Apakah tujuan pendidikan hanya sekedar mencerdaskan Siswa?

Siswa atau peserta didik

Siswa atau Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan informal, pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. (wikipedia)

Apakah tujuan pendidikan hanya sekedar mencerdaskan Siswa ?

Disadari bahwa pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, mentalnya, emosionalnya, sosialnya, dan etiknya. Dengan kata lain pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan individu secara umum dan sangat mendasar.

Driyarkara (1980) mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pengangkatan manusia muda ke taraf insani itulah yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik. Pendidikan dipandang sebagai komunikasi keberadaan (eksistensi) manusiawi yang otentik kepada manusia muda, agar dimiliki,dilanjutkan dan disempurnakan. Komunikasi ini terlaksana dalam kesatuan antar pribadi antara pendidik dan anak didik.

Pendidikan dipandang bukan semata-mata sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan generasi sekarang sebagai generasi emas yang sedang mengalami perkembangan menuju tingkat kedewasaannya. Pendidikan tidak dipandang hanya sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan.

Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, maupun sebagai warga negara atau warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha yang disengaja dan direncana dalam memilih isi (materi) strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, berupa pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Apabila diarahkan dengan keberadaan dan hakikat kehidupan manusia, kegiatan pendidikan diarahkan kepada empat aspek pembentukan kepribadian manusia yaitu pengembangan manusia sebagai mahluk individu, mahluk sosial, mahluk susila, dan mahluk beragama (religius).

Pendidikan merupakan gejala yang universal, dimana ada manusia, di sana ada pendidikan. Gejala yang universal ini bukanlah hanya sekedar gejala yang melekat pada manusia saja, melainkan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia. Dengan demikian pendidikan merupakan keharusan bagi manusia. Sesuai dengan perkembangan kebudayaan manusia timbulah tuntutan akan adanya pendidikan yang terselenggara dengan baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matang. Disinilah muncul keharusan adanya pemikiran teoritis tentang pendidikan.

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Pendidikan sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan kehidupan manusia merupakan bagian dari pembangunan nasional. Inti dari pada pembangunan pendidikan nasional ialah upaya pengembangan sumber daya manusia (sebagai generasi emas) unggul dalam rangka mempersiapkan masyarakat dan bangsa kita menghadapi millenium ketiga sebagai era yang kompetitif.

Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang. Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber kehidupan semua bidang.Pembangunan peradaban bangsa harus didasari dengan pembangunan nilai-nilai moral di kalangan warga bangsa baik sebagai individu maupun kelompok.

Pendidikan adalah fenomena fundamental dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia akan menemukan eksistensinya. Eksistensi manusia adalah eksistensi sosio-budaya, karena proses memanusiakan diri berarti juga proses membudayakan diri yang akan menyangkut eksistensi bersama dan menyangkut kehidupan orang lain. Oleh karena itu pendidikan harus menempatkan keberadaan peserta didik yang terintegrasi dengan lingkungan sosial-kulturalnya dan pada gilirannya akan menumbuhkan individu sebagai pribadi dan anggota masyarakat mandiri yang berbudaya. Hal ini sejalan dengan proses pentahapan aktualisasi intelektual, emosional dan spiritual peserta didik di dalam memahami sesuatu, mulai dari tahapan paling sederhana dan bersifat eksternal, sampai tahapan yang paling rumit dan bersifat internal, yang berkenaan dengan pemahaman dirinya dan lingkungan kulturalnya.

Pendidikan ada dan berlangsung di dalam proses sosio-budaya yang sekaligus sebagai wahana pengemban dan pengembang kehidupan sosio-budaya suatu bangsa. Pendidikan sebagai upaya sadar untuk menciptakan manusia sadar akan dirinya secara kultural, yang dapat memunculkan kekuatan moral, dan jika kekuatan ini dimiliki oleh cukup banyak manusia akan dapat mengubah corak kehidupan masyarakat itu sendiri.

Upaya pendidikan adalah upaya normatif. Keajegan pandangan tentang hakikat manusia mutlak diperlukan di dalam pendidikan, karena pandangan itu menjadi dasar arah normative strategi upaya pendidikan (Mungin Eddy Wibowo,2001). Meskipun pendidikan itu tidak pernah berlangsung dalam kevakuman dan tidak pernah steril dari nilai-nilai sosial budaya, pendidikan bukanlah proses transformasi dan sosialisasi nilai-nilai budaya belaka.

Pendidikan adalah proses individuasi, yaitu membantu manusia berkembang sesuai dengan fitroh kemerdekaannya, dengan memperhatikan keragaman pribadi dari setiap pendidik.Oleh karena itu pendidikan tidak boleh dirancang sekadar sebagai usaha untuk menghasilkan tenaga yang ibarat suku cadang yang dapat diganti dan dipertukarkan. Pendidikan harus merupakan ikhtiar yang jauh melampaui terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sesaat-sesaat. Pendidikan harus tetap mengunggulkan derajat dan martabat manusia.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan diharapkan melahirkan sosok manusia sebagai mana dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhalk mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Sumber : Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd.,Kons., Menyiapkan bangkitnya generasi emas Indonesia, Universitas Negeri Semarang

Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan tak semata-mata hanya untuk mencerdaskan bangsa. Pendidikan memiliki peran dan fungsi yang lebih luas. Pendidikan di abad 21 memiliki tanggung jawab moral bukan lagi hanya kepada individu yang bersangkutan melainkan kepada masyarakat. Dampak positif dari pendidikan harus dapat dirasakan masyarakat. Melalui ilmu pengetahuan yang diusung oleh pendidikan, diharapkan mampu menunjang perkembangan ekonomi sehingga dapat membantu masyarakat membangun kehidupan yang lebih baik menuju kemakmuran.

