Apakah yang anda ketahui tentang siger?


siger adalah mahkota pengantin wanita Lampung yang berbentuk segitiga, berwarna emas dan biasanya memiliki cabang atau lekuk berjumlah sembilan atau tujuh. Siger adalah benda yang sangat umum di Lampung dan merupakan simbol khas daerah ini. Siger dibuat dari lempengan tembaga, kuningan, atau logam lain yang dicat dengan warna emas. Siger biasanya digunakan oleh pengantin perempuan suku Lampung pada acara pernikahan ataupun acara adat budaya lainnya.Pada zaman dahulu, siger dibuat dari emas asli dan dipakai oleh wanita Lampung tidak hanya sebagai mahkota pengantin, melainkan sebagai benda perhiasan yang dipakai sehari-hari

Lampung memiliki tradisi penyematan gelar untuk setiap anggota adatnya. Gelar sebagai bentuk penghargaan, penghormatan, dan kasih sayang leluhur. Gelar bertujuan untuk mengikat setiap anggota adat melalui peran dan tangggung jawab yang harus dilaksanakan. Nilai-nilai falsafah hidup Ulun Lampung salah satunya Juluk Adok yang digambarkan pada atribut Siger.

Siger merupakan salah satu wujud budaya berupa artefak. Siger sebagai atribut yang dikenakan pada pengantin perempuan beradat Saibatin maupun beradat Pepadun Lampung. Tidak semua orang mengetahui bahwa Siger memiliki filosofi yang tinggi. Orang awam menganggap bahwa Siger hanya benda yang terbuat dari tembaga berwarna kuningan yang diperuntukkan bagi para pengantin perempuan. Orang lain juga beranggapan bahwa Siger hanya menara yang dijadikan sebagai tempat wisata Land Mark Menara yang terletak di perbatasan penyeberangan Bakauheni-Merak. Dari kejauhan setiap orang dapat menyaksikan keindahan menara Siger yang menjulang di atas tanah Lampung. Padahal Siger memiliki arti lebih dari sekedar tempat wisata atau menara yang dibuat dengan megah. Siger menggambarkan tentang falsafah hidup Ulun Lampung atau orang Lampung. Bahkan Lampung juga dikenal dengan sebutan Tanoh Siger atau tanah siger.

Siger berbentuk melengkung ke belakang. Setiap lengkungan terdapat tujuh lekukan yang berukuran berbeda. Lekukan merepresentasikan tentang perbedaan posisi atau jenis gelar. Lekukan pertama berada paling depan dengan posisi lebih tinggi dibandingkan dengan enam lekukan lainnya. Artinya bahwa terdapat tujuh tingkatan gelar di dalam masyarakat adat Saibatin Lampung. Masing-masing gelar meliputi gelar untuk perangkat adat yang berada di wilayah Ke-Bandakhan dan wilayah Ke-Sebatinan. Ke-Bandakhan terdiri dari gelar tertinggi yaitu Sultan, Pangikhan, Dalom atau Sebatin. Untuk gelar di wilayah Ke-Sebatinan dipimpin oleh orang yang bergelar Dalom atau Sebatin, Khaja, Khadin, Minak, Kimas, Mas, dan Layang atau bunga.

ekukan Siger berjumlah delapan lekukan. Jumlah lekukan dengan menambahkan gelar Mas untuk wilayah KeBandakhan, dan Bunga untuk Ke-Sebatinan. Perbedaan penafsiran jumlah lekukan tidak menjadi perdebatan. Mereka meyakini bahwa berapapun jumlahnya lekukan pada Siger diyakini sebagai media internal masyarakat Saibatin dalam menyampaikan pesan-pesan budaya. Salah satu pesan budaya tentang tradisi pemberian gelar atau Juluk Adok. Tradisi tersebut tersirat di dalam setiap lekukan Siger. Pesan budaya di dalam atribut siger juga
menjadi bagian dari media kampanye untuk membranding tentang kebesaran budaya Lampung.

Siger adat Saibatin selain terdapat tujuh lekukan juga terdapat lima bunga penghias di samping lekukan Siger. Bunga diambil dari tumbuhan Sekala ditempatkan di atas lima lekukan Siger. Sedangkan Siger adat Pepadun mengambil gambar kelopak buah Sekala. Bunga hias tersebut melambangkan falsafah hidup ulun Lampung atau orang Lampung yaitu Pi’il Pusenggikhi atau upaya kontrol diri, Sakai Sambayan atau tolong menolong, Nengah Nyampokh atau pandai bergaul, Nemui Nyimah atau ramah dan terbuka serta Juluk Adok atau gelar, artinya paham dengan kedudukan sehingga diharapkan berperilaku sesuai dengan gelar yang diterimanya.

Siger adat Pepadun berbeda dengan siger adat Saibatin. Jika Siger adat Sebatin bentuk lekukan ke belakang dengan jumlah tujuh lekukan, maka adat Pepadun bentuk lekukan ke samping dengan sembilan lekukan. Sembilan lekukan merepresentasikan jumlah marga meliputi marga Unyi, Unyai, Subing Nuban, Anak Tuha, Selagai, Beliyuk, Kunang, dan Nyerupo. Sembilan marga tersebut bergabung menjadi Abung Siwo Megou.

Ringkasan

Sujadi. (2013). Lampung sai bumi ruwa jurai. Jakarta: Cita Insan Madani.