Apakah yang dimaksud dengan Agitasi Politik?

Agitasi

Agitasi adalah beroperasi untuk membangkitkan rakyat kepada suatu gerakan, terutama gerakan politik. Agitasi juga dapat diartikan sebagai upaya untuk menggerakkan massa dengan lisan atau tulisan, dengan cara merangsang dan membangkitkan emosi khalayak.

Menurut kamus Oxford, meng-agitasi adalah “membangkitkan perhatian (to excite) atau mendorong (stir it up)”, sehingga agitasi memfokuskan diri pada sebuah isu aktual, berupaya ‘mendorong’ suatu tindakan terhadap isu tersebut.

Blamer menyatakan bahwa agitasi dimulai dengan cara membuat kontradiksi atau pertentangan dalam masyarakat. Rakyat digerakkan untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (ketidakpastian dan penderitaan) dengan tujuan menimbulkan kegelisahan dikalangan massa.

Kemudian sebagai solusinya, rakyat harus bergerak untuk mendukung gagasan baru atau ideologi politik baru dengan menciptakan keadaan yang baru.

Propaganda agitasi berusaha agar orang-orang bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung, mengorbankan jiwa mereka dalam usaha mewujudkan cita-cita dalam tahap-tahap yang merupakan suatu rangkaian.

Biasanya propaganda jenis ini diisi dengan sejumlah doktrin bahkan upaya “cuci otak” guna mendapatkan loyalitas dari target atau sasaran propaganda. Misalnya, dengan menyuntikkan gagasan seputar „jihad‟ atau revolusi dalam konteks yang keliru.

Dalam konteks inilah operasi propaganda kerapkali disebut sebagai operasi non perang. Dalam khazanah politik ada dua jenis operasi, yakni operasi militer dalam perang dan operasi non perang berbentuk propaganda yang biasanya dilakukan secara intensif.

Sebagaimana yang diungkapkan Arifin bahwa Agitasi juga berarti hasutan kepada orang banyak yang biasanya dilakukan oleh tokoh atau aktivis politik untuk mengadakan gerakan politik, seperti unjuk rasa (demonstrasi), huru-hara atau pemeberontakan.

Para agiator politik selalu berupaya agar khalayak bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung dan bersedia mengorbankan jiwa untuk mewujudkan sebuah cita-cita politik. Melalui agitasi politik, seorang pemimpin mempertahankan kegairahan para pengikutnya untuk memperoleh kemenangan, yang akan diikuti oleh usaha-usaha selanjutnya dalam serangkaian tujuan

  • Agitasi

Agitasi adalah sebuah upaya untuk menggerakkan massa dengan lisan atau tulisan, dengan cara merangsang dan membangkitkan emosi khalayak (Arifin, 2003). Kegiatan agitasi dimulai dengan membuat kontradiksi dalam masyarakat dan menggerakkan khalayak untuk menentang kenyataan hidup yang dialami selama ini (penuh ketidakpastian dan penuh penderitaan). Tujuannya adalah menimbulkan kegelisahan di kalangan massa. Selanjutnya rakyat digerakkan untuk mendukung gagasan baru atau ideologi baru dengan menciptakan keadaan yang baru (lumer dalam Arifin 2003: 71).

Di samping itu, praktisi agitasi dilakukan agar khalayak bersedia memberikan pengorbanan yang besar bagi tujuan yang langsung dan bersedia mengorbankan jiwa untuk mewujudkan sebuah cita-cita politik. Adapun orang yang melakukan agitasi disebut agitator, yakni orang yang berusaha menimbulkan ketidakpuasan, kegelisahan, atau pemberontakan terhadap orang lain.

Beberapa perilaku kolektif yang dapat dijadikan sebagai pemicu dalam proses agitasi adalah :

  1. Perbedaan kepentingan, seperti misalnya isu SARA (Suku, Agama, Ras). Perbedaan kepentingan ini bisa menjadi titik awal keresahan masyarakat yang dapat dipicu dalam proses agitasi.

  2. Ketegangan sosial, ketegangan sosial biasanya timbul sebagai pertentangan antar
    kelompok baik wilayah, antar suku, agama, maupun pertentangan antara pemerintah dengan rakyat.

  3. Tumbuh dan menyebarnya keyakinan untuk melakukan aksi, ketika kelompok merasa
    dirugikan oleh kelompok lainya, memungkinkan timbul dendam kesumat dalam dirinya. Hal ini bisa menimbulkan keyakinan untuk dapat melakukan suatu aksi bersama.

    1

Dalam politik, ketiga perilaku kolektif diatas akan menjadi ledakan sosial apabila ada faktor penggerak (provokator)nya. Misalnya ketidakpuasan rakyat kecil terhadap kebijakan pemerintah yang tidak memihak kepada mereka juga bisa menjadi sebuah alat pemicu yang efektif untuk mendongkrak sebuah rezim. Dalam tahap selanjutnya, mobilisasi massa akan terbentuk apabila ledakan sosial yang muncul dapat memancing solidaritas massa. Hingga pada pertambahan tertentu bisa memunculkan kondisi tidak teratur.

Ringkasan

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik; Paradigma, Teori, Aplikasi, Strategi Komunikasi Politik Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Heryanto, Gun Gun, dan Rumaru, Shulhan. 2013. Komunikasi Politik Sebuah Pengantar.
Jakarta: Ghalia Indonesia.

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa (Edisi Terjemahan). Jakarta: Prenada Media Group.