologi ekonomi.

Antropologi Medis

Antropologi medis banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak mempengaruhi evolusi manusia, terutama berdasarkan hasil-hasial penemuan paleopatologi (Foster dan Anderson, 1986).

Begitu luasnya ruang lingkup antropologi medis tersebut, sampai sekarang tidak mudah untuk didefinisikan subjek kajiannya. Minat meneliti berbagai reaksi orang dalam masyarakat dan budaya tertentu terhadap tubuh yang menderita penyakit, telah menjadi ciri antropologi medis sejak sejak awal mula terbentuknya sampai masa sekarang.

Yang berjasa dalam perkembanngan disiplin ini adalah Foster dan Anderson yang menulis karyanya Medical Anthropology (1978), disusul oleh McElroy dan Townsend dalam bukunya Medical Antropology in Ecological Perspective (1985).

Antropologi Psikologi

Antropologi yang mengkaji tentang hubungannya antara individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan sosial dari sistem budaya yang ada (White, 2000).

Adapun ruang lingkup antropologi psikologi tersebut sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan pada masalah kemunculan dalam interaksi antara pikiran, nilai, dan kebiasaan sosial.

Kajian ini dibentuk secara khusus oleh percakapan interdisipliner antara antropogi dan lingkup lain dalam ilmu-ilmu social serta humaniora (Schwartz, 1992). Sedangkan fokus kajian bidang ini terpusat pada individu dalam masyarakat makin mendekatkan hubungan dengan psikologi dan psikiatri dibanding dengan mainstream antropologi.

Secara historis bidang antropologi psikologi tersebut lebih dekat pada psikoanalisis daripada psikologi eksperimental.

Antropologi Sosial

Bidang ini mulai dikembangkan oleh James George Frazer di Amerika Serikat pada awal abad ke-20. Antropologi sosial mendeskripsi proyek evolusionis yang bertujuan untuk merekonstruksi masyarakat primitive asli dan mencatat perkmebangannya melalui berbagai tingkat peradaban selanjutmya.

Pada tahun 1920-an di bawah pengaruh Brosnilaw Malinowski dan A.R. Radecliffe-Brown, penekanan antropologi sosial Inggris pada suatu studi komperatif masyarakat kontemporer (Kuper, 2000:971).

Prancis merupakan salah satu Negara eropa barat yang secara gigih memberikan pengaruh kuat terhadap perkembangan antropologi sosial di eropa. Pada tahun 1989, didirikan European Association of Social Anthropologists, yang kemudian dengan berbagai konferensi dan publikasinya pada tahun 1992 diterbitkan jurnal Social Anthropology, dan bersamaan itu pula banyak diciptakan berbagai teori sosial kontemporer (Kuper, 1992),

Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu. Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya.

Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya.

Menurut Harsojo, antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian antropologi tertuju pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai yang akan membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan hidup yang lainnya.

Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Antropologi I ” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis, antropologi adalah sebuah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan titik fokus kajian pada bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia.

Sedangkan secara praktis, antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

Masinambow, ed. dalam bukunya yang berjudul “Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia” (1997) menjelaskan bahwa antropologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat atau kelompok manusia.

Conrad Philip Kottak dalam bukunya berjudul “Anthropology, the Exploration of Human Diversity” (1991) menjelaskan bahwa antropologi mempunyai perspektif yang luas, tidak seperti cara pandang orang pada umumnya, yang menganggap antropologi sebagai ilmu yang mengkaji masyarakat nonindustri.

Menurut Kottak, antropologi merupakan studi terhadap semua masyarakat, dari masyarakat yang primitif (ancient) hingga masyarakat modern, dari masyarakat sederhana hingga masyarakat yang kompleks.

Bahkan antropologi merupakan studi lintas budaya (komparatif) yang membandingkan kebudayaan satu masyarakat dengan kebudayaan masyarakat lainnya.

Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari makhluk manusia (anthropos). Secara etimologi, antropologi berasal dari kata anthropos berarti manusia dan logos berarti ilmu.

Dalam antropologi, manusia dipandang sebagai sesuatu yang kompleks dari segi fisik, emosi, sosial, dan kebudayaannya. Antropologi sering pula disebut sebagai ilmu tentang manusia dan kebudayaannya.

Antropologi mulai banyak dikenal orang sebagai sebuah ilmu setelah diselenggarakannya simposium pada tahun 1951 yang dihadiri oleh lebih dari 60 tokoh antropologi dari negara-negara di kawasan Ero-Amerika (hadir pula beberapa tokoh dari Uni Soviet).

Simposium yang dikenal dengan sebutan International Symposium on Anthropology ini telah menjadi lembaran baru bagi antropologi, terutama terkait dengan publikasi beberapa hasil karya antropologi, seperti buku yang berjudul “Anthropology Today” yang di redaksi oleh A.R. Kroeber (1953), “An Appraisal of Anthropology Today” yang di redaksi oleh S. Tax, dkk. (1954), “Yearbook of Anthropology” yang diredaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1955), dan “Current Anthropology” yang di redaksi oleh W.L. Thomas Jr. (1956).

Setelah simposium ini, antropologi mulai berkembang di berbagai negara dengan berbagai tujuan penggunaannya. Di beberapa negara berkembang pemikiran-pemikiran antropologi mengarah pada kebutuhan pengembangan teoritis, sedangkan di wilayah yang lain antropologi berkembang dalam tataran fungsi praktisnya.

Pengertian lainnya disampaikan oleh Harsojo dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Antropologi” (1984). Menurut Harsojo, antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat. Menurutnya, perhatian antropologi tertuju pada sifat khusus badani dan cara produksi, tradisi serta nilai-nilai yang akan membedakan cara pergaulan hidup yang satu dengan pergaulan hidup yang lainnya.

Sementara itu Koentjaraningrat dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Antropologi I ” (1996) menjelaskan bahwa secara akademis, antropologi adalah sebuah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan titik fokus kajian pada bentuk fisik, masyarakat dan kebudayaan manusia. Sedangkan secara praktis, antropologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

Di lain pihak Masinambow, ed. dalam bukunya yang berjudul “Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia” (1997) menjelaskan bahwa antropologi adalah disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat atau kelompok manusia.

Conrad Philip Kottak dalam bukunya berjudul “Anthropology, the Exploration of Human Diversity” (1991) menjelaskan bahwa antropologi mempunyai perspektif yang luas, tidak seperti cara pandang orang pada umumnya, yang menganggap antropologi sebagai ilmu yang mengkaji masyarakat nonindustri.

Menurut Kottak, antropologi merupakan studi terhadap semua masyarakat, dari masyarakat yang primitif (ancient) hingga masyarakat modern, dari masyarakat sederhana hingga masyarakat yang kompleks. Bahkan antropologi merupakan studi lintas budaya (komparatif) yang membandingkan kebudayaan satu masyarakat dengan kebudayaan masyarakat lainnya.

Dilihat dari perkembangannya, sejarah antropologi dapat dibagi ke dalam 5 fase yaitu fase pertama bercirikan adanya bahan-bahan deskripsi suku bangsa yang ditulis oleh para musafir, penjelajah dan pemerintah jajahan. Fase kedua, sampai fase keempat merupakan kelanjutannya di mana antropologi semakin berkembang baik mencangkup teori maupun metode kajiannya. Fase ke lima merupakan tahap terbaru yang menunjukkan perkembangan antropologi setelah tahun 1970-an.