Apakah yang dimaksud Afiliasi?

Pengertian Afiliasi


Afiliasi merupakan kebutuhan untuk berada di dekat orang lain dan saling membahagiakan satu sama lain. Murray (dalam Friedman, dkk., 2008). Menurut Murray (dalam Walgito, 2010) Afiliasi (affiliation) yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan berteman, untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Menutut Mc Clelland (dalam Pribadi, dkk., 2011) kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan yang pemenuhannya memerlukan hubungan yang hangat dan akrab dengan orang lain. Tampak pada segi hubungan pribadi dan bekerjasama dengan orang lain, serta dicapainya persetujuan atau kesepakatan dengan orang lain.

Aspek motif berafiliasi


Aspek-aspek motif afiliasi menurut Weiss dkk (dalam Ulfah, t.t) sebagai berikut:

  • Social comparison
    Kebutuhan untuk mengatasi ketidakjelasan tentang identitas dirinya denga jalan
    mencari informasi dari lingkungan sosial tempat individu berada.

  • Emotional support
    Berwujud kebutuhan untuk mendapatkan simpati dari orang lain.

  • Positive stimulation
    Kebutuhan akan situasi afektif maupun kognisi yang menyenangkan dalam proses afiliasi.

  • Attention
    Kebutuhan akan perasaan, harga diri, pujian, memiliki kompetensi dalam pergaulan, diakui orang lain.

Pendapat yang hampir sama juga dinyatakan oleh Hill (dalam Ulfah, t.t) bahwa aspek dari motif afiliasi, yaitu:

1. Stimulus Positif (Positive Stimulation)
Merupakan kebutuhan seseorang akan kondisi yang menyenangkan dalam proses afiliasi melalui kedekatan hubungan antar personal yang diwujudkan melalui kontak fisik yang melibatkan perasaan dan emosi yang mendalam dan membina hubungan yang harmonis, kasih sayang dan rasa cinta.

2. Dukungan Emosional (Emotional Support)
Adalah kebutuhan untuk mendapatkan simpati atau berteman saat mempunyai masalah dan keinginan untuk diperhatikan yang berguna untuk mengurangi perasaan negatif, yaitu rasa takut atau tekanan situasi dengan percaya pada orang
lain.

3. Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Merupakan suatu kebutuhan individu untuk membina hubungan sosial dan mengurangi ketidakjelasan mengenai identitas diri dalam hubungan dengan orang lain dengan cara melakukan perbandingan dengan orang lain.

4. Perhatian (Attention)
Merupakan kebutuhan seseorang untuk diperhatikan dan dipuji sebagai rasa penghargaan atas kemampuannya dalam pergaulan, serta kebutuhan akan dorongan untuk membina hubungan sosial melalui persetujuan dan dukungan orang lain.

Dimensi Atribut dan Indikator


1. Stimulus Positif (Positive Stimulation)

  • Hubungan interpersonal melalui perasaan
  • Membina hubungan yang harmonis
  • Mencurahkan kasih sayang

2. Dukungan Emosional (Emotional Support)

  • Ingin mendapatkan simpati dari orang lain
  • Kepercayaan terhadap orang lain

3. Perbandingan Sosial (Social Comparison)

  • Membina hubungan sosial dalam hal berinteraksi
  • Selalu membandingkan diri sendiri dengan kemampuan dan pendapat orang lain

4. Perhatian (Attention)

  • Membutuhkan perhatian dan pujian dari orang lain
  • Ingin dihargai orang lain
  • Ingin mendapatkan pengakuan diri dari orang lain

Afiliasi adalah suatu bentuk kebutuhan akan pertalian dengan orang lain, pembentukan persahabatan, ikut serta dalam kelompok-kelompok tertentu, kerja sama dan kooperasi (Chaplin, 2002).

Menurut Murray (dalam Chaplin, 2002) afiliasi adalah kebutuhan akan perkawanan dengan orang lain, pembentukan persahabatan, ikut serta dalam kelompok-kelompok tertentu, bekerja keras sehingga didalamnya tergantung kepercayaan, kemauan baik, afeksi, kasih dan empati yang simpatik dimenifestasikan dalam sikap bersahabat, menyenangkan, penuh kasih sayang dan kepercayaan serta bersifat baik.

Menurut Murray afiliasi adalah mendekatkan diri, bekerjasama, atau membalas ajakan orang lain yang bersekutu (orang lain yang menyerupai atau menyukai subjek) membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai, patuh dan tetap setia kepada seorang kawan (Hall & Lindzey, 1993).

Menurut Murray (dalam Walgito, 2010) Afiliasi (affiliation) yaitu motif atau kebutuhan yang berkaitan dengan berteman, untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.

Faktor – Faktor Afiliasi

Festinger dkk (dalam Baron & Byrne, 1997) afiliasi dipengaruhi oleh beberapa faktor :

  1. Faktor kebudayaan
    Kebutuhan berafiliasi juga tidak luput dari pengaruh kebudayaan, nilai-nilai yang berlaku pada suatu tempat ataupun kebiasaan-kebiasaan. Dalam masyarakat yang menilai tinggi kebutuhan berafiliasi, timbul perkembangan dan pelestarian kebutuhan tersebut, sebaliknya bila kebutuhan tersebut tidak dinilai tinggi, maka kebutuhan itu akan menipis dan tidak akan tumbuh subur.