Pendidikan sebagai jalan menciptakan sumber daya manusia yang kompetitif penggerak perubahan. Seorang pakar ekonomi, Lester C. Thurow, mengemukakan bahwa salah satu unsur penting dalam membangun kemakmuran adalah menciptakan ilmu pengetahuan ( creating knowledge ) dan mengembangkan keterampilan ( skills ) yang pada hakikatnya untuk menemukan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan tersebut harus diterapkan agar bermanfaat bukan saja bagi pengembangan ilmu pengetahuan itu sendiri, melainkan juga bagi peningkatan taraf hidup manusia22.

Tujuan merupakan komponen utama dalam pendidikan yang akan memberi arah dalam prosesnya. Tujuan yang jelas tentu akan memudahkan dalam menetapkan strategi, program, serta sumber daya yang diperlukan. John Dewey mengatakan tak ada tujuan diluar proses pendidikan itu sendiri yang memberi makna bahwa pendidikan itu sepanjang hayat23.

Sedangkan menurut UNESCO, tujuan pendidikan harus mengandung nilai-nilai :

  • Otonomi, yang berarti memberikan kesadaran, penegtahuan, dan kemampuan kepada individu maupun kelompok untuk dapat hidup mandiri dan hidup bersama dalam kehidupan yang lebih baik;

  • Equity (keadilan), pendidikan harus memberi kesempatan kepada seluruh warga masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan berbudaya dan kehidupan ekonomi dengan memberinya pendidikan dasar yang sama;

  • Survival , pendidikan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Langeveld mengemukakan beberapa tujuan pendidikan sebagai berikut :

  • Tujuan Umum. Tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam segala waktu dan keadaan. Tujuan umum ini dirumuskan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal;

  • Tujuan Khusus. Merupakan pengkhususan dari tujuan umum yang didasarkan atas perbedaan individual anak didik, keluarga atau masyarakat, tugas lembaga pendidikan, dan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa;

  • Tujuan Tak Lengkap. Yaitu tujuan yang hanya mencakup salah satu dari aspek kepribadian saja;

  • Tujuan Sementara. Tingkatan demi tingkatan yang diupayakan untuk menuju tujuan akhir. Misalnya seorang anak menyelesaikan pelajaran di jenjang pendidikan dasar merupakan tujuan sementara yang untuk selanjutnya meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi;

  • Tujuan Insidental. Tujuan yang bersifat sesaat karena adanya situasi yang terjadi secara kebetulan;

  • Tujuan Intermedier. Tujuan yang dilihat sebagai alat dan harus dicapai lebih dahulu demi kelancaran pendidikan selanjutnya.

Pendidikan memiliki tujuan yang dinamis . Sebagai hasil dari proses yang dipengaruhi oleh berbagai unsur di luar sistem seperti kebijakan skala makro, meso, dan mikro yang diimplementasikan dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Tujuan yang ingin dicapai melalui interaksi belajar mengajar menuntut pengembangan dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik secara terpadu. Mengingat pendidikan merupakan suatu proses yang tidak bisa terlepas dari pengaruh sistem yang ada, maka dibutuhkan penyusunan tujuan pendidikan secara bertingkat yaitu :

Tujuan pendidikan yang hendak dicapai dalam pendidikan yang berskala nasional;

Tujuan institusional yang hendak dicapai oleh suatu lembaga pendidikan atau satuan pendidikan tertentu;

Tujuan bidang studi, mata pelajaran, dan suatu ajaran yang disusun berdasarkan tujuan institusional;

Tujuan instruksional atau tujuan pengajaran yang hendak dicapai setelah selesai diselenggarakan suatu proses pembelajaran. Tujuan ini disusun berdasarkan tujuan kurikulum sesuai pokok bahasan dan subpokok bahasan yang dituangkan dalam alokasi waktu tertentu.

Tujuan pendidikan nasional akan dicapai setahap demi setahap dimulai dari tujuan yang paling teknis. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, sistem pendidikan dipercaya untuk mengolah input menjadi output. Input pendidikan itu sendiri akan dipengaruhi oleh sistem sosial budaya, ekonomi, hukum, politik dsb. Sistem-sistem tersebut juga akan mempengaruhi hasil pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan secara nasional. Suatu sistem pendidikan terikat pada suatu sistem lingkungan. Oleh Karena itu, sistem pendidikan harus mengandung nilai lingkungan sebagai karakteristik budaya bangsa dimana tujuan pendidikan secara nasional akan diwujudkan.

1 Like