Apakah sex education itu?

image

Sex Education merupakan pengetahuan mengenai alat reproduksi dan persoalan sexualitas yang bertujuan untuk edukasi serta agar seseorang dapat mengerti batasan batasan pada tubuhnya sendiri. Sex education di Indonesia sendiri masih dinilai tabu oleh masyarakat. Terlebih lagi ketika sex education diberikan kepada anak anak usia dini. Society kita menganggap bahwa sex education adalah boomerang untuk anak anak, sedangkan pemahaman tentang sex education ini sangat perlu untuk dipahami setiap individu. Lantas menurut kalian, kapankah sex education itu dapat diberikan? Dan apakah pengertian sex education yang sesungguhnya ?

Apa itu Sex Education ?

Sex Education merupakan pengetahuan mengenai alat reproduksi dan alat vital lainnya, dan persoalan sexualitas yang bertujuan agar anak dapat mengerti batasan batasan pada tubuhnya sendiri dan agar tidak melakukannya pada orang lain. Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar. Informasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspekaspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.

Purwakania (Indrijati, 2015) Mengemukakan bahwa perkembangan gender pada anak dapat dilihat berdasarkan tiga hal, yaitu perkembangan identitas gender (gender identity), stereotip peran gender (gender role stereotype), dan pola perilaku gender (gender typhed behaviour).

Perkembangan Identitas Gender
Identitas gender disini adalah seorang anak yang telah memahami identitas dari gender yang tidak bisa diubah. Hal ini dialami anak mulai dari usia 6 bulan. Contohnya ketika si anak dapat membedakan suara ibu dan ayahnya. Kemudian pada usia 2 smapai 3 tahun anak mulai memahami identitas orang tuanya (laki laki dan perempuan) dengan memberikan sebutan “Ayah” dan “Ibu”.

Stereotip Peran Gender (gender role stereotype)
Maksud dari gender stereotype adalah ketika anak memiliki pemahaman bahwa perempuan identik dengan permainan boneka, memasak, bernyanyi. Sedangkan anak laki laki cenderung bermain robot, berlari larian, dan beberapa latihan fisik lainnya.

Pola Perilaku Gender (gender typhed behaviour)
Pola perilaku gender dapat berupa kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh perempuan dan laki laki. Umumnya, anak melakukan kebiasaan sesuai dengan gendernya.

Sejak kapan dan bagaimana sex education dapat ditanamkan ?

Memberikan edukasi tentang seks baiknya dilakukan sejak dini. Pendidikan sex pada anak usia dini merupakan salah satu upaya orang tua untuk menjaga nilai nilai pada dirinya sedini mungkin. Hal ini dilakukan sebagai upaya orang tua untuk melindungi anak dan memberikan bekal serta membuka wawasan mengenai alat reproduksinya sehingga dapat menjaganya dengan benar sedini mungkin. Selain itu juga dapat menghindari bahaya dari perilaku seksual yang tidak dibenarkan dikemudian hari.

Sex Education pada anak usia dini masih terbilang tabu di Indonesia. Mereka beralasan bahwa semakin dini pengetahuan tentang sex education, maka anak akan berpotensi untuk melakukannya. Orang yang masih pro terhadap pernyataan bahwa sex education adalah hal yang tabu, beralasan bahwa mereka tidak tahu harus memulai darimana dan bagaimana cara menyampaikan kepada anak. Mereka berpikir bahwa pemahaman tentang sex belum pantas didapatkan oleh anak anak.

Membicarakan tentang sex dengan tujuan yang baik dan penjelasan yang benar, menurut saya bukanlah hal yang tabu. Ibaratnya kita memberikan imunisasi berupa pengetahuan untuk kekebalan (pemahaman) anak ke depannya. Menurut doketr boyke, sebenarnya kapan kita boleh memberikan pemahaman sex education kepada anak yaitu ketika anak sudah mulai ingin tahu dan mulai bertanya mengenai hal hal yang mengarah kesana. Dan kepada orang tua alangkah baiknya untuk tidak berbohong atau memberikan informasi yang salah ketika anak bertanya demikian. Misalkan ketika anak bertanya bagaimana mereka bis aada di dunia, kita bisa menjawab dengan ringan dan bisa juga dianalogikan.

Dengan memberikan pengertian secara sederhana mengenai apa saja bagian tubuh yang hanya boleh dipegang oleh dirinya, apa saja hal hal yang dilarang dilakukan terhadap are atubuh tersebut, mengapa perlu menjaga dan apa yang harus diakukan ketika ada orang lain yang melakukan hal tersebut kepadanya.Pendidikan sex untuk anak sangat berbeda dengan orang dewasa. Anak diperkenalkan dengan konsep tentang perbedaan gender beserta bagaimana peran sebagai perempuan dan laki laki.

Kemudian siapa yang bertugas untuk memberikan sex education kepada anak? Ayah ataukah ibu?

Pendidikan sex terbaik diberikan oleh orang tua, bukan guru, bukan dokter, ataupun siapapun. Ketika anak sudah mulai memasuki masa pubertas, orang tua bisa memberikan penjelasan yang lebih detail dan lebih ilmiah agar anak tidak lagi “sungkan” dan malu untuk bertanya mengenai hal hal yang menyangkut alat reproduksinya.

Pada kasus kasus seperti menstruasi, kehamilan, merupakan porsi untuk ibu agar memberikan informasi tersebut, karena ibulah yang merasakan masa masa tersebut, serta agar anak tidak canggung ketika bertanya perihal puberty fase. Sedangkan untuk hal hal seperti mimpi basah, masturbasi, sangat dianjurkan untuk ditangani oleh ayah. Sebagai orang tua, kita harus bisa mendampingi anak ketika berada dalam masa masa tersebut. Ketika anak bercerita, baiknya kita tidak menjustifikasi, dan hendaknya memberikan masukan masukan yang membangun agar anak tidak salah arah dan tidak malu untuk berdiskusi.

Jadi menurut saya, Pendidikan sex sejak dini sangat penting untuk diberikan kepada anak. Ketika anak tidak mengetahui seberapa urgent kesehatan alat reproduksi mereka, tidak mengetahui bagaimana batasan yang harus dijaga, maka jika nanti ada hal yang terjadi pada mereka, anak anak tidak akan tahu jika itu adalah hal yang salah sehingga mereka memaklumi dan menutupi masalah tersebut. Sehingga sebagai orang tua hendaknya harus bisa memberikan pengetahuan mengenai sex education atau kesehatan reproduksi keluarga.

Sumber :
Haryono, Sarah Emanuel.2018. Implemetasi Pendidikan Sex Pada Anak Usia Dini Di Sekolah . Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 3 No 1