  2. Faktor situasional yang bersifat psikologik
    Jika seseorang tidak yakin akan kemampuannya atau tidak yakin pada pendapatnya, ia akan merasa tertekan. Rasa tertekan ini akan berkurang jika dilakukan pembandingan sosial. Kemampuan untuk meningkatkan diri melalui pembandingan dengan orang lain akan meningkatkan afiliasi, dan orang tersebut dalam pembandingan ini merasa lebih baik dan akan lebih menguatkan sehingga menghasilkan afiliasi yang lebih besar.

  3. Faktor perasaan ada kesamaan
    Perasaan ada kesamaan dapat berupa kesamaan dalam pendidikan status, kelompok etnik atau kesamaan bangsa, perasaan takut dan cemas. Pengaruh faktor-faktor ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari.

  4. Faktor status ekonomi
    Kesamaan latar belakang status ekonomi seseorang akan memudahkan untuk menemukan daya tarik dalam berinteraksi dengan orang lain.

  5. Faktor pendidikan
    Faktor pendidikan berpengaruh terhadap afiliasi karena pada individu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi lebih sulit untuk mengadakan afiliasi dibandingkan individu yang berpendidikan sedang atau rendah.

  6. Faktor jenis kelamin
    Faktor jenis kelamin berpengaruh bahwa kaum wanita lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya. Kaum wanita lebih banyak memikirkan teman-temannya bila dalam kondisi sendirian, dan akan mengalami perasaan tidak enak yang lebih mendalam bila dibandingkan dengan kaum pria.

Definisi Kebutuhan Afiliasi adalah motif dasar untuk mencari dan mempertahankan relasi interpersonal. Kebutuhan afiliasi juga terkait dengan kecenderungan untuk
membentuk pertemanan dan untuk bersosialisasi, untuk berinteraksi secara dekat dengan orang lain, untuk bekerja sama dengan orang lain dengan cara yang bersahabat, dan untuk jatuh cinta.

Perbedaan Disposisional dalam Kebutuhan Afiliasi Usaha-usaha untuk mengukur kebutuhan afiliasi telah melibatkan dua pendekatan di mana keduanya menyentuh aspek yang juga berbeda dari kebutuhan tersebut.

  • Pengukuran pertama adalah melalui pengukuran lapor diri (self-report) yang hanya menanyakan pertanyaan langsung mengenai keinginan dan aktivitas yang relevan dengan afiliasi. Pengukuran ini menyentuh motif eksplisit untuk afiliasi.

  • Pengkuran yang kedua adalah pengukuran proyektif yang terdiri dari gambar-gambar yang sifatnya ambigu. Pada pengukuran ini responden diminta untuk menginterpretasikan apa yang sedang terjadi. Pendekatan ini diarahkan pada kebutuhan yang lebih tidak disadari. Dengan demikian, pengukuran ini menyentuh motif implisit.

Individu yang mendapatkan pengukuran eksplisit tinggi diketahui sangat mudah bersosialisasi dan mereka berinteraksi dengan beragam orang. Sedangkan mahasiswa yang mendapatkan pengukuran implisit tinggi lebih cenderung berinteraksi pada situasi dua orang yang sifatnya akrab. Pada titik
ini tampak bahwa motif afiliasi eksplisit mendorong timbulnya interaksi pada konteks sosial, sedangkan motif afiliasi implisit mendorong timbulnya interaksi pada konteks interpersonal yang dekat.

Adapun konsep yang berbeda mengenai pengukuran akan kebutuhan afiliasi disebutkan oleh Hill yang menyertakan empat konsep, yaitu:

  1. Kebutuhan akan stimulasi positif (need for positive stimulation) untuk motif eksplisit

  2. Kebutuhan akan dukungan sosial (need for social support) untuk motif implisit

  3. Kebutuhan akan perhatian (need for attention) yang mendorong beberapa orang individu untuk bertingkah laku tertentu agar memperoleh penerimaan dan pujian dari orang lain

  4. Kebutuhan akan perbandingan sosial (need for social comparison) adalah kebutuhan yang berakibat pada interaksi yang dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh pengetahuan dan mengurangi ketidakpastian.

Efek dari Kebutuhan Afiliasi terhadap Tingkah Laku Sosial. Beberapa hasil riset memperlihatkan fakta-fakta seperti di bawah ini:

  1. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung menulis lebih banyak surat dan lebih sering menelepon

  2. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung tertawa lebih banyak dan secara fisik tetap dekat dengan orang lain

  3. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung menghindari untuk berkomentar negatif kepada rekan kerja

  4. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung menginginkan kencan lebih banyak setiap minggunya dan lebih mungkin untuk terlibat secara emosional dalam suatu hubungan

  5. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung lebih mungkin menyatakan keinginan untuk segera menikah setelah lulus kuliah

  6. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung lebih sedikit terlibat dalam tindakan antisosial atau negatif dengan rekan kerja

  7. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung meluangkan waktu lebih sedikit untuk dirinya sendiri

  8. Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung lebih mungkin digambarkan oleh orang lain sebagai disukai, wajar, dan antusias